Di balik gemerlap kawasan Bintaro Jaya yang kini menjadi salah satu kota satelit tersukses di Indonesia, tersimpan kisah perjuangan, visi besar, dan keyakinan tanpa batas dari sang pendirinya, yakni Ir. Ciputra.

Saat itu, Founder Ciputra Group itu masih sibuk menuntaskan proyek-proyek PT Pembangunan Jaya, termasuk Ancol yang sedang dalam tahap pembangunan. Namun di sela kesibukannya, mimpi membangun Bintaro terus menari-nari di benaknya. Bersama timnya di Jaya, ia mulai menuangkan impian tersebut ke dalam gambar dan konsep.

“Ini impian yang harus jadi kenyataan. Kita harus menjadi pelopor bagi lahirnya sebuah kota satelit. Kelak akan banyak kota satelit bermunculan. Kitalah yang mengawali dan membuat platformnya,” papar Ciputra, dalam buku biografinya yang bertajuk The Passion of My Life karya Alberthiene Endah, sebagaimana dikutip Olenka, Rabu (9/7/2025).

Dikatakan Ciputra, dengan modal pinjaman bank, pembebasan lahan pun terus dilakukan hingga akhirnya pada tahun 1980, pembangunan Bintaro dimulai di bawah bendera PT Jaya Real Property.Saat itu, Ciputra terjun langsung, mengerahkan seluruh tenaga, waktu, dan hatinya untuk proyek yang ia sebut sebagai mahakarya itu.

“Saya menyerahkan segenap jiwa saya selama menggarap Bintaro Jaya,” tuturnya.

Baginya, Bintaro bukan hanya soal deretan rumah dan ruko. Sejak peletakan batu pertama, Ciputra sudah menanamkan tekad kuat: tanah ini akan disulap menjadi kawasan hunian modern dengan penataan bangunan, lanskap, dan fasilitas yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia.

“Tanah ini akan menjadi kawasan hunian yang sebelumnya tak pernah dikenal perwajahannya di Indonesia. Sebuah kawasan yang akan kami tata detail bangunannya, lanskapnya, dan fasilitasnya dari nol. Kawasan yang akan menjadi kantong besar kehidupan komunitas masyarakat modern,” ujarnya mantap.

Keyakinan Ciputra juga ditopang oleh perkembangan ekonomi Indonesia kala itu. Booming minyak bumi melahirkan kelas menengah baru. Generasi muda lulusan universitas mulai memiliki penghasilan yang mapan. Namun, mereka menghadapi dilema, yakni belum sanggup membeli rumah mewah, tetapi juga tak ingin tinggal di rumah-rumah sederhana seperti generasi sebelumnya.

Ciputra membaca kebutuhan itu dengan jeli. Bintaro Jaya lahir bukan sekadar untuk menjual rumah, melainkan menghadirkan gaya hidup baru bagi kaum menengah Indonesia, sebuah kawasan mandiri tempat mereka bisa hidup dengan nyaman, aman, dan bermartabat.

Baca Juga: Bintaro dan Kota Satelit Impian Ciputra

Mimpi Siang Bolong yang Menjadi Kenyataan

Bagi banyak orang, membangun sebuah kota satelit dari tanah kosong adalah mimpi di siang bolong. Namun bagi Ciputra, mimpi itulah yang justru menghidupkan langkahnya.

Saat booming ekonomi melahirkan kelas menengah baru di Indonesia, Ciputra membaca sinyal kebutuhan mereka dengan jernih. Menurutnya, kaum menengah ini bukan sekadar mencari tempat tinggal, tetapi rumah yang mencerminkan jati diri mereka.

“Setelah bekerja dan menikah, kaum menengah cenderung mencari rumah yang mewakili selera mereka. Tidak masalah tidak terlalu besar, tapi apik dan berada di lingkungan yang nyaman. Tidak kumuh, tidak penuh sesak, tidak bising, bukan di perkampungan,” ujar Ciputra.

Ciputra yakin, pasar ini akan berkembang pesat. Namun tak semua orang sepemikirannya. Banyak yang menganggap rencananya membangun kota satelit hanyalah mimpi kosong. Tapi bagi Ciputra, justru mimpi itulah yang akan dicari orang kelak.

