Sejarah Garuda Food
Sejarah perusahaan dapat ditarik mundur ke tahun 1958. Saat itu, ayah Sudhamek, Darmo Putra, mendirikan PT Tudung di Pati yang memproduksi tepung tapioka. Sudhamek sendiri baru mengurusi perusahaan ayahnya itu pada tahun 1994 bersamaan dengan kelahiran produk Kacang Garuda.
Pada tahun yang sama, Sudhamek mulai melakukan diversifikasi dan memasarkan aneka produk kacang bersalut. Selanjutnya, PT Tudung Putrajaya dan PT Garuda Putra Putri Jaya melebur menjadi PT Garudafood Putra Putri Jaya yang hingga kini dikenal dengan Garuda Food.
Saat awal-awal meniti bisnis Garuda Food dengan produk pertamanya Kacang Garuda, Sudhamek memiliki pengalaman buruk. Dimana kala itu, Garuda Food hendak beriklan di sebuah stasiun televisi swasta namun bisnisnya dilecehkan dan ditolak beriklan. Karena iklan kacang garuda dianggap dapat menurunkan rating televisi tersebut. Meski begitu, Sudhamek tak menyesalkan hal itu.
Sampai akhirnya, Kacang Garuda untuk pertama kalinya mencapai omzet sebesar Rp200 miliar. Hal itu merupakan pencapaian besar bagi bisnis kacang kala itu. Sudhamek pun bangga karena mampu membuktikan bahwa bisnis kacang bukanlah bisnis kacangan.
Dikutip dari CNBC Indonesia, menurut Sam Setyautama dalam Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia (2008), omzet penjualan Garuda Food naik menjadi Rp 20 miliar setahun akibat menguasai 80% pangsa pasar kacang di Indonesia. Produksi kacang Garuda pun mencapai 2.400 ton ada 1997, naik dua kali lipat dari 5 tahun sebelumnya.
Seluruh pencapaian ini terjadi dalam kurun 1-2 tahun setelah Sudhamek turun gunung. Bahkan saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1998 dan banyak perusahaan bangkrut, Garuda Food tetap menjadi 'raja' dan bahkan meraup omzet lebih besar, yakni 30%.
Tak puas menjadi raja kacang, pada 1998, Sudhamek pun mulai merambah usaha baru dan mengakuisisi PT Triteguh Manunggal Sejati (TMS) yang memproduksi jelly bermerk Okky Jelly Drink, Gery, Chocolatos, Mountea, Hormel, hingga Prochiz. Seluruh produknya itu menjadi 'penguasa' etalase di warung-warung kecil di pelosok Indonesia.
Dan terbaru, dalam laporan kinerja GOOD yang berakhir September 2024, perusahaan mencetak pertumbuhan pendapatan 13,66% di angka Rp8,90 triliun dari perolehan Rp7,83 triliun pada periode yang sama tahun 2023.
Baca Juga: Mengenal Sosok Rosano Barack, Pebisnis Ulung di Balik Lahirnya MNC Group