Growthmates, siapa yang tak mengenal sosok Nurhayati Subakat? Perempuan berdarah minang yang mulanya berprofesi menjadi apoteker ini memiliki perjalanan hidup yang menginspirasi.
From zero to hero. Berawal dari pintu ke pintu, perusahaan kosmetik halal pertama di Indonesia, PT Paragon Technology and Innovation, berhasil ia bangun menjadi kerajaan bisnis kosmetik di Indonesia.
Tentu tak segampang membalikkan telapak tangan. Nurhayati harus melewati banyak rintangan dan perjalanan panjang. Lantas, seperti apa perjalanan hidup seorang Nurhayati Subakat? Simak kisahnya berikut ini:
Latar Belakang Kehidupan
Dr. (HC) Dra. Hj. Nurhayati Subakat, Apt. merupakan perempuan berdarah minang asal Nagari Bungo Tanjung, Tanah Datar. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Abdul Muin Saidi dan Nurjanah. Sang Ayah merupakan seorang pedagang dan pimpinan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang.
"Ayah saya adalah pedagang yang bisa dibilang cukup sukses di kota kecil tersebut. Saya bisa mengatakan bahwa beliau adalah orang yang visioner karena di tahun '60-an, beliau sudah menyampaikan IMTAQ dan IPTEK. Di mana kita ketahui bahwa Pak Habibie menyampaikan tentang itu pada '90-an," tutur Nurhayati melalui sebuah video yang dikutip Olenka pada Rabu (21/08/2024).
Lebih lanjut, Nurhayati mengatakan karena ketaatan sang Ayah dalam beragama, ia dan saudara-saudaranya yang perempuan melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di pesantren.
"Sehingga kami semua (anak-anaknya) yang perempuan, tingkat SMP-nya dimasukkan ke pesantren Dinniyah Putri," ungkapnya.
Perempuan yang lahir pada 27 Juli 1950 ini menjalani masa kecil dan remajanya di Padang Panjang. Menjelang tahun terakhirnya di pesantren, sang ayah meninggal sehingga ia harus sekolah sambil bekerja membantu ibunya berdagang. Meski demikian, Nurhayati tetap berprestasi dan ia diterima di SMA Negeri 1 Padang pada 1967.
Melanjutkan hidup bersama sang Ibu dan kedelapan saudara kandungnya membuat Nurhayati menjadi sosok yang kuat. Selama menemani Ibunya berdagang, ia selalu mendapatkan bekal wejangan untuk tetap kuat melanjutkan kehidupan.
"Ibu saya selalu bilang, kita gak usah khawatir, setiap kesulitan insyaAllah ada kemudahan. Dengan semangat itu, Alhamdulillah sebagai orang tua tunggal dari delapan anak, beliau bisa mengantarkan anaknya ke perguruan tinggi. Dari delapan bersaudara, enam orang merupakan alumni ITB," tuturnya.
Tamat SMA sebagai juara umum, ia diterima di Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia menjadi lulusan terbaik S-1 Farmasi ITB saat diwisuda pada 1975. Setahun berikutnya, ia menjadi lulusan terbaik profesi apoteker ITB dan mendapat penghargaan Kalbe Farma Award.
Baca Juga: Teladani Perjuangan Orang Tua, Kunci Nurhayati Subakat Sukses Bangun ParagonCorp
Perjalanan Karier
Dengan keyakinan dan optimisme, Nurhayati mulai meniti karier sebagai seorang apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil, Padang. Ia juga sempat menjadi apoteker di Bandung setelahnya dan juga mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan kosmetik Wella sebagai staf pengendalian mutu.
Pada 1978, Nurhayati melepas masa lajangnya setelah dipinang oleh Subakat Hadi. Kemudian, setelah menikah keduanya tinggal di Jakarta dan menjajal peruntungan dengan memulai usaha berbasis industri rumahan.
Produk pertamanya adalah perawatan rambut yang dikhususkan bagi hair professional dengan merek Putri. Produk itu dipasarkan di salon-salon sekitar Tangerang dengan harga yang relatif terjangkau dibandingkan produk sejenis di pasaran. Dalam kurun waktu lima tahun, usahanya itu berhasil mempekerjakan 25 orang karyawan.
Pada Desember 1990, untuk menambah kapasitas produksi, ia mendirikan pabrik pertama di Kawasan Industri Cibodas. Di bawah bendera PT Pusaka Tradisi Ibu, ia mengembangkan usahanya dengan melahirkan sejumlah produk dan merek baru. Namun, pabriknya harus mengalami kebakaran dan perusahaannya terancam pailit.
Baca Juga: ParagonCorp Kembali Raih Penghargaan Indonesia’s Best Managed Companies 2024 dari Deloitte
Tak pantang menyerah, pada 1995, Nurhayati berhasil melihat peluang besar di industri kosmetik Indonesia. Kala itu, pemerintah tengah gencar sosialisasi produk halal. Dengan mengandalkan pengalaman dan pengetahuannya, ia memperkenalkan Wardah yang menjadi pelopor kosmetik berlabel halal dan hingga kini berhasil menjadi top of mind kosmetik halal.
