Designer, Dwi Iskandar, pun berbicara soal fashion dan lifestyle. Menurutnya, saat ini orang sudah mulai konsen dengan sustainable fashion yang jangkauannya sangat luas.

Dwi bilang, hal ini bukan hanya menyangkut sekadar bahan yang natural, tapi lebih luas sebab kondisi saat ini tak bisa dihindari pemakaian bahan yang tidak natural seperti polyester.

“Jadi sustainable fashion bukan hanya di bahan. Untuk zero waste susah, paling kita bisa mengurangi,” tukasnya.

“Kita tidak harus memakai bahan yang benar-benar baru keluar dari toko, jadi kita bisa membuat sesuatu yang memadukan antara bahan baru dan bahan lama untuk bisa tetap tampil stylish,” lanjutnya.

Dalam upaya itu, Dwi menyiapkan salah satu pojok otletnya untuk menjual barang-barang lama. Ia juga merepair koleksi lama agar menarik dipakai.

“Jadi bagaimana buat baju lama menarik kembali. Penting ajarkan mereka untuk repair agar jadi baru dan menarik,” ujar Dwi.

Selanjutnya, Sri Utami dari John Hardy mengingatkan sustainability adalah sesuatu yang kompleks, terkait prosesnya, sisi karyawan juga packaging serta pertimbangan efek sosial.

“Kita usahakan gunakan material yang ramah lingkungan serta pentingnya sertifikasi,” tandasnya.

Nah Growthmates, sebagai bagian dari komitmennya terhadap keberlanjutan, acara ini juga akan menghitung jejak karbon dan mengimbanginya melalui penanaman bakau. Peserta akan menerima laporan rinci atau sertifikat yang menguraikan dampak lingkungan yang diimbangi dengan partisipasi mereka.

“Path to Sustainable Growth tidak hanya menunjukkan dedikasi The Apurva Kempinski Bali terhadap keberlanjutan namun juga bertujuan untuk menginspirasi peserta dan pemangku kepentingan untuk mengadopsi praktik serupa, sehingga memberikan dampak yang berarti bagi masa depan industri ini,” pungkas Melody.

Baca Juga: The Apurva Kempinski Bali Angkat Keberagaman dan Kekayaan Indonesia Lewat ‘Bhinneka Tunggal Ika’