Siapa sangka, dari sosok sederhana yang berjualan udang dan menjadi loper koran semasa sekolah, kini bertransformasi jadi pengusaha sukses yang masuk daftar orang terkaya di Indonesia. Dialah Martua Sitorus, sosok yang ikut mendirikan dan menyukseskan Wilmar International dan mendapat julukan sebagai salah satu raja sawit Tanah Air.

Usai kesuksesannya membangun Wilmar bersama konglomerat asal Malaysia, Kuok Khoon Hong, pada tahun 1991, Martua menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Kekayaannya bahkan terus meningkat dari tahun 2019 yang tercatat sebesar US$1,7 miliar. Pada tahun 2020, kekayaanya menjadi US$1,8 miliar dan terus meningkat hingga menyentuh angka US$3,6 miliar dan berada di urutan ke-18 dalam daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia tahun 2024.

Baca Juga: Sosok Daniel Saputro, Senior Corporate Consultant yang Visioner di Dunia Bisnis

Sosok Pekerja Keras

Martua Sitorus lahir pada 6 Februari 1960 di Pematangsiantar, Sumatera Utara dengan nama Tionghoa Thio Seng Hap. Sejumlah artikel menyebutnya terlahir dari keluarga sederhana sehingga anak kedua dari lima bersaudara ini harus berjualan untuk membantu ekonomi keluarganya.

Pria yang lebih dikenal dengan sebutan Ahok di Pematangsiantar ini tercatat sempat berjualan udang dan menjadi loper koran. Meski begitu, dia mampu lulus dari SMA Budi Mulia Pematangsiantar dan Universitas HKBP Nomensen, Medan, Indonesia. Baru setelahnya, di tahun 1980-an, dia bertemu dengan Kuok Khoon Hong atau William Kuok yang akan mengubah perjalanan hidup Martua Sitorus selanjutnya.

Meski begitu, mengutip bintangbisnis.com, Martua disebut merupakan putra pemilik toko UD Sadar di Pematangsiantar–toko besar yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Dengan bisnis tersebut, keluarga Martua termasuk salah satu orang terkaya di kota itu. Keluarganya disebut memodali Martua dengan 9 unit truk untuk berbisnis transportasi di Medan.

Di akhir tahun 1980-an, dia mencoba membuka pabrik palm kernel (produk sampingan kelapa sawit) kecil-kecilan di Belawan, serta belajar untuk berdagang minyak goreng yang dibeli dari Grup Salim dan Grup Sinarmas. Dari sinilah Martua mendapatkan jejaring dengan dua grup besar itu.

Martua alias Ahok mendapat kesempatan berkenalan dengan William Kuok usai terjun ke bisnis minyak goreng kelapa sawit (CPO). William merupakan keponakan Robert Kuok, raja minyak sawit dan raja gula di Malaysia (Kuok Brothers). Akibat adanya perbedaan pendapat dengan Robert, William memilih keluar dan merintis usaha sendiri yang kemudian membangun Wilmar Group bersama Martua Sitorus.

Mengembangkan Wilmar International

Terlepas dari latar belakang keluarganya, Martua Sitorus memang dikenal sebagai sosok pekerja keras. Pengalamannya dalam mencoba berbagai usaha menjadi modal baginya untuk membangun sebuah perusahaan menjadi besar dan sukses. Masih mengutip bintangbisnis.com, Martua dikenal sebagai sosok yang low profile, pekerja keras, dan punya kemampunan komunikasi yang mumpuni. Ia juga dikenal pandai menilai orang sehingga mampu merekrut orang-orang yang kapabel.

Bersama William Kuok, Martua Sitorus mendirikan perusahaan bernama Wilmar International yang berasal dari gabungan nama depan mereka, yakni William dan Martua: Wil-Mar. Mengutip situs resminya, Wilmar mulai membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya pada tahun 1991 dan membeli kebun kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera. Wilmar juga menjalin kerja sama dengan Grup Adani India untuk membuat anak perusahaan bernama Adani Wilmar yang berfokus pada produksi serta distribusi tepung beras, kacang, gula, dan minyak nabati di India.

Tak hanya India, Wilmar melebarkan sayapnya ke China di tahun 1993 dengan melakukan Joint Venture (JV) bersama Archer Daniels Midland (ADM) dan Top Glory, anak perusahaan COFCO, dan memulai pembangunan East Ocean Grains Industry (EOGI). Lalu di tahun 2000, Wilmar mengembangkan perkebunan kelapa sawitnya di Afrika, bekerja sama dengan Bidco Uganda Limited, yang terletak di Danau Victoria di Kalangala, Uganda.

Wilmar terus berkembang hingga memiliki lebih dari 500 pabrik di 20 negara dan wilayah dengan jaringan distribusi yang luas mencakup China, India, Indonesia, dan sekitar 50 negara dan wilayah lainnya. Sementara itu, bisnis kelapa sawit Wilmar tercatat di Bursa Efek Singapura pada tahun 2006.

Baca Juga: Mengenal Murdaya Poo, Mulai dari Penjual Koran hingga Menjadi Sosok di Balik Keberhasilan JIExpo

Perjalanan Martua dengan Wilmar berhenti usai dirinya memutuskan keluar dari dewan direksi Wilmar pada Juli 2018. Bersama saudaranya, Ganda Sitorus, mereka mendirikan Gama Corp yang kini bernama KPN Corporation.

KPN Corporation

Mengutip laman resminya, KPN Corp merupakan perusahaan induk yang dibentuk pada tahun 2019 dan berkantor pusat di Jakarta. KPN Corp mempunyai beberapa usaha, seperti perkebunan kelapa sawit, pengolahan kelapa sawit, semen, properti, dan rumah sakit. Saat ini, kegiatan usaha KPN Corp tersebar di seluruh Indonesia beberapa negara di Asia dengan dukungan lebih dari 30.000 karyawan.

Berikut sejarah berdirinya KPN Corp:

  • 2010: Berdirinya AMS Plantations;
  • 2011: Berdirinya PT Cemindo Gemilang dan Gamaland;
  • 2012: AMS Plantations dan Ganda Sawit Utama melebur menjadi satu grup dengan mempertahankan nama AMS Ganda Group;
  • 2015: Kantor Pusat dipindahkan ke Gama Tower;
  • 2016: Transformasi AMS Ganda Group berubah menjadi Gama Plantations;
  • 2018: Pembentukan Gama Corp sebagai Holding Company Gama Plantation, PT Cemindo Gemilang, dan Gamaland;
  • 2019: Transformasi Gama Plantation menjadi KPN Plantations serta Pembentukan KPN Downstream;
  • 2019: Transformasi Gama Corp menjadi KPN Corp, sebagai Holding Company KPN Plantations, KPN Downstream, PT Cemindo Gemilang Tbk dan Grup, dan Gamaland;
  • 2023: Transformasi Gamaland menjadi KPN Properti Indonesia dan masuknya Murni Teguh Healthcare sebagai bagian dari KPN Corp.

Saat ini, berikut perusahaan yang berada di bawah bendera KPN Corp:

  • KPN Plantations;
  • KPN Downstream;
  • PT Cemindo Gemilang Tbk and Group;
  • KPN Properti Indonesia; serta
  • Murni Teguh Healthcare.