“Walau banyak orang mengatakan niat kami ini seperti mimpi di tengah hari bolong, justru kami melihat gelagat bahwa mimpi itu akan jadi kenyataan, bahkan dicari orang,” katanya penuh keyakinan.

Pembangunan Bintaro Jaya pun berjalan lancar. Pembebasan lahan terus dilakukan. Setiap ada kucuran dana, langsung digunakan untuk membeli tanah baru. Dari ratusan hektare, pelan-pelan bertambah hingga ribuan hektare.

Ciputra selalu berpikir jauh ke depan. Baginya, Bintaro Jaya bukan proyek jangka pendek lima atau sepuluh tahun. Ia membayangkan sebuah kota mandiri yang terus tumbuh, dengan permukiman yang nyaman, area komersial, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, hingga fasilitas olahraga.

“Saya percaya Bintaro Jaya tak hanya akan lima atau sepuluh tahun kami garap, tapi dalam jangka waktu yang panjang. Setelah membangun permukiman, pastilah kami akan membangun area komersial, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, sarana olahraga, dan banyak lagi,” katanya.

Ia sadar, mewujudkan impian sebesar itu perlu keberanian dan kesabaran. Karena itu, setiap lahan baru yang berhasil dibebaskan adalah tabungan mimpi yang kian mendekat pada kenyataan.

“Makin luas lahan yang bisa dibebaskan akan semakin baik, sebab artinya semakin lapang kami bisa menyemburkan ide untuk mencipta sebuah kota satelit yang mumpuni,” ungkap Ciputra.

Baca Juga: Kisah di Balik Kesuksesan Ciputra Membangun Dufan: Impian Besar, Trauma Masa Kecil, dan Cinta untuk Keluarga

Ciputra: Penduduk yang Memberi Warna, Pengembang yang Membuat Wadah

Kesuksesan Bintaro Jaya tidak terjadi dalam semalam. Semua berawal dari visi besar Ciputra untuk menghadirkan kawasan hunian modern bagi kelas menengah Indonesia. Pembangunan dilakukan bertahap, sektor demi sektor, hingga akhirnya kawasan ini tumbuh menjadi kota satelit yang hidup dan dinamis.

“Bintaro Jaya meraih sukses. Setahap demi setahap pembangunan dilakukan dengan pembagian sektor. Sektor 1, Sektor 2, dan seterusnya. Pembelinya menyemut. Rumah demi rumah laku terjual,” kenang Ciputra.

Namun, bagi Ciputra, Bintaro bukan hanya tentang menjual rumah. Ia memahami bahwa ketika komunitas mulai terbentuk, kebutuhan gaya hidup pun ikut tumbuh. Karena itu, ia berani mengambil langkah berani: membangun pusat perbelanjaan di tengah kawasan hunian yang saat itu masih berkembang.

“Tempat komersial juga kami beranikan untuk segera dibangun. Itulah Bintaro Plaza yang berada di Sektor 4. Kenapa kami berani melakukan itu? Sesuai dengan gambaran saya, akhirnya karakter penduduk akan membentuk selera gaya hidup,” ujarnya.

Ia yakin, penduduk Bintaro menginginkan pusat belanja yang dekat, lengkap dengan pilihan kuliner dan tempat bersantai. Timnya pun terus mempelajari karakter mereka, hingga menemukan kesimpulan yang menggembirakan.

“Kami mendapatkan hasil yang menggembirakan, yakni selera gaya hidup yang nyaris sama. Mereka adalah orang-orang sibuk yang menginginkan kehidupan berkualitas sebagai kompensasi atas kerja keras mereka,” kata Ciputra.

Dengan pemahaman itu, pembangunan Bintaro Plaza pun berjalan lancar. Restoran, butik, dan brand ternama hadir memenuhi kebutuhan penduduknya.

Tak lama kemudian, tempat-tempat komersial lain bermunculan di sepanjang Jalan Bintaro Raya. Pebisnis kuliner, salon, busana, dan berbagai lini usaha lain datang meramaikan kawasan tersebut.

