Libur panjang Hari Raya Idulfitri 1445 H, baru saja berakhir. Masyarakat yang mudik ke kampung halaman, kini mulai kembali ke kota-kota tempat mereka mencari nafkah. Aktivitas harian pun mulai kembali normal seperti sedia kala.
Mungkin banyak di antara Growthmates, yang merasa sedih ketika libur Lebaran benar-benar berakhir. Dan mungkin, ada di antara kamu yang kurang bersemangat untuk kembali menjalani rutinitas harian. Entah itu bekerja, kuliah, sekolah, atau aktivitas lainnya setelah menikmati waktu berlibur.
Tahukah Growthmates, kondisi ini kerap kali dikaitkan dengan post holiday blues, lho! Apa itu post holiday blues? Simak terus artikel berikut ya!
Post holiday blues merupakan perasaan sedih, resah, dan merasa kosong yang muncul dan mungkin dapat terjadi setelah liburan panjang. Alih-alih bahagia setelah liburan, seseorang yang mengalami post holiday blues justru sebaliknya. Mereka merasa depresi dan mengalami penurunan suasana hati ketika liburan berakhir.
Mengutip dari laman Health, Direktur Klinik Gangguan Kecemasan Johns Hopkins dan asisten profesor Ilmu Psikiatri dan Perilaku, Paul Nestadt, MD mengungkap bahwa pemicu kesedihan setiap orang pasca liburan dapat bervariasi.
“Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan dengan liburan itu sendiri—harapan besar, pengingat akan orang-orang terkasih yang hilang atau terasing, dinamika keluarga yang sulit, beban keuangan,” ujar Dr. Nestadt.
Seseorang yang menikmati musim liburan, menerima peningkatan dopamin dan serotonin—dua hormon perasaan senang—setelah menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.
Tapi, menurut Dr. Nestadt, saat acara liburan berakhir, mood pun ikut meningkat. Berakhirnya musim liburan secara tiba-tiba juga dapat menimbulkan disorientasi, dan dapat memicu kesedihan pasca-liburan.
Baca Juga: Apa Itu Post Election Stress Disorder yang Bisa Muncul Pasca Pemilu?
“Ada kelelahan karena menjadi tuan rumah, bepergian, atau aspek-aspek gangguan normal lainnya yang diakibatkan oleh liburan,” kata Dr. Nestadt. “Semua ini mungkin sulit untuk diatasi.”
Di Amerika Serikat sendiri, liburan musim dingin terjadi selama berbulan-bulan. Liburan tersebut juga bertepatan dengan waktu ketika gangguan afektif musiman (SAD) paling menonjol.
“Pergantian musim, berkurangnya siang hari, penurunan tingkat aktivitas fisik, dan peningkatan isolasi semuanya dapat berkontribusi pada kesedihan pasca-liburan,” kata Dr. Nestadt.
Lantas, apa saja gejala atau tanda-tanda seseorang terkena post holiday blues?
Mengutip dari laman Very Well Mind Health, ini sejumlah tanda jika kamu mengalami post holiday blues.
- Cemas
- Tidak termotivasi
- Rongseng
- Mudah marah
- Tertekan
- Murung
- Tidak bisa tidur
- Khawatir tentang uang
Kamu mungkin juga akan merenung secara berlebihan, memikirkan masalah atau peristiwa yang terjadi selama musim liburan. Hal ini dapat memperburuk perasaan atau stres, kecemasan, dan kesedihanmu.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Memulihkan diri dari kesedihan pasca-liburan mungkin memerlukan sedikit waktu, tetapi ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mulai merasa lebih baik. Berikut ini beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi holiday post blues.
1. Beri Waktu untuk Diri Sendiri
Beri diri-mu lebih banyak waktu. Ini berarti memberi diri kamu waktu tambahan untuk segala hal mulai dari membongkar barang. Jadwalkan satu atau dua hari sebagai waktu mengejar ketinggalan.
2. Terhubung dengan Orang Lain
Ubah mood dengan membatasi media sosial. Bicaralah dengan orang lain melalui telepon atau secara langsung. Beri tahu mereka bahwa kamu merasa sedih. Beri tahu keluarga dan teman dekat apa yang kamu alami. Mereka mungkin bisa membantu.
3. Lakukan Perawatan
Perawatan diri penting ketika kamu merasa sedih. Beberapa hal yang dapat kamu lakukan meliputi:
- Berolahragalah, olahraga telah terbukti membantu melawan perasaan cemas dan depresi.
- Terapi alam, ruang hijau telah terbukti meningkatkan rasa sejahtera.
- Makan dengan baik, fokus pada ikan, biji-bijian, coklat hitam, dan teh hijau untuk melawan stres.
- Tidur yang cukup, The Sleep Foundation mengatakan, kurang tidur berkontribusi terhadap depresi dan seseorang mungkin lebih mungkin mengalami masalah tidur jika mereka mengalami depresi
Semoga bermanfaat ya, Growthmates!