Nama Muhammad Saleh Kurnia mungkin saja tak dikenal kebanyakan masyarakat terutama di kalangan muda, wajar saja pria kelahiran 1 Desember 1934 di Sukabumi, Jawa Barat itu memilih bekerja dalam senyap. Semuanya ia upayakan tanpa harus mengumbar cerita sana sini.

Saleh adalah pelopor ritel di Indonesia. Dari tangannya lahir supermarket legendaris, Hero yang menjadi  supermarket tertua dan pertama di Indonesia. Hasil kerja kerasnya masih kokoh berdiri hingga kini. Hero menolak tenggelam di tengah pesatnya perkembangan bisnis ritel di era modern sekarang ini.

Perjalanan Saleh membangun Hero memang tidak mudah. Ia bukan pengusaha yang mewarisi hasil jerih payah orang tua. Ia adalah perintis yang mengusahakan semuanya dari nol.

Baca Juga: Jejak Nasaruddin Umar, Menteri Agama dan Imam Besar Istiqlal yang Dekat dengan Mendiang Paus Fransiskus

Satu-satunya warisan orang tua yang ia punya adalah bakat dagang.  Darah sebagai pengusaha mengalir deras di setiap inci nandinya. Itu yang menjadi pondasi Saleh membangun Hero dari bawah. 

Kebiasaan berdagang sudah dilakoni Saleh sejak kecil, di usianya masih belum sampai  10 tahun, berdagang sudah menjadi rutinitasnya, Saleh kecil lebih sering menghabiskan waktu di kios kecil milik orang tuanya ketimbang bermain dengan teman sebaya. 

Toko kelontong milik orang tua Saleh menjadi sumber pendapatan utama yang menopang ekonomi keluarga. Kendati kecil namun lapak kios kelontong itu tetap stabil, tak ada guncangan berarti. Dari lapak kecil itu, Saleh menemukan passion yang  kelak membawanya meraih kesuksesan besar lewat bisnis ritel.

Naas, kios yang telah dirawat sepenuh hati itu justru menjadi sasaran kebengisan tentara Jepang, lapak itu dibakar, semua barang dagangan berubah menjadi abu, kios yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan keluarga kini telah tiada. 

Kenyataan pahit itu membawa orang tua Saleh diambang kebimbangan, terus bertahan di Sukabumi dengan memulai usaha baru atau harus keluar dari kampung kelahiran barangkali di luar sana ada peruntungan baru yang telah menunggu. 

Dengan berbagai perhitungan matang, orang tua Saleh akhirnya memutuskan merantau ke Jakarta. Kawasan Pintu Besar, Jakarta Pusat adalah tujuan mereka itu adalah tempat mereka memulai sebuah petualangan baru. 

Singkat cerita, di Pintu Besar, orang tua Saleh memulai usaha jualan makanan dan minuman di sebuah toko kecil. Saleh yang masih berusia 9 tahun tak mau melihat orang tuanya berjuang sendiri, dengan kesadaran penuh Saleh turut mengambil bagian membantu ayah ibunya di sela-sela kesibukannya sebagai siswa sekolah dasar. 

Dari kegiatan membantu orang tuanya berdagang, Saleh mengantongi banyak pengalaman berharga, ilmu dagang yang mungkin saja tak didapat di bangku sekolahan ia ambil dengan cuma-cuma dari orang tuanya.

Setelah beranjak remaja Saleh sudah memantapkan hatinya sebagai seorang pengusaha sukses dikemudian hari. Harapan dan cita-cita itu benar-benar direalisasikan, 1954 adalah titik balik kehidupan Saleh yang sudah beranjak dewasa ia mendirikan CV Hero bersama saudara laki-lakinya Wu Guo Chang.  CV Hero yang bergerak di impor barang kebutuhan masyarakat dalam skala kecil.

