Kilala Tilaar, putra bungsu dari pengusaha terkenal Martha Tilaar, telah menunjukkan bahwa kesuksesan sejati tidak diraih dengan cara instan, meskipun berasal dari keluarga pebisnis ternama. Kilala, yang lahir di Jakarta pada 2 September 1980, memilih jalur yang berbeda untuk membuktikan kapasitas dirinya. Meskipun memiliki latar belakang pendidikan bergengsi – lulusan S-1 Suffolk University dan S-2 Harvard University – Kilala memulai kariernya di Martha Tilaar Group bukan sebagai direktur, melainkan sebagai staf gudang.
“Seminggu setelah saya pulang dari Amerika, saya masuk kantor pakai jas dan dasi rapi. Tapi sopir saya malah membawa saya ke gudang. Di sana, saya bekerja sebagai kuli gudang selama beberapa bulan,” kenangnya dalam sebuah wawancara di kanal Youtube Dr Indrawan Nugroho yang dikutip pada Sabtu (11/01/2025).
Pada saat itu, Martha Tilaar Group sedang menghadapi tantangan berat, terutama dalam bisnis spa yang merugi. Namun, Kilala memandang pengalaman ini sebagai peluang untuk memahami bisnis dari dasar.
Di gudang, Kilala belajar mengenal produk secara mendalam, mulai dari nama hingga jumlahnya. Pengalaman langsung ini memberinya wawasan berharga yang nantinya menjadi fondasi kepemimpinannya. Dalam lima tahun pertama, ia fokus pada tugas-tugas operasional, seperti membersihkan bathtub dan memasang lantai di spa baru.
Baca Juga: Cerita Kilala Tilaar yang Sempat Putus Asa dan Ingin Angkat Kaki dari Martha Tilaar Group
“Saya belajar bahwa untuk memimpin orang, kita harus memahami proses di lapangan terlebih dahulu,” ujarnya.
Menyelamatkan Bisnis Spa yang Merugi
Sebagai staf operasional di PT Cantika Puspa Pesona – unit usaha baru Martha Tilaar Group – pria yang karib disapa Kiki itu menghadapi bisnis yang belum stabil dan cenderung merugi. Namun, ia justru melihat ini sebagai tantangan untuk membuktikan dirinya.
Bersama timnya, ia merancang sistem yang lebih efisien, merampingkan mitra waralaba bermasalah, dan memperluas jaringan cabang. Berkat kerja kerasnya, perusahaan yang semula mengalami kerugian berubah menjadi penyumbang keuntungan bagi grup.
“Kami melakukan banyak penyesuaian, mulai dari sistem manajemen hingga cara berinteraksi dengan mitra waralaba. Pada akhirnya, bisnis spa tidak hanya stabil, tetapi juga menjadi salah satu unit usaha yang berkembang pesat,” jelas Kiki.
Terobosan di Dunia Pemasaran
Setelah membuktikan kemampuannya dalam operasional, Kiki diberi tanggung jawab di bidang pemasaran. Di sinilah ia menunjukkan bakatnya sebagai inovator. Salah satu pencapaian besar Kiki adalah kesuksesan produk Dewi Sri Spa. Bersama timnya, ia mereposisi produk ini sebagai kosmetik premium dengan akar budaya Indonesia. Langkah ini berhasil menembus pasar Metro, Sogo, dan bahkan Sephora.
Baca Juga: Kilala Tilaar Ungkap Hal Ini yang Jadi Tantangan Jalankan Bisnis Keluarga
“Untuk masuk ke gerai premium seperti Metro dan Sogo, kami menghadapi banyak tantangan. Buyer menilai produk lokal tidak sesuai dengan standar mereka. Namun, kami tidak menyerah. Kami terus berinovasi, mulai dari kemasan hingga formulasi produk, sehingga akhirnya produk kami diterima,” kenangnya. Hasilnya, Dewi Sri Spa yang sebelumnya merugi hingga 25% per tahun kini tumbuh rata-rata 30% per tahun.
Kiki juga mencatatkan kesuksesan serupa dengan merek Professional Artist Cosmetics (PAC). Ia menciptakan kolaborasi dengan Krisdayanti, yang menghasilkan produk PAC KD Line. Kolaborasi ini meningkatkan penjualan sekaligus membangun kesadaran merek di kalangan selebritas dan masyarakat umum.
Kepemimpinan di Masa Pandemi
Setelah melalui perjalanan panjang, ia akhirnya menjabat sebagai CEO Martha Tilaar Group. Jabatan ini tidak hanya menandai puncak kariernya, tetapi juga menjadi bukti bahwa ia mampu memimpin perusahaan keluarga dengan integritas dan inovasi.
“Sebagai CEO di masa pandemi, saya bersyukur atas pengalaman di masa lalu. Pengalaman bekerja dari bawah membuat saya memahami setiap detail proses di perusahaan, sehingga kami bisa lebih adaptif dalam menghadapi tantangan,” ungkapnya.
Di bawah kepemimpinannya, Martha Tilaar Group terus berinovasi, tidak hanya dalam produk, tetapi juga dalam tanggung jawab sosial perusahaan. Anak kedua dari empat bersaudara itu percaya bahwa bisnis tidak hanya soal keuntungan, tetapi juga kontribusi kepada masyarakat dan pelestarian budaya Indonesia.
Warisan Kepemimpinan dan Visi ke Depan
Kilala Tilaar adalah cerminan dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh ibunya: kejujuran, kedisiplinan, dan kerja keras. Martha Tilaar sendiri mengakui bahwa anaknya itu memiliki minat besar pada pemasaran dan inovasi produk.
“Dia (Kilala) sering menunjukkan produk baru kepada saya, memperhatikan detail kemasan, dan mencari cara untuk meningkatkan kualitas,” ujar Martha.
Namun, bagi Kiki, pujian terbesar bukan berasal dari keluarga, melainkan dari konsumen. Ia terus menantang dirinya untuk memastikan produk-produk Martha Tilaar Group tetap relevan, berkualitas, dan mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.
Dengan perjalanan karier yang penuh pelajaran, Kilala Tilaar tidak hanya mewarisi bisnis keluarga, tetapi juga membangun warisannya sendiri sebagai pemimpin yang visioner dan inspiratif.