Bayu Priawan Djokosoetono adalah pengusaha transportasi yang tumbuh dari keluarga besar pendiri Blue Bird Group. Meski lahir dari garis keturunan bisnis yang kuat, ia memilih menapaki karier dari bawah.
Dengan kombinasi pendidikan internasional, pengalaman panjang di dunia usaha, kiprah organisasi, serta peran di ranah politik, Bayu berhasil membuktikan dirinya bukan hanya sekadar pewaris nama besar keluarga, tetapi juga sosok pengusaha muda berpengaruh di Indonesia.
Seperti filosofi Blue Bird yang terus melaju, kiprah Bayu pun tak pernah berhenti berkembang, mengawal tradisi keluarga sekaligus membuka jalan baru untuk generasi berikutnya.
Dan dikutip dari berbagai sumber, Rabu (24/9/2025), berikut Olenka ulas profil singkat Bayu Priawan Djokosoetono.
Latar Belakang Keluarga
Lahir pada 24 Mei 1977, Bayu merupakan cucu dari Mutiara Fatimah Djokosoetono, perempuan tangguh pendiri Blue Bird Group.
Ayahnya adalah Brigjen (Pol.) Dr. H.K.R.H. Chandra Suharto Djokosoetono, sementara kakeknya, Prof. Djokosoetono SH, dikenal sebagai tokoh nasional pelopor pendidikan kepolisian sekaligus Bapak Ilmu Hukum Indonesia.
Selain itu, Bayu Priawan Djokosoetono merupakan kakak dari Indra Priawan Djokosoetono, suami aktris Nikita Willy.
Dari garis keluarga ini, Bayu mewarisi nilai nasionalisme, kemanusiaan, dan kerja keras yang kuat. Meski sejak kecil dikenal cukup bandel, ia dekat dengan sang nenek dan banyak mendapat pelajaran hidup darinya.
Dikutip dari Detik Finance, pada masa remajanya, Bayu sempat belum menunjukkan hasrat berbisnis, namun tinggal bersama neneknya di era 1990-an membuatnya melihat Blue Bird bukan sekadar milik keluarga, melainkan amanah bisnis yang harus dijaga.
Sang ayah pun selalu menegaskan, tidak ada posisi yang diberikan cuma-cuma, melainkan semua anak cucu harus membuktikan diri melalui kerja keras.
Pendidikan dan Awal Karier
Bayu menempuh pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Pancasila (2002), lalu melanjutkan studi Master of Business Management di Monash University, Melbourne, Australia (2005).
Dikutip dari laman resmi Blue Bird Group, ia mulai bergabung dengan perusahaan keluarga pada 2005 sebagai manajemen trainee di Departemen Administrasi Finansial.
Setahun kemudian, Bayu dipercaya menjadi Manajer Operasional Pool Perigi (2006–2007), lalu menjabat Manajer Umum Pool Halim (2007–2009).
Pengalaman ini menjadi fondasi kepemimpinan sebelum menduduki posisi strategis, termasuk sebagai Kepala Komisaris PT Pusaka Citra Djokosoetono pada 2013, hingga akhirnya ditunjuk sebagai Komisaris Utama Blue Bird Group Holding pada RUPST 22 Juni 2023.
Selain itu, Bayu juga memimpin Menara Alisya Group yang bergerak di sektor energi, properti, dan food & beverage.
Baca Juga: Mengenal Purnomo Prawiro, Sosok Berjasa di Balik Kejayaan Bluebird Group
Peran dalam Organisasi
Tak hanya fokus pada dunia usaha, Bayu juga aktif di berbagai organisasi. Dikutip dari Jakarta Daily, ia pernah maju sebagai kandidat Ketua Umum HIPMI periode 2015–2018.
Ia juga pernah menjabat Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS) 2015–2020, Bendahara Umum Kwartir Nasional Gerakan Pramuka 2013–2018, Bendahara Umum HIPMI 2011–2014, serta sejumlah posisi di KNPI dan Kadin Indonesia.
Di bidang olahraga, Bayu juga dipercaya menjadi Chef de Mission (CdM) SEA Games 2025, Ketua Umum cabang olahraga POTTI, dan Wakil Ketua Umum KADIN.
Kiprahnya ini menunjukkan kapasitas kepemimpinannya tidak hanya di dunia usaha, tetapi juga di ranah sosial dan kepemudaan.
Selain di bisnis dan organisasi, Bayu juga aktif dalam politik. Dikutip dari Nawacitapost, ia pernah masuk dalam jajaran Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran sebagai Wakil Bendahara. Peran ini semakin menegaskan kiprahnya yang luas, dari pengusaha, organisator, hingga politisi.
Harta Kekayaan
Menyoal harta kekayaan Bayu Priawan Djokosoetono, hingga kini belum ada data pasti yang menyebutkan jumlah kekayaannya secara pribadi.
Namun, kiprah keluarga besarnya memang tidak bisa dilepaskan dari daftar konglomerat Indonesia.
Pada tahun 2017, nama Purnomo Prawiro dan keluarga sempat tercatat dalam daftar orang terkaya versi Forbes. Keluarga besar pemilik Blue Bird Group itu saat itu menduduki peringkat ke-45 sebagai salah satu crazy rich Indonesia dengan total kekayaan ditaksir mencapai US$640 juta atau setara Rp9,6 triliun.
Meski begitu, jumlah kekayaan keluarga Blue Bird saat ini belum dapat dipastikan karena kemungkinan besar sudah berubah cukup signifikan jika dibandingkan delapan tahun lalu. Bahkan pada 2024, Bayu sendiri diketahui telah mengurangi kepemilikan sahamnya di PT Blue Bird Tbk (BIRD).
Dikutip dari Bareksa.com, Bayu menjual sebanyak 3,5 juta lembar saham BIRD dengan harga Rp1.715 per saham.
“Tujuan transaksi ini adalah untuk pribadi dengan kepemilikan saham langsung,” ujarnya kala itu.
Pasca transaksi, kepemilikan saham Bayu berkurang menjadi 6,38 juta lembar atau setara 0,255%, dari sebelumnya 9,88 juta lembar atau 0,395%.
Sementara itu, komposisi pemegang saham Blue Bird tercatat cukup beragam.
Melansir Emiten News, saham BIRD dimiliki oleh PT Pusaka Citra Djokosoetono sebesar 28,37%, publik 26,09%, Purnomo Prawiro 11,39%, Kresna Priawan Djokosoetono 6,17%, Sigit Priawan Djokosoetono 5,99%, Indra Priawan Djokosoetono 5,28%, Adrianto Djokosoetono 5,28%, Noni Sri Ayati Purnomo 4,83%, dan Sri Adriyani Lestari 2,50%.
Lebih lanjut disebutkan bahwa pembeli saham yang dilepas Bayu adalah saudaranya sendiri, yakni Sigit Priawan Djokosoetono.
Transaksi pembelian yang dipatenkan pada 24 Januari 2024 itu membuat kepemilikan Sigit bertambah menjadi 153,45 juta lembar saham atau 6,133%, meningkat dari posisi sebelumnya 149,95 juta lembar atau 5,993%.
Baca Juga: Kisah Jatuh Bangun Mutiara Djokosoetono Mendirikan Bluebird