Ditinggal Sang Kakak

Kendati baru seumur jagung, namun CV Hero nyatanya langsung tancap gas, usaha tersebut berjalan lumayan lancar dan perlahan mulai dikenal luas publik. Tetapi namanya dunia usaha pasti selalu ada saja rintangan, ketika CV Hero sedang berada di puncaknya setelah lima tahun berdiri, Saleh dikejutkan dengan  keputusan sang kakak yang memilih cabut dari Hero. 

Tetapi Saleh adalah pengusaha yang tahan banting, mentalnya sudah diuji berkali-kali dengan cobaan yang bahkan jauh lebih berat, sepeninggalan sang kakak, Saleh memilih jalan sendiri, kini ia menjadi nahkoda tunggal bermental baja. 

Ahli-ahli kendur, Saleh justru semakin berani, pada titik ini ia berhasil membuat CV Hero sebagai distributor produk makanan dan minuman impor yang sukses besar. Meski Begitu, Saleh dengan mental petarung  jelas tak mau usahanya stagnan di situ-situ saja, ia sudah punya ide besar yang tersimpan rapi dalam kepalanya, Hero harus bisa lebih besar lagi.

Pada suatu kesempatan Saleh terbang ke Singapura, itu bukan perjalanan untuk sekadar bersenang-senang, memang tujuan utamanya adalah liburan, tetapi ini juga menjadi kesempatan melakukan survei. 

Di Singapura, Saleh mendatangi satu per satu supermarket modern yang sudah lebih dulu bercokol di sana, hal ini yang kemudian menginspirasinya untuk membuka supermarket begitu pulang ke Indonesia. 

23 Agustus 1971, Saleh menghentak dunia bisnis Tanah Air dengan membuka  Mini Supermarket Hero di Jl. Falatehan No.23, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang sekaligus menjadi supermarket pertama di Indonesia. Seiring perkembangan bisnisnya, pada 1973, CV Hero dikukuhkan menjadi PT Hero Supermarket.

Membangun Gudang Spesial

Harus diakui Saleh memang pebisnis yang tak kehabisan inovasi, ia kerap melahirkan ide-ide cemerlang ketika sedang terhimpit berbagai masalah, contoh saja ketika ia harus menerima kenyataan pahit bahwa produk makanan yang dijualnya banyak yang rusak bahkan membusuk sehingga ia harus membuangnya, dalam dunia bisnis hal seperti tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena berpotensi menjadi sumber kerugian. 

Tetapi bukan Saleh namanya kalau tak menemukan jalan keluar dari masalah ini, kenyataan tak mengenakan itu justru menginspirasi Saleh untuk membangun sebuah gudang spesial untuk menyimpan seluruh makanan impor itu. Pembuatan gudang itu membuat Saleh juga putar otak mengatur waktu kerja para pegawainya agar kesegaran produk tetap terjaga. Hasilnya produk yang rusak menurun drastis. 

Tak hanya membuat gudang spesial dan mengatur jam kerja karyawan, inovasi lainnya kelak ditiru hampir seluruh supermarket di  Indonesia adalah tetap membuka Hero  pada hari Minggu dan hari libur. Baginya, hari libur tersebut justru dapat menjadi kesempatan untuk memperoleh pembeli khususnya keluarga yang menghabiskan waktu liburan bersama.

Hal tersebut membuat supermarket yang dibangunnya menjadi pelopor jam belanja alternatif di Indonesia. Pada 1989, Hero yang pada saat itu sudah memiliki 26 gerai dan 3.000 pemasok pun melantai di bursa efek Indonesia (BEI) dengan kode HERO.

Pada Mei 1992, Saleh meninggal dunia. Usaha yang dirintisnya kemudian diteruskan oleh putranya, Ipung Kurnia, dan berkembang pesat. Pada 2002, Hero Group meluncurkan hipermarket Giant yang merupakan lisensi dari Malaysia. Giant didirikan dengan konsep yang berbeda karena menyediakan pilihan barang yang lebih beragam, dari bahan makanan hingga peralatan rumah tangga.