“Akhirnya selera itu terbentuk. Yang membentuk ya karakter penduduknya. Merekalah yang kemudian mendorong lahirnya kreativitas di berbagai lini yang sesuai dengan kelas mereka,” ujarnya.

Bagi Ciputra, penduduklah yang sesungguhnya memberi warna pada sebuah kawasan. Menurutnya, peran pengembang seperti dirinya hanya menciptakan wadah yang nyaman, aman, dan mendukung pertumbuhan gaya hidup mereka.

“Sebenarnya yang memberi warna pada sebuah permukiman pada akhirnya adalah penduduknya sendiri. Kami sebagai pengembang adalah pencipta wadah,” tutur Ciputra.

Baca Juga: Kisah Ciputra Mengubah Rimba Ancol Menjadi Ikon Jakarta

Dari Bintaro Jaya Menuju Impian Pondok Indah

Bintaro Jaya adalah bukti nyata bagaimana visi besar, kreativitas, dan intuisi tajam seorang Ciputra mampu mengubah tanah kosong menjadi kawasan hunian modern yang hidup.

Seiring waktu, Bintaro terus berkembang pesat. Ada sinergi alami antara kreativitas dan agresivitas tim pengembang dengan inisiatif para penghuninya.

“Inilah bukti bahwa ketika sebuah kota sudah terbentuk dengan penataan yang penuh konsep maka kehidupan berenergi dengan sendirinya akan tumbuh,” kata Ciputra.

Sebagai pengembang, ia dan timnya tak pernah lengah. Karakter Bintaro Jaya sebagai kota satelit modern harus terus dijaga. Dan benar saja, pertumbuhannya begitu pesat. Area perdagangan kian hidup dengan ragam usaha yang terus bertambah. Gedung perkantoran, apartemen, hotel, driving range golf, tempat ibadah, sekolah-sekolah berkualitas, hingga mal besar berdiri megah di berbagai sudut Bintaro.

“Bukan main pesatnya pertumbuhan sarana di permukiman ini,” ujar Ciputra bangga.

Keberhasilan Bintaro Jaya pun menjadi inspirasi bagi banyak developer lain. Kota-kota satelit bermunculan, meniru konsep Bintaro. Bahkan nama ‘Jaya’ kerap disematkan pada banyak kompleks permukiman baru.

“Tidak masalah. Saya senang saja,” ucap Ciputra.

Baginya, kepuasan terbesar bukan hanya melihat bangunan yang berdiri kokoh, melainkan saat mimpinya terbukti bukan sekadar pepesan kosong.

“Kepuasan saya terhadap Bintaro Jaya begitu luar biasa. Terutama karena saya berhasil membuktikan bahwa mimpi saya bukan pepesan kosong. Bukan khayalan di tengah hari bolong,” tuturnya.

Bintaro Jaya menegaskan keyakinan Ciputra bahwa intuisi masa depan adalah anugerah yang tak bisa diremehkan.

“Bintaro Jaya membuat saya semakin yakin bahwa intuisi terhadap masa depan bukanlah sesuatu yang bisa kita remehkan begitu saja. Barangkali saya beruntung karena Tuhan memberi saya sinyal begitu tajam. Mungkin kepekaan hati saya begitu halusnya,” ungkap Ciputra.

Namun, ketika Bintaro masih berproses, getaran mimpi lain mulai mengetuk hatin Ciputra. Ia melihat potensi besar di sudut selatan Kebayoran, Jakarta Selatan, yang di matanya bukan sekadar lahan kosong, melainkan masa depan permukiman mewah. Dan, tempat itu kelak dikenal sebagai Pondok Indah.

“Selagi Bintaro Jaya berproses, sebuah impian lain juga menggedor-gedor batin saya. Permukiman mewah akan ada pasarnya. Dan saya merasakan getaran itu di sudut selatan Kebayoran yang masih berupa hamparan sawah, kebun karet, dan ladang palawija. Sebuah tempat yang kemudian hari dikenal orang sebagai Pondok Indah,” tandas Ciputra.

Baca Juga: Pelajaran Hidup Ciputra dari Proyek Senen: Kesuksesan Besar yang yang Menorehkan Luka Batin