Selain itu, dia menekankan, BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti Pertambangan MIND ID serta perkebunan PTPN bisa memanfaatkan tren kenaikan harga ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan. BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dolar AS agar mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi dampak fluktuasi kurs.
"Seluruh BUMN diharapkan dapat waspada dan awas dengan memantau situasi saat ini, mengingat kemungkinan terjadi kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat," kata Erick.
Baca Juga: Dukung Safari Ramadan BUMN, MIND ID Tebar Paket Sembako Murah di Pontianak
Merespons instruksi tersebut, Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan bahwa pihaknya secara intens terus memantau perkembangan terkini dan dampak memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok energi global. Nicke menyebut, fluktuasi minyak dunia akan kian dinamis pasca-meningkatnya ketegangan yang terjadi di Timur Tengah.
"Kita akan terus meningkatkan upaya mitigasi risiko untuk mengurangi potensi dampak dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pengendalian biaya, pemilihan komposisi crude yang optimal, pengelolaan inventory yang efektif, peningkatan produksi high-yield products, dan efisiensi di semua lini operasional," ujar Nicke.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sunarso, memastikan jika BRI akan menerapkan langkah ketat dalam rencana aksi korporasi ke depan. BRI, lanjut Sunarso, juga secara prudent dan terukur akan menjaga porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak secara proporsional.
"Tentu seperti arahan Pak Menteri, kita akan melaksanakan stress test dan juga mempersiapkan berbagai skenario terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada perekonomian Tanah Air karena dinamika kondisi ekonomi dan geopolitik global," pungkasnya.