Dedikasi di Bidang Pendidikan dan Penelitian

Mengutip profil Linkedln pribadinya, sejak 2013, Dokter Faris aktif diketahui sebagai pengajar di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. DI sana ia diketahui kerap membagikan ilmu dan pengalamannya kepada calon-calon dokter muda.

Kiprahnya di dunia akademik juga tercermin dari kontribusinya dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Menurut laman Heartology, tulisan-tulisannya telah terbit di berbagai jurnal internasional bergengsi, termasuk Journal of the American College of Cardiology, Journal of Arrhythmia, dan Jurnal Kardiologi Indonesia.

Publikasi tersebut tidak hanya menegaskan keahliannya, tetapi juga memperlihatkan komitmennya untuk menghadirkan inovasi berbasis penelitian di bidang kardiovaskular.

Keanggotaan Profesional

Dokter Faris juga aktif sebagai anggota di sejumlah organisasi medis nasional dan internasional, antara lain Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Cabang Jakarta; Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI), dan Perhimpunan Aritmia Indonesia (InaHRS).

Keikutsertaannya di berbagai organisasi ini menunjukkan komitmen dirinya untuk terus memperbarui pengetahuan, berbagi pengalaman, dan berkontribusi pada perkembangan kardiologi di Indonesia.

Edukasi soal GERD

Belum lama ini, Dokter Faris juga memaparkan soal penyakit gejala gangguan lambung atau GERD. Saat ditemui Olenka, Dokter Faris menyatakan bahwa keluhan tersebut bisa jadi merupakan tanda awal penyakit jantung koroner yang kerap disalahartikan dan berujung fatal.

Menurut Dokter Faris, penyakit jantung koroner terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan letak pembuluh darah yang tersumbat, koroner kanan, koroner kiri depan, dan koroner kiri belakang.

Dari ketiganya, koroner kanan memiliki peran penting karena menyuplai darah ke bagian bawah jantung yang posisinya berdekatan dengan lambung.

“Jantung bagian bawah itu berbatasan dengan lambung, sehingga sering kali gejalanya dianggap berasal dari lambung. Pasien pun berpikir ini GERD,” jelasnya.

Ia menegaskan, banyak pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati dan hanya mengobati lambung, padahal sumber masalah sebenarnya adalah jantung. Salah satu pembeda penting, kata Dokter Faris, adalah waktu munculnya gejala. Jika rasa tidak nyaman di ulu hati muncul ketika beraktivitas fisik, kemungkinan besar itu bukan GERD.

“GERD diobati lambung tidak sembuh-sembuh, ternyata penyakit jantung koroner. Sering kali pasien tiba-tiba meninggal mendadak, padahal sakitnya hanya mirip GERD,” tambahnya.

Karena itu, Dokter Faris pun mengimbau masyarakat untuk lebih peka terhadap sinyal tubuh dan tidak meremehkan nyeri ulu hati atau dada yang sering kambuh.

Menurutnya, jika keluhan muncul terutama saat beraktivitas, segera periksakan diri ke dokter, khususnya ke spesialis jantung. Diagnosis yang tepat dan penanganan cepat, tegasnya, dapat menyelamatkan nyawa.

Baca Juga: Dari Dokter Tirta untuk Orang Suka Begadang: Malam Hari Waktunya Tubuh untuk Recovery