Kontribusi perempuan dalam dunia arsitektur Indonesia semakin terlihat dalam satu dekade terakhir. Meski jumlah arsitek perempuan masih lebih sedikit dibanding laki-laki, karya-karya yang mereka hasilkan tidak kalah inovatif dan memiliki dampak besar bagi perkembangan arsitektur nasional. Sebagian bahkan telah menembus panggung internasional melalui penghargaan dan proyek berskala global.
Mereka tidak hanya berkarya, tetapi juga mendorong perubahan, baik dalam desain, pendidikan arsitektur, maupun pemberdayaan sesama perempuan di bidang ini. Berikut deretan perempuan yang berkecimpung di dunia arsitektur kebanggaan Indonesia:
1. Gabi Osri
Osrithalita Gabriela atau Gabi Osri dikenal sebagai arsitek muda yang aktif mengeksplorasi hubungan antara riset dan praktik arsitektur. Sebagai co-founder Ago Architecture, ia menggabungkan pendekatan desain yang responsif dengan kajian performa bangunan, sehingga karya-karya yang dihasilkan tidak hanya estetis tetapi juga efisien dan berkelanjutan. Pengalaman lebih dari delapan tahun membuatnya matang dalam merancang bangunan yang mengutamakan kenyamanan dan fungsionalitas.
Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif yang Berprofesi sebagai Guru
Pendidikannya yang berlapis, mulai dari Universitas Trisakti hingga National University of Singapore, membentuk cara pandang Gabi dalam mengutamakan performa bangunan dan keberlanjutan dalam desain. Ia juga aktif sebagai peneliti, menjadikannya salah satu arsitek yang mampu menjembatani ilmu pengetahuan dan praktik. Pendekatan ini menjadi ciri khas yang membedakan Gabi dari banyak arsitek muda lainnya.
2. Nabila Larasati Pranoto
Nabila Larasati Pranoto termasuk arsitek muda generasi baru yang mencuri perhatian melalui prestasi akademik dan penghargaan internasional. Menempuh pendidikan S1 dan S2 sekaligus di Singapore University of Technology and Design dengan beasiswa penuh, ia menunjukkan konsistensi dalam bidang desain yang berorientasi pada masa depan. Karyanya berjudul A Living Organism berhasil memenangkan Prix de La Foundation kategori “Architecture and Sea Level Rise”.
Prestasi tersebut menegaskan kapasitas Nabila dalam memahami isu-isu global seperti perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut. Ia menghadirkan gagasan arsitektur yang adaptif, futuristik, dan berbasis riset. Sebagai bagian dari generasi milenial, kiprahnya menunjukkan bahwa energi baru dalam dunia arsitektur Indonesia tidak hanya lahir dari pengalaman panjang, tetapi juga dari keberanian bereksperimen dan kemampuan membaca tantangan global.
3. Avianti Armand
Avianti Armand merupakan figur arsitek yang dikenal karena multidimensi. Ia tidak hanya menghasilkan karya arsitektur, tetapi juga menulis, mengkurasi pameran, dan menciptakan karya sastra. Sejak memulai karier pada 1992, ia telah berkecimpung dalam berbagai proyek desain, salah satunya “Rumah Kampung”, yang mengantarkannya meraih Ikatan Arsitek Indonesia Award pada 2008 bersama suaminya, Terry Ahmad.
Selain dunia desain, Avianti memperkaya pemahaman publik terhadap arsitektur melalui tulisan-tulisannya. Buku Arsitektur Yang Lain menjadi contoh bagaimana ia memadukan cakrawala arsitektur dengan bahasa puitis, sebuah karya yang jarang ditemui di Indonesia. Kolaborasi antara arsitektur dan sastra inilah yang membuat Avianti menjadi sosok penting dalam upaya memperluas cara masyarakat memahami ruang dan desain.
4. Imelda Akmal
Imelda Akmal membuktikan bahwa dunia arsitektur tidak melulu soal desain bangunan, tetapi juga tentang bagaimana gagasan-gagasan arsitektur dipahami publik. Melalui Imelda Akmal Architecture Writer Studio yang ia dirikan pada 2004, ia menjadi jembatan antara karya arsitektur dan masyarakat. Imelda dikenal luas sebagai penulis dan editor publikasi arsitektur yang produktif.
