Connie Rahakundini Bakrie adalah nama yang sangat melekat dengan Pertahanan Maritim dan Dirgantara. ia memainkan peran penting di balik berbagai kemajuan pertahanan militer Indonesia kendati ia adalah seorang warga sipil.

Wanita kelahiran 3 November 1964 itu banyak memberi masukan penting kepada pemerintah Indonesia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo.

Dengan latar belakang pendidikan  yang luas pada studi pertahanan yang digeluti di Australia, Asia Pasifik, Taiwan, Tiongkok, Amerika Serikat, Israel, dan Inggris, sejumlah karya ilmiah yang lahir dari pikiran kritis  Connie kerap kali menjadi rujukan pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan pertahanan. 

Baca Juga: Abraham Samad dan Connie Bakrie Dipolisikan Loyalis Jokowi

Bahkan dua karya ilmiahnya yakni: "Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal dan Defending Indonesia menjadi rujukan Menteri Pertahanan RI periode 2004 s/d 2009, Profesor Juwono Sudarsono  dalam menyusun program kebijakan jangka panjang terkait proses modernisasi atau peremajaan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista) Indonesia yang dikenal dengan nama Minimum Essential Force (MEF / Kekuatan Pokok Minimal). 

Selain kedua buku tersebut ibu tiga anak itu juga menerbitkan sejumlah karya ilmiah lainnya seperti: Pengaruh Perang Rusia dan Ukraina terhadap Perekonomian Negara Kawasan Asia Tenggara, Tantangan, Kebutuhan, dan Masalah Pembangunan Postur dan Kapabilitas Militer Indonesia pada era Reformasi,  China and Indonesia Solidify Plans,  Alur Laut Kepulauan Indonesia: Peluang dan Ancaman Bagi NKRI dan Binter Milenial pada Era Vuca  serta  Kontribusi pertahanan dan maritim. 

Kiprah di Dalam dan Luar Negeri 

Sebagai seorang profesor sekaligus pakar Hubungan Internasional yang banyak menimba ilmu di luar negeri, Connie juga sukses mencatatkan namanya di berbagai organisasi internasional. 

Perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat 61 tahun silam merupakan Guru Besar di Universitas Negeri Saint Petersburg, Rusia (St Petersburg State University), merangkap Ambassador of Science and Education of Russia. 

Ia juga menjadi anggota tetap Valdai Discussion Club, sebuah Think Tank berbasis di Moskow yang  berfungsi untuk memberikan masukan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin terkait strategi kebijakan luar negeri.

Wanita yang juga dikenal sebagai loyalis Megawati Soekarnoputri itu pernah tercatat sebagai Peneliti Senior di Institute of National Security Studies (INSS) di Tel Aviv, Israel. 

Connie juga diketahui aktif di berbagai organisasi internasional seperti: ASEAN Political - Security Community (APSC),   Council for Security Cooperation in the Asia Pacific (CSCAP), Melbourne, Australia, International SLOCS (Sea Lanes of Communication), Academic Community International Scholars of Non Aligned Movement, Sorbonne dan Le Havre University, Perancis. 

Di dalam negeri. Connie sempat terjun ke partai politik dengan menjabat anggota Dewan Pakar Partai Nasdem, namun itu tak bertahan lama, ia memilih mengundurkan diri dengan berbagai alasan. 

Ia diketahui pernah menjabat  Ketua Dewan Penasihat Maritim Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Baca Juga: Mengenal Sosok Maruarar Sirait, Sang Menteri Pejuang Program 3 Juta Rumah

Dia juga mendirikan Indonesia Maritime Institute (IMI) dan menjabat sebagai Pengawas di Indonesia Institute of Maritime Studies (IIMS) bersama Ambassador Hasyim Djalal dan Laksamana Kent Sondakh, serta Direktur Eksekutif Institute of Defense and Security Studies (IODAS) bersama para pakar hubungan internasional dan pertahanan seniornya seperti Koesnanto Anggoro, Andi Widjayanto dan Makmur Keliat. 

Masuk Daftar 99 Most Powerful Women in Indonesia

Sejak dulu Connie sudah dikenal sebagai akademisi yang sangat kritis terhadap pemerintah terutama pada hal-hal yang berkenaan sistem pertahan militer. Kebijakan pemerintah yang dianggap keliru bakal ia kritik secara terbuka sebagai bahan evaluasi.