Setelah itu, disusul oleh lahirnya brand Make Over sebagai kosmetik pasar profesional pada 2010. Pada 2011, PT Pusaka Tradisi Ibu berganti nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI). PTI menaungi sembilan merek kosmetik, yakni Putri, Wardah, Make Over, Emina, Kahf, Laboré, Biodef, Instaperfect, dan Crystallure.
Wardah menjadi kontributor utama dengan sumbangan 70 persen pendapatan perusahaan. Awal 2024 ini, mereka telah menguasai 30% pasar kosmetik Indonesia. Bisnis yang awalnya hanya 2 orang, kini PTI tercatat memiliki 12.000+ karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia dan Malaysia yang rata-rata adalah perempuan.
Filantropi
Nurhayati memegang prinsip bahwa kesuksesan bisnis yang ia jalani berkat lima karakter utama yang ia percaya, yakni ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan, dan inovasi.
"Saya selalu terinspirasi dari prinsip yang dipegang oleh Ibu saya dan juga Bapak saya. Nilai-nilai dari keluarga saya juga saya ajarkan ke anak-anak," kata Nurhayati.
Dari keyakinannya itulah membuat Nurhayati ringan tangan membantu sesama, terutama di bidang pendidikan. Ia merupakan donatur sekaligus anggota Majelis Wali Amanat ITB. Pada 2019, ia menyerahkan dukungan dana abadi sebesar Rp52 miliar kepada ITB untuk pengembangan riset, beasiswa, dan infrastruktur.
Sebagai simbolis wujud dukungan tersebut, dua gedung perkuliahan umum di ITB dinamai sebagai Gedung Paragon Innovation dan Gedung Wardah Foundation.
Ketika kasus Covid-19 mulai merebak di Indonesia, PTI melalui program CSR-nya menyumbang sebanyak Rp40 miliar untuk penanganan pandemi. Bantuan itu didistribusikan dalam bentuk alat kesehatan dan alat pelindung diri (APD) kepada lebih dari 40 rumah sakit rujukan di beberapa provinsi. Langkah Nurhayati telah mendorong kolaborasi penanganan Covid-19 di Indonesia.
Dalam sebuah seminar di ITB, Nurhayati mengatakan PTI bertekad memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan dalam pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, dan lingkungan.
Baca Juga: Wardah Kolaborasi dengan 4 Modest Fashion Brand untuk MUFFEST+ 2024, Intip Yuk!
Prestasi dan Penghargaan
Setelah melewati masa-masa hidup yang berat, Nurhayati berhasil meraih sederet penghargaan dan prestasi. Namanya bertengger di daftar 50 Wanita Paling Berpengaruh di Indonesia oleh Majalah SWA pada 2000. Bahkan, pada 2018 ia menjadi satu dari dua perempuan Indonesia yang masuk ke jajaran "25 Pebisnis Wanita Paling Berpengaruh di Asia" versi majalah Forbes.
Selanjutnya, pada 5 April 2019, Nurhayati menerima anugerah gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari almamaternya, ITB. Ia dicatat atas inovasi yang menonjol lewat produk kosmetik Wardah dan menjadi perempuan pertama yang dianugerahi ITB dengan gelar tersebut.
Kemudian, pada 2 November 2019, Nurhayati sebagai pendiri Paragon meraih penghargaan ASEAN Business Award (ABA) untuk kategori Women Entrepreneur yang digelar di Bangkok, Thailand. Strategi pemasarannya dinilai mencatat hasil yang signifikan bagi pertumbuhan bisnis serta meningkatkan efisiensi yang menguntungkan.
Dan, pada Juni 2022, Nurhayati dinobatkan sebagai salah satu dari "20 Wanita Paling Berpengaruh" oleh Fortune Indonesia.
Kehidupan Pribadi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Nurhayati memiliki tiga orang Kakak, yakni Syufni Muin, Hasnah Muin, Bakhtiar Muin. Adapun keempat adiknya, yakni Fauziah Muin, Maimunah Muin, Resmi Bestari, dan Muslim Muin.
Nurhayati menikah dengan seorang pria berdarah Jawa (Kebumen) bernama Subakat Hadi pada April 1978. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak, yakni Harman Subakat, Salman Subakat, dan Sari Chairunnisa. Ketiga anaknya bergabung di PTI dan meneruskan kepemimpinan generasi kedua.
Sebagai womenpreneur, sosok Nurhayati sangat menginspirasi anak-anaknya, terutama anak bungsu--perempuan satu-satunya. Sari, begitu ia karib disapa terinspirasi dengan sang Ibu dalam kehidupan keluarga maupun karier.
Baca Juga: Loker Jadi Incaran Job Seeker, Gimana Ya Cara Perusahaan Paragon Mengelola Para Karyawan?
"Kalau dalam berkeluarga saya merasa walaupun Ibu sibuk tapi selalu punya waktu buat anaknya, dan kalau sedang bersama anaknya, dia akan fokus, tidak terdistraksi dengan yang lain. Itu yang selalu menginspirasi saya dalam mengasuh anak," jelas Sari seperti dikutip dari Kumparan.
Sari melanjutkan, dalam bekerja, seiring dengan bertambahnya usia, Sang Ibu melihat segala aktivitasnya sebagai ibadah, semuanya itu untuk mencari berkah dan ridho Allah.