Yayasan yang Mandiri, Warisan Jiwa Entrepreneur Ciputra
Mengelola sebuah yayasan bukan sekadar tentang niat baik atau semangat berbagi. Bagi Ciputra, membesarkan yayasan adalah sebuah perjuangan yang membutuhkan visi, keberanian, dan jiwa kewirausahaan yang menyala, seperti saat membangun sebuah perusahaan besar dari nol.
Sebagai sosok yang tumbuh dari masa kecil yang penuh keterbatasan, Ciputra memahami betul bahwa ketergantungan bukanlah jalan keluar. Terutama dalam dunia pendidikan dan sosial, yayasan seharusnya tidak hanya menadahkan tangan, bergantung pada bantuan atau belas kasihan.
“Sebagai pengusaha yang punya latar belakang kehidupan masa kecil yang berat, saya tidak pernah rela bila yayasan hanya berjalan mengikuti angin yang bertiup. Banyak yayasan hanya menadahkan tangan. Berharap ada bantuan datang dan perjalanannya kemudian sangat bergantung dari dana yang ada,” terang Ciputra.
Bagi Ciputra sendiri, semangat mandiri dan produktif adalah napas yang harus dihembuskan dalam setiap langkah yayasan. Ia percaya, yayasan bisa dan harus bergerak agresif, layaknya perusahaan tapi tetap menjaga karakter utamanya, yakni tidak membagikan keuntungan, tidak ada pemilik saham. Semua hasil dikembalikan untuk misi kemanusiaan dan pendidikan.
“Yayasan seharusnya bisa bergerak agresif seperti semangat yang dijalankan perusahaan. Tanpa mengubah karakter yayasan yang tidak boleh membagikan keuntungan atau saham, yayasan bisa terus menyejahterakan diri dengan menciptakan hal-hal yang mendatangkan profit. Dengan demikian, yayasan akan menjadi mandiri dan mumpuni,” paparnya.
Jiwa entrepreneurship ini tidak hanya Ciputra bagikan dalam kata-kata, tapi ditanamkan dalam aksi nyata di berbagai yayasan yang dinaunginya. Mulai dari Yayasan Prasetya Mulya yang menaungi universitas ternama, hingga Yayasan Pendidikan Jaya dan Universitas Pembangunan Jaya yang membangun pendidikan dari akar rumput.
Ada pula Yayasan Ciputra Pendidikan yang memiliki Universitas Ciputra dan sembilan sekolah unggulan, Yayasan Citra Kristus yang fokus pada kegiatan filantropi keluarga, serta Yayasan Artpreneur yang menjadi rumah bagi galeri seni, teater, dan museum kelas dunia.
Bahkan dalam struktur korporasi, ia menyuntikkan semangat ini ke Yayasan Marga Jaya yang memegang 7% saham PT Pembangunan Jaya, bukti bahwa yayasan juga bisa mengambil bagian dalam arus ekonomi nasional.
“Sama halnya dengan membangun bisnis, di dalam membesarkan yayasan pun saya menyuntikkan jiwa entrepreneur. Cara pandang pengelolaan yayasan harus disertai spirit untuk sejahtera, penuh daya, dan powerful sehingga yayasan mampu mengembangkan aktivitas yang digerakkannya,” jelas Ciputra.
Dan kata Ciputra, hasilnya pun nanti bukan sekadar laporan kegiatan, tetapi perubahan nyata, pertumbuhan signifikan, dan pengaruh yang mendalam bagi masyarakat luas.
“Jika dilihat dari apa yang telah dihasilkan yayasan yang saya bina, kita akan melihat sebuah perkembangan yang signifikan. Itu karena mental dalam mengembangkannya bukanlah mental meminta atau berharap bantuan. Tapi, mental untuk berusaha dan menciptakan peluang,” pungkasnya.
Baca Juga: Keteguhan Iman dan Prinsip Hidup 5D ala Ciputra dalam Menghadapi Sakit dan Ujian