Di balik gemerlap industri tambang, nama Tony Wenas menempati posisi penting sebagai salah satu bos tambang besar di dunia. Saat ini, ia memimpin PT Freeport Indonesia sebagai Presiden Direktur, mengendalikan operasional salah satu perusahaan tambang terbesar di Tanah Air.
Namun, tak banyak yang menyangka bahwa sebelum menempati kursi puncak industri tambang, Tony pernah menghabiskan masa mudanya di dunia musik. Perjalanan kariernya yang terbilang unik ini membuat banyak orang penasaran akan kisah di balik transformasinya, dari seorang musisi hingga menjadi bos besar di industri tambang.
Growthmates juga penasaran? Berikut ini Olenka sajikan sejumlah informasi terkait seperti dikutip dari berbagai sumber, Rabu (14/8/2025).
Baca Juga: Mengenal Sosok Prasetyo Hadi, Menteri Sekretaris Negara di Kabinet Merah Putih
Profil Singkat dan Latar Pendidikan
Tony Wenas, yang memiliki nama lengkap Clayton Allen Wenas, lahir pada 8 April 1962. Ia menikah dengan Roshita Manik dan dikaruniai seorang putra, Diego Wenas, yang lulus dari Loyola Marymount University, Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 2022.
Dari sisi pendidikan, Tony juga mencatat prestasi yang gemilang. Ia meraih gelar Sarjana Hukum Bisnis dari Universitas Indonesia pada 1985, lalu melanjutkan pengembangan diri dengan mengikuti program eksekutif di Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, yang ia selesaikan pada 2010.
Kiprah di Industri Musik
Seperti telah disebutkan sebelumnya, langkah awal karier Tony Wenas berawal dari dunia musik. Kecintaannya pada musik sudah tumbuh sejak kecil, berkat kebiasaan keluarganya yang kerap memperdengarkan berbagai lagu di rumah. Saat duduk di bangku SMA, ia mulai belajar memainkan alat musik dan mengasah bakatnya.
Minat itu terus berlanjut hingga masa kuliah. Bersama enam rekannya, Tony membentuk grup band Solid ’80, di mana ia berperan sebagai vokalis utama sekaligus keyboardist.
Selain Solid ’80, ia juga aktif di sejumlah grup musik lain, seperti band Symphony yang ia dirikan bersama Fariz RM dan kawan-kawan, serta kuartet The Gentlemen bersama Deddy Dhukun, Fariz RM, dan Mus Mujiono. Pada Januari 2021, The Gentlemen merilis single berjudul “Sudah Waktunya”.
Dedikasinya terhadap dunia musik tak hanya terlihat dari penampilannya di atas panggung. Pada 2016, Tony juga dipercaya menjabat sebagai Bendahara Umum Persatuan Artis, Penyanyi, dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), memperkuat perannya dalam memajukan industri musik Tanah Air.
Baca Juga: Mengenal Sosok Hashim Djojohadikusumo, Pengusaha Sukses Adik Presiden Prabowo Subianto
Karier di Korporasi hingga Jadi Bos Tambang
Mengutip dari laman Detik Finance, setelah lulus kuliah, Tony mulai merenung tentang arah hidupnya. Ia sadar bahwa dunia musik dan karier profesional tak mungkin dijalani bersamaan secara penuh waktu. Pilihan pun harus dibuat.
Tony menilai, meski musik memberikan kepuasan batin, masa depannya tak selalu menjanjikan. Popularitas bisa memudar seiring waktu, seperti yang dialami banyak musisi sebelumnya. Pertimbangan itu membuatnya memutuskan untuk beralih ke jalur profesional dan meniti karier di perusahaan. Dari sinilah perjalanannya di dunia korporasi dimulai.
Tony Wenas memulai perjalanan karier profesionalnya di Atlantic Richfield Indonesia Inc. (ARCO) pada 1989 sebagai Department Contract Administrator. Ia kemudian bergabung dengan PT Bank Merincorp, PT Bakrie Communications Corporations, dan PT Pasifik Satelit Nusantara, mengasah kemampuan di bidang hukum dan manajemen hingga akhirnya memegang posisi strategis sebagai Wakil Presiden Eksekutif dan Direktur di PT Freeport Indonesia pada 2001-2010.
Pengalaman memimpin perusahaan besar terus berlanjut. Tony pernah menjabat sebagai Presiden & CEO PT Vale Indonesia Tbk, Presiden Komisaris PT Riau Andalan Pulp & Paper, hingga memimpin Intrepid Mines Limited dan PT Berkat Resources Indonesia. Di sektor pulp dan kertas, ia dipercaya sebagai Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp & Paper dan Managing Director di APRIL Group, serta sempat menjadi komisaris di perusahaan yang sama.
Tahun 2017, Tony kembali ke PT Freeport Indonesia sebagai Direktur dan Wakil Presiden Eksekutif. Hanya setahun kemudian, pada Desember 2018, ia resmi diangkat menjadi Presiden Direktur. Hingga kini, ia memimpin salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia, membawa pengalaman panjangnya di berbagai sektor industri ke puncak kepemimpinan.
Bagi Tony, dunia musik dan dunia tambang ternyata tak sepenuhnya berbeda. Ia melihat keduanya sama-sama membutuhkan harmoni, kerjasama, dan rasa saling memahami peran masing-masing.
Karena itu, dalam memimpin perusahaan, ia kerap menerapkan prinsip yang sama seperti saat memimpin sebuah band, di mana setiap “pemain” harus memainkan bagiannya dengan baik, saling mendukung, dan bergerak menuju tujuan yang sama agar menghasilkan “nada” terbaik bagi perusahaan.
Baca Juga: Mengenal Sosok dan Perjalanan Karier Aburizal Bakrie, Pengusaha hingga Politisi
"Saya sebagai pemimpin dari band, ibaratnya mengatur masing-masing personel, kapan dominannya, kapan mengurangi porsi permainannya supaya terjadi harmoni dalam satu band. Begitu juga dalam perusahaan," ujarnya seperti dikutip dari Nawacita.
Di luar kesibukannya mengelola bisnis, Tony juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi. Rekam jejak kepemimpinannya tercatat di sejumlah lembaga penting, mulai dari Indonesian Mining Association (IMA), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), The Nature Conservancy (TNC), hingga Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD).
Ia juga pernah berperan di Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) serta Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) pada periode 2010-2012. Keterlibatan ini menunjukkan komitmen Tony untuk berkontribusi tidak hanya di lingkup perusahaan, tetapi juga dalam mendorong perkembangan industri dan keberlanjutan di tingkat nasional.