Sang Mertua ‘Larang’ Tahir Masuk ke Bisnis Keluarganya

Tahir menuturkan, proses pembelajarannya terhadap karakter sang mertua dimulai tidak lama setelah mereka berdua melakukan percakapan. Menurut Tahir, percakapannya dengan Mochtar Riady saat itu tidak akan ia lupakan sepanjang hidupnya.

Suatu waktu, kata tahir, sekitar 2 minggu setelah pernikahannya, ia mendapatkan telepon dari sang mertua yang memintanya untuk menemuinya di kantornya, di kantor pusat Bank Panin. Tak membuang waktu, saat itu Tahir pun bergegas menemui Mochtar Riady.

“Waktu itu saya gugup, tapi kegembiraan saya mengalahkan rasa gugup itu. Ada sensasi unik ketika saya dipanggil ayah mertua. Saat datang, saya melihat kantornya mencerminkan karakter sempurna. Saat melihatnya, dia juga tersenyum hangat dan matanya menenangkan. Kegelisahan saya mulai menghilang secara bertahap,” tutur Tahir.

Dikatakan Tahir, saat itu ia sangat terpana dengan sosok sang mertua. Mochtar Riady benar-benar memiliki kharisma ala pria sukses yang kuat. Matanya memancarkan daya tarik yang kuat, seakan memusatkan semua kekuatan Mochtar Riady.

“Mata Pak Mochtar memancarkan kecerdasannya, rentang pengalaman hidupnya, dan pencapaian bisnis, strategi serta visinya. Matanya begitu dalam,” ujar Tahir.

Di tengah kekaguman Tahir akan sosok sang mertua, saat itu Mochtar Riady pun memulai pembicaraan dengannya. Saat itu, Mochtar Riady langsung bertanya pada Tahir: “Kamu ingin jadi apa,Tahir”. Sontak, lanjut Tahir, ia langsung menarik napas dalam-dalam untuk mempersiapkan jawabannya.

“Saat itu saya menjawab, ‘saya ingin menjadi seseorang yang lebih sukses dari kamu’,” tutur Tahir.

Menurut Tahir, saat mendengar jawabannya itu, mata Mochtar Riady langsung langsung melebar. Ia tampak terkejut dengan jawaban menantunya. Namun, kata Tahir, saat itu Mochtar Riady tampak tenang.

“Saat itu Pak Mochtar menatap saya dan tersenyum. Ia bilang, ‘oke, bagus’. Kemudian ia pun mengatakan jika meski ia punya usaha yang cukup banyak dan berkembang, namun prinsip dia, bahwa tidak ada seorang pun menantunya yang ia izinkan untuk bergabung dengan bisnisnya,” papar Tahir.

Mendengar kata-kata sang mertua itu nyali Tahir pun langsung ciut. Ia mendadak menjadi ketakutan. Menurutnya, entah bagaimana ia begitu tersentak dengan topik yang dibicarakan mertuanya itu. Ia berpikir, kalimat yang dilontarkan Mochtar Riady itu terdengar seperti sebuah peringatan, bukan pemberitahuan.

“Pak Mochtar saat itu bilang, ‘ Kamu tidak diizinkan bekerja di bisnis keluarga saya. Saya lebih suka melihat kamu mandiri dan berjuang sendiri untuk hidup bersama Rosy’,” tutur Tahir menirukan ucapan Mochtar Riady kala itu.

Mendengar hal itu, Tahir pun mengaku hanya bisa mengangguk dengan sopan. Ia pun lantas menegaskan kepada sang mertua bahwa ia tak sama sekali tak keberatan dengan permintaannya.

“Saat itu saya bilang ke Pak Mochtar bahwa saya tak mempermasalahkan hal itu. Saya bisa berjuang sendiri. Mendengar jawaban itu, Pak Mochtar pun terlihat tampak puas. Wajahnya berseri-seri. Ia pun tersenyum, dan kala itu senyumnya lebih alami. Kepalanya bergerak perlahan dan ia mengangguk,” jelas Tahir.

Baca Juga: Cerita Kencan Pertama Dato Sri Tahir dan Rosy Riady: Momen yang Penuh Kekakuan, Namun Membahagiakan