Salah satu kontribusi terbesarnya adalah Archinesia Bookgazine, sebuah publikasi yang mengulas arsitektur Asia Tenggara secara mendalam. Melalui karya tulisannya, ia memperkenalkan berbagai arsitek dan karyanya kepada publik yang lebih luas, sekaligus mendorong apresiasi terhadap praktik arsitektur lokal. Peran Imelda penting karena ia turut membangun literasi arsitektur di Indonesia yang selama ini kurang mendapat perhatian.
Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif Indonesia di Bidang Budaya
5. Wendy Djuhara
Wendy Djuhara termasuk arsitek yang memiliki pengalaman panjang sejak lulus dari Universitas Parahyangan pada 1988. Ia menghabiskan satu dekade awal kariernya di Paramita Abirama Istasadhya (PAI), sekaligus aktif di Forum Arsitek Muda Indonesia. Pada 1998, ia mendirikan Djuhara-Djuhara bersama suaminya, Ahmad Djuhara, dan sejak itu dikenal memiliki karya kuat dengan karakter desain yang jujur dan kontekstual.
Salah satu karyanya yang mendapat pengakuan internasional adalah desain TK “Shining Star School”, yang meraih penghargaan World Architecture Festival di Barcelona pada 2010. Pengakuan tersebut menunjukkan kemampuan Wendy dalam merancang ruang belajar yang menghadirkan suasana kreatif dan menyenangkan bagi anak-anak. Kontribusinya menjadikan Wendy sebagai salah satu arsitek Indonesia yang konsisten menghadirkan karya inovatif dan berpihak pada pengguna.
6. Gathi Subekti
Gathi Subekti dikenal tidak hanya sebagai arsitek, tetapi juga sebagai penggerak komunitas Perempuan Berarsitektur. Melalui komunitas tersebut, ia aktif mengadvokasi ruang yang lebih inklusif bagi perempuan di dunia arsitektur, sekaligus membuka ruang diskusi mengenai isu-isu profesi dan representasi. Kiprahnya mencerminkan peran penting perempuan dalam membangun jaringan dan solidaritas di industri arsitektur.
Baca Juga: Deretan Perempuan Inspiratif Indonesia di Bidang Sains, Kiprah Mereka Mendunia
Sebagai Head of Design Arkana Architects, Gathi menghasilkan berbagai karya desain dengan pendekatan modern dan elegan. Latar belakangnya di Universitas Katolik Parahyangan serta pengalaman bekerja di beberapa firma membentuk fondasi yang kuat sebelum ia mendirikan Arkana Architects bersama Samuel Bonaventura. Gathi menjadi salah satu contoh arsitek yang tumbuh bersama komunitas sekaligus berkontribusi pada kemajuan industri.
7. Daliana Suryawinata
Daliana Suryawinata merupakan co-founder SHAU, firma arsitektur dan urbanisme yang menangani proyek berskala internasional. Karyanya dikenal menggabungkan pendekatan teknologi, keberlanjutan, dan kebutuhan ruang publik. “Microlibrary Warak Kayu”, salah satu proyeknya, meraih Architizer A+Award 2020 dan menjadi simbol inovasi arsitektur yang ramah lingkungan serta mudah diakses masyarakat.
Selain itu, Daliana juga aktif sebagai urban planner yang fokus pada penataan kota dan pengembangan ruang sosial. Pendekatannya menekankan pentingnya arsitektur sebagai solusi terhadap tantangan perkotaan, mulai dari keterbatasan ruang hingga kebutuhan fasilitas publik. Kiprahnya menempatkan Daliana sebagai salah satu arsitek Indonesia yang sukses membawa desain lokal ke panggung internasional.
8. Diana Kusumastuti
Berbeda dari arsitek lainnya, Diana Kusumastuti meniti karier di jalur birokrasi hingga akhirnya dilantik sebagai Wakil Menteri Pekerjaan Umum pada 21 Oktober 2024. Dengan latar belakang pendidikan arsitektur Universitas Diponegoro dan magister di Institut Teknologi Bandung, ia dikenal sebagai pejabat senior yang menguasai aspek teknis maupun manajerial dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Selama berkarier di Kementerian PUPR sejak 1993, Diana terlibat dalam berbagai proyek besar, termasuk pembangunan venue Asian Games, revitalisasi Masjid Istiqlal, hingga pengembangan destinasi pariwisata super prioritas. Kepemimpinannya di berbagai posisi strategis, termasuk sebagai Dirjen Cipta Karya, membuktikan bahwa arsitek perempuan dapat menjadi aktor penting dalam pengambilan keputusan skala nasional. Kiprahnya menjadikannya teladan bagi perempuan yang ingin berkarier di sektor publik.