Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso membagikan sejumlah kiat sukses mentransformasi perusahaan setelah dirinya berhasil membawa perubahan besar di BRI.

Menurutnya transformasi yang sukses tidak bisa dilakukan secara asal-asalan, sebuah langkah transformasi perlu hitung-hitungan cermat, sebab transformasi perusahaan punya kecenderungan gagal yang sangat besar. 

Baca Juga: Di Pasar Deli Serdang, Jokowi Minta Maaf Lagi

“Transformasi itu ternyata berisiko, dan ternyata sulit, tidak mudah, bahkan kadang-kadang transformasi itu kalau gagal itu hasilnya bisa sangat pahit. Maka dibutuhkan kebulatan tekad,” kata Sunarso dalam sebuah kesempatan dilansir Olenka.id Rabu (11/9/2024). 

Menurut Sunarso, langkah mentransformasi sebuah perusahaan punya risiko kegagalan yang sangat besar. 

Dia bilang dari 10 perusahan yang melakukan transformasi yang berhasil hanya 3 perusahaan saja, pun demikian ketika sebuah perusahaan 10 kali melakukan transformasi kecenderungan berhasilnya hanya 3 kali. Untuk itu, kata Sunarso transformasi mesti  dihitung masak-masak, itu tak bisa sembarangan dilakukan. 

“Itu kira-kira data empirisnya seperti itu. Maka kemudian kita tanya, kalau begitu sanggup nggak kalian transformasi? Sanggup katanya. Ya sudah kita jalankan transformasi,” ujarnya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan transformasi supaya langkah itu sukses tereksekusi. Hal yang paling utama memulai langkah ini adalah memperhatikan aspek apa saja yang menjadi sasaran transformasi. 

Ketika target transformasi sudah jelas, kata dia maka semua harus berfokus ke sana, tak boleh ada yang keluar jalur sebab itu hanya membuat peluang kegagalan terbuka lebar.    

Baca Juga: Solid Dukung Ridwan Kamil, PKS Pastikan Sudah Move On dari Anies Baswedan

“Harus ada kejelasan objek yang ditransformasi. Jangan sampai kita bilang transformasi, apanya yang ditransformasi? Hari ini kita bilang, oh transformasi digital. Terus begitu dilakukan digital, ternyata berat ya,” ucapnya. 

“(Tak boleh) compang-camping kanan-kiri. Kemudian bilang besok. Itu saya katakan adalah ketidakjelasan objek yang ditransformasi. Maka untuk sukses, harus ada kejelasan objek yang harus ditransformasi,” tambahnya. 

Poin kedua yang tak kalah penting mensukseskan sebuah transformasi adalah kualitas pemimpin. Seorang pemimpin perusahaan kata Sunarso tak boleh plin-plan dalam memimpin sebuah gerakan transformasi, dia mesti berdiri paling depan untuk menuntun langkah bawahannya meraih keberhasilan yang telah ditarget. 

“Yang kedua, harus ada pemimpin yang menggerakkan. Dan yang ketiga, harus dibuy-in oleh seluruh anggota tim,” tuturnya. 

Sunarso melanjutkan, poin terakhir untuk menyukseskan transformasi kejelasan sistem, semua yang dilakukan mesti tersistem dengan baik, jika tidak upaya transformasi kemungkinan besar bakal gagal, sekalipun berhasil itu tidak akan bertahan lama apabila sistemnya masih buruk. 

“Jadi transformasi itu harus bergantung pada sistem, bukan tergantung kepada sistem. Jadi kemudian kalau sistem pergi, transformasinya bubar. Maka kemudian supaya menjadi mekanisme sistem, transformasi itu harus ditulis dalam bentuk blue book transformasi ataupun blueprint transformasi,” imbuhnya. 

Perlu diketahui, Sunarso merupakan salah satu pemimpin yang telah banyak membawa perubahan di BRI, di tangannya BRI terus bertumbuh dan mengalami perkembangan pesat.  

Di awal-awal dirinya didapuk menjadi dirut BRI pada 2019, Sunarso langsung dihadapkan pada sebuah tantangan besar yakni wabah Covid-19 yang bikin tiarap perekonomian global, namun berkat tangan dinginnya, berbagai transformasi sukses ia lakukan dan membawa BR keluar dari berbagai jeratan masalah, hebatnya itu ia lakukan hanya dalam waktu yang relatif singkat. 

Baca Juga: Mulai Besok Jokowi Berkantor di IKN hingga 19 Oktober 2024

Pada 2020 atau saat Covid sedang ganas-ganasnya berkecamuk, laba BRI anjlok 45,70% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 18,66 triliun. Itu terjadi saat pertumbuhan ekonomi nasional terkontraksi alias minus 2,07%. Setahun kemudian, saat ekonomi tumbuh 3,7% pada 2021, laba BRI (konsolidasi) langsung melesat 66,5% menjadi Rp 31,07 triliun.

Berlanjut ke 2022, ketika ekonomi tumbuh 5,31%, BRI menorehkan kinerja gilang-gemilang dengan meraup laba bersih Rp 51,4 triliun, melonjak 67,15% (yoy). Itu merupakan laba bersih BRI tertinggi sepanjang sejarah perseroan, sekaligus memecahkan rekor laba tertinggi perbankan nasional.