Kendati kadung dikenal sebagai salah maestro properti Tanah Air, namun Ciputra tak mau menutup diri dari setiap kesempatan bisnis yang menghampirinya, dia membuka hatinya dan menerima setiap tantangan yang datang.
Pada tahun 1983 nama Ciputra sadang santer dibicarakan publik, pamornya sebagai seorang arsitektur muda sedang melangit setelah menuntaskan sejumlah proyek raksasa seperti revitalisasi Pasar Senen, Pembangunan Kawasan Ancol hingga kesuksesan besar menggarap Proyek Pondok Indah.
Baca Juga: Ciputra, Lahan Gersang Terbengkalai dan Mewahnya Pondok Indah
Ciputra memang dikenal sebagai sosok yang berpegang teguh pada idealisme, dia bahkan telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tetap menjadi seorang developer seumur hidupnya, namun pada hari itu, idealisme itu seolah runtuh, Ciputra memilih jalan berbeda, ia kembali menantang dirinya untuk terjun ke rimba bisnis komputer, sesuatu yang sama sekali tak pernah ia geluti sebelumnya.
“Ada yang membanggakan juga di Metropolitan Group selain proyek properti atau pembangunan. Tak lain adalah komputer. Nah, di sini saya melihat tantangan yang menarik. Mampukah seorang Ciputra memasuki sebuah dunia yang asing baginya? Saya memang yakin bahwa dunia bisnis satu-satunya yang cocok dengan saya adalah developer,” kata Ciputra dilansir Olenka.id Senin (14/7/2025).
“Bahkan,saya pernah berucap, bila kelak di surga juga ada kesempatan menjadi entrepreneur, saya tetap akan menjadi developer. PT Metrodata Electronics, Tbk. lahir secara kebetulan dan awalnya tidak saya percaya bisa berkembang pesat. Pada tahun 1983 saya diajak untuk mencoba bisnis komputer. Kala itu komputer masih merupakan barang mewah dan eksklusif,” tambahnya.
Ciputra merasa tertantang dengan bisnis ini, ia mau mencoba bisnis komputer yang katanya bakal menjadi salah satu kebutuhan manusia di masa depan itu, melalui berbagai pertimbangan matang, Ciputra akhirnya memutuskan berinvestasi di PT Metrodata Electronics, Tbk atas nama Metropolitan Group.
Secara garis besar bisnis perusahaan itu berjalan lancar nyaris tanpa hambatan, tetapi di sisi lain perusahaan justru stagnasi, tak ada kemajuan, perusahaan tak kunjung membesar atau berkembang.
“Kami memulainya dengan skala kecil dulu. Kami menjalankan usaha trading, mengimpor komputer dari luar negeri dan menjualnya di Indonesia. Ternyata penjualannya cukup lancar. Namun, perusahaan tak juga membesar. Nah, disinilah letak tantangannya,” tuturnya.
Ciputra jelas tak terima dengan kondisi perusahaan yang seperti itu, ia tergerak untuk mempelajari lebih jauh seluk beluk bisnis komputer dan berhasil menemukan pokok masalahnya. Perusahaan mulai berbenah hingga mampu memproduksi komputer sendiri, tentu itu menjadi sebuah prestasi membanggakan.
Baca Juga: Proyek Pondok Indah dan Asa Ciputra yang Diaminkan Semesta
“Akhirnya saya mengetahui bahwa di dalam usaha apapun, yang terpenting adalah semangat sales. Idealisme dan profesionalisme adalah jiwa yang penting. Namun, tanpa sales yang baik, perusahaan akan mati. Maka saya pun terjun untuk memberi motivasi kepada para karyawan agar mereka mau bekerja dengan semangat terbaik,” bebernya.
Namun kebanggaan itu tak bertahan lama, komputer yang masih menjadi barang baru bagi kebanyakan masyarakat membuat pasar tak terlampau antusias menyambut hal ini. Seiring berjalannya waktu produksi kumputerpun dihentikan mereka kembali ke jalur trading.
“Respons pasar tidak menggembirakan. Akhirnya kami kembali berkutat di jalur trading. Mengimpor dan menjualnya kembali di dalam negeri. Kini kami miliki keagenan sejumlah merek komputer terkenal dunia. Susanto Djaja sebagai Presiden Direktur berhasil membawa Metrodata ke tataran keberhasilan yang cukup menggembirakan,” ujarnya.
Tak Boleh Berhenti Belajar
Idealisme sebagai seorang pengembang yang rela dikorbankan Ciputra menjadi bukti bahwa dalam perjalanan hidup yang singkat ini, manusia tak boleh cepat berpuas diri dan berhenti belajar pada sesuatu yang baru. Bagi Ciputra dunia bisnis adalah wadah yang sangat menyenangkan sebagai arena belajar.
“Bagi saya, tak ada kata berhenti dalam belajar,” ujarnya.
Setiap kali mempelajari bisnis baru, Ciputra berpegang teguh pada tiga prinsip integritas, profesionalisme, dan entrepreneurship. Apabila ketiga prinsip itu benar-benar dijaga, maka kesuksesan berikutnya bukanlah sesuatu yang sukar diraih.
“Kita bisa melajukan proses meraih keberhasilan dalam perjalanan usaha yang terjaga kualitas dan nilai-nilainya. Di dalam cara pengelolaan yang baik itulah potensi sukses akan terjadi,” tambahnya memungkasi.