Lintasarta, sebagai AI Factory di bawah naungan Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH), resmi mengumumkan kelulusan lebih dari 400 AI Engineer dari program beasiswa Laskar AI. Lulusan ini siap diserap sebagai tenaga kerja di Lintasarta, mitra strategis, dan mitra bisnis lintas sektor.

Laskar AI merupakan bagian dari gerakan AI Merdeka yang diluncurkan Lintasarta bersama Dicoding dan mitra global NVIDIA. Program ini dirancang untuk mencetak talenta digital unggul di bidang kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI) dari berbagai penjuru Indonesia.

Baca Juga: Langkah Lintasarta Bangun Ekosistem AI Nasional dengan Semesta AI

"Lintasarta percaya bahwa penguasaan teknologi AI akan menjadi faktor penting meningkatkan daya saing bangsa di ranah global. Melalui Laskar AI, kami tidak hanya membuka akses pendidikan berkualitas, tetapi juga menjembatani talenta terbaik Indonesia menuju peluang kerja nyata di sektor digital," ujar Bayu Hanantasena, President Director & CEO Lintasarta, dikutip Jumat (15/8/2025).

Sejak dibuka pada November 2024, Laskar AI telah menarik lebih dari 13 ribu pendaftar dari seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 657 peserta lolos seleksi dan mengikuti pelatihan intensif sejak Februari 2025, terdiri dari 547 mahasiswa aktif dan fresh graduate dari 197 kampus, serta 110 profesional dan dosen dari 70 institusi di seluruh Indonesia.

Berlangsung selama hampir satu semester untuk mahasiswa-setara 958 jam pembelajaran dan 626 jam pelatihan untuk profesional dan dosen, Laskar AI mengusung kurikulum berbasis industri dengan metode project-based learning. Peserta dibekali keterampilan AI, pemrograman, pengolahan data, machine learning, dan kurikulum berbasis industri. Laskar AI tidak hanya memberikan keterampilan teknis, tetapi juga pengalaman nyata yang mempersiapkan peserta untuk langsung terjun ke dunia kerja.

Sebagai puncak pembelajaran, peserta mahasiswa berkewajiban menyelesaikan Capstone Project berdurasi 250 jam yang menghasilkan lebih dari 100 portofolio proyek AI dengan 13 proyek di antaranya diakui sebagai pengganti skripsi oleh perguruan tinggi asal peserta—sebuah pengakuan atas kualitas dan relevansi nyata dari materi yang dipelajari.

Narenda Wicaksono, Founder dan CEO Dicoding, menambahkan, "Bersama Lintasarta, kami merancang kurikulum yang relevan dengan perkembangan industri dan didukung infrastruktur mutakhir, seperti GPU Merdeka. Kolaborasi ini tidak hanya membekali peserta dengan keterampilan teknis, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi talenta siap pakai yang mampu mendorong inovasi di berbagai sektor." 

Dengan kelulusan 412 AI Engineer siap kerja, Laskar AI menegaskan bahwa kolaborasi erat antara industri, akademisi dan pemerintah mampu melahirkan SDM digital berdaya saing global. Ke depan, Lintasarta akan terus memperkuat komitmen ini melalui gerakan AI Merdeka yang meliputi Laskar AI, Semesta AI dan AI use case- mendorong lahirnya solusi AI lokal dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di era kecerdasan artifisial. 

"Kami percaya bahwa perluasan akses terhadap pendidikan AI tidak hanya penting untuk memenuhi kebutuhan industri, tetapi juga untuk membekali masyarakat luas dengan literasi terkait AI. Dengan adanya Laskar AI, semakin banyak masyarakat Indonesia yang dapat memahami, memanfaatkan, hingga mengembangkan AI secara positif dan mandiri—sebuah langkah krusial menuju ekosistem AI yang inklusif dan inovatif," tutup Bayu.