PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) mencetak laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) menguat sebesar 19,4%, yakni menjadi Rp727 miliar, selama periode kuartal pertama tahun 2025. Maybank Indonesia membukukan Laba Sebelum Pajak (PBT) sebesar Rp506 miliar, naik 290,9%; serta Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) meningkat 265,1% menjadi Rp376 miliar.

Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) naik 1,4% di tengah meningkatnya biaya bunga. Margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) terkoreksi secara yoy sebesar 20 basis poin menjadi sebesar 4,3%. Pendapatan non-bunga (fee-based income) meningkat 54,3% menjadi Rp571 miliar, ditopang oleh pendapatan biaya (fee) dari Global Market (GM) yang naik 309,5% menjadi Rp107 miliar. Pendapatan biaya (fee) dari layanan selain GM juga naik 10,2% menjadi Rp464 miliar, utamanya dari solusi wealth management dan asset recovery.

Baca Juga: Kuartal I 2025, CIMB Niaga Catat Laba sebelum Pajak Sebesar Rp2,2 Triliun

"Fokus berkelanjutan kami dalam memperkuat kapabilitas Bank telah menghasilkan pertumbuhan bisnis yang konsisten, khususnya portofolio pembiayaan ritel, usaha kecil dan menengah, serta pembiayaan korporasi lokal berskala besar. Dalam upaya untuk meningkatkan ketangguhan dan kemampuan kami dalam menggapai peluang pertumbuhan lebih lanjut, secara proaktif kami akan terus meninjau, serta melakukan rebalancing terhadap portofolio pembiayaan agar selaras dengan strategi super growth yang telah ditetapkan dan terus menjaga kualitas aset pada yang sehat," ujar Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, dikutip Senin (5/5/2025).

Lebih lanjut dijelaskan, pembiayaan ritel dan non-ritel Community Financial Services (CFS) tumbuh 10,4% menjadi Rp83,78 triliun. Kredit CFS non-ritel naik 16,7% menjadi Rp37,24 triliun didukung pertumbuhan pembiayaan pada segmen komersial (Business Banking) sebesar 25,4%, dan segmen usaha kecil dan menengah (Small Medium Enterprise/SME+), serta segmen Retail SME (RSME) yang masing-masing tumbuh 14,2% dan 10,5%.

Sementara, pembiayaan CFS ritel mencatat pertumbuhan di seluruh segmen ritel sebesar 5,9% menjadi Rp46,54 triliun. Pembiayaan otomotif Anak Perusahaan meningkat 6,1% di tengah pasar otomotif yang melambat, sedangkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit ritel konsumer (kartu kredit dan KTA) masing-masing tumbuh 5,2% dan 7,9%.

Sejalan dengan strategi pertumbuhan yang diterapkan Maybank Indonesia, pembiayaan Global Banking untuk segmen Large Local Corporates (LLC) terus mencatat pertumbuhan yang solid sebesar 31,4%. Pembiayaan Global Banking mencatat penurunan sebesar 17,2% seiring dengan dilakukannya portfolio rebalancing. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp122 triliun, relatif sama dibandingkan pada Maret 2024. Total aset Maybank Indonesia meningkat 6,8% menjadi Rp189,81 triliun.

Dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan sebesar 4,9% menjadi Rp111,50 triliun sehubungan dengan pengelolaan biaya dana yang ditempuh Bank. Giro tumbuh 6,3%, sedangkan Tabungan turun 5,2%. Meski demikian, CASA tercatat naik 1,6%. Rasio CASA juga meningkat menjadi 53,0% pada Maret 2025 dari 49,7% pada Maret 2024. 

Rasio Non-performing loans/NPL membaik dari 2,7% (gross) dan 1,7% (net) pada Maret 2024 menjadi 2,4% (gross) dan 1,5% (net) pada Maret 2025. Saldo NPL menurun sebesar 12,6% dan rasio Loan at Risk/LAR (Bank saja) berada pada level 8,2% per Maret 2025 dari 8,3% pada Maret 2024. Rasio Loan to Deposit/LDR (Bank saja) tercatat sebesar 92,0%, sedangkan Liquidity Coverage Ratio/LCR (Bank saja) berada di tingkat yang sehat sebesar 168,1%, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100%. Net Stable Funding Ratio/NSFR (Bank saja) tercatat sebesar 106,7%.

Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tetap kuat di level 25,7%, dan CET1 di 24,5%.

Perbankan Syariah

Pembiayaan ritel dan non-ritel CFS berbasis Syariah mencatat pertumbuhan 15,8% menjadi Rp20,98 triliun. Pembiayaan CFS non-ritel Syariah meningkat 25,7% didorong pertumbuhan pada segmen komersial, SME+ dan RSME. Pembiayaan CFS ritel Syariah juga tumbuh 5,9% ditopang oleh kinerja pada pembiayaan otomotif Anak Perusahaan dan properti.

Aset Perbankan Syariah membukukan kenaikan sebesar 0,7% menjadi Rp41,52 triliun. Adapun total aset Perbankan Syariah ini berkontribusi sebesar 23,5% terhadap aset Bank (Bank saja). Pendapatan operasional (gross) Perbankan Syariah meningkat 16,0% didorong kenaikan pendapatan setelah distribusi bagi hasil (NII) sebesar 13,8%, serta pendapatan operasional lainnya (fee-based) yang naik sebesar 30,2% utamanya dari solusi Shariah Wealth Management dan asset recovery. PBT Perbankan Syariah naik 149.1% mencapai Rp149 miliar.

Giro dan tabungan Perbankan Syariah masing-masing tumbuh sebesar 22,5% dan 4,2%. CASA Syariah tumbuh 12,0% hingga Rp19,03 triliun dan rasio CASA menguat menjadi 57,6% pada Maret 2025 dari 48,9% pada Maret 2024. DPK Syariah mengalami penurunan sebesar 4,9% menjadi Rp33,02 triliun oleh karena Deposito Berjangka yang turun 21,1% seiring dengan langkah Bank untuk meningkatkan porsi dana murah.

Rasio Non-Performing Financing/NPF membaik menjadi 2,4% (gross) dan 1,7% (net) pada Maret 2025 dibandingkan dengan 2,5% (gross) dan 1,8% (net) pada Maret 2024. Rasio Pembiayaan terhadap DPK (Financing-to-Deposit/FDR) tercatat sebesar 84,2% pada Maret 2025 dibandingkan 87,9% pada Maret 2024.

Anak Perusahaan

Pembiayaan roda empat PT Maybank Indonesia Finance (Maybank Finance) meningkat 2,8% menjadi Rp7,64 triliun. Sementara, PBT Maybank Finance meningkat sebesar 5,4% menjadi Rp142 miliar; Rasio NPL tetap terjaga di level 0,2% (gross) dan 0,1% (net) pada Maret 2025 dan 2024.

Selanjutnya, pembiayaan kendaraan otomotif roda dua PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM) mencatat kenaikan 0,2% menjadi Rp6,24 triliun. PBT WOM tercatat sebesar Rp80 miliar dari Rp86 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio NPL tercatat sebesar 2,2% (gross) dan 1,0% (net) pada Maret 2025, dibandingkan 2,1% (gross) dan 0,9% (net) pada Maret 2024.