Ekspor lidi dari limbah sawit tidak hanya berkontribusi pada pengurangan limbah, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani sawit mitra CV Kahaka Internasional. Untuk memenuhi bahan baku lidi sawit yang berasal dari limbah, CV Kahaka Internasional bermitra dengan lebih dari 300 petani sawit yang tersebar di 15 lokasi di Pulau Sumatera dan Jawa, seperti di Siantang, Dumai, Lampung, dan Pemalang.

"Kalau melihat dulu, petani hanya mengambil brondolan sawit. Sekarang mereka juga mengambil pelepah untuk diambil lidinya. Sehari petani dapat membawa 15-20 kilogram pelepah sawit untuk diambil lidinya sehingga mendapatkan pendapatan tambahan sekitar Rp60-80 ribu per hari," katanya.

Baca Juga: Bernilai Ekonomis, PLN IP Sulap Tandan Kosong Sawit Jadi Campuran Energi di PLTU Sintang

Rianto berencana memperluas pasar ekspor lidi sawit ke negara-negara Eropa dan Australia yang memprioritaskan produk ramah lingkungan. Saat ini, CV Kahaka Internasional dengan dibantu oleh LPEI dan lembaga pemerintah lainnya sedang memperkuat hubungan dengan buyer Eropa dan Australia untuk penetrasi pasar ekspor ke negara-negara baru.

"Kami juga sudah memulai ekspor abu limbah janjang sawit atau tankos ke Taiwan hingga dua kontainer setiap bulannya. Abu tankos mengandung kalium hingga 40% dan dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah," katanya.

Rianto memberikan tips bagi pelaku usaha yang ingin memulai ekspor, "Ekspor itu tidak mudah, tetapi tidak sesulit yang dibayangkan. Bergabung dengan komunitas ekspor dan mengikuti program CPNE LPEI merupakan langkah awal untuk belajar. Mulai petakan komoditas apa yang memiliki nilai ekspor dan just do it, pada akhirnya nanti akan naik kelas menjadi eksportir."