Ia juga mengatakan, transformasi layanan di BCA tidak terjadi dalam semalam. Salah satu terobosan yang diterapkan adalah morning briefing yang wajib dilakukan oleh semua cabang. Tidak hanya pegawai inti, tetapi juga satpam dan cleaning service ikut dilibatkan.

“Saya sendiri juga datang ikut morning briefing. Saya kalau ke WC kotor juga saya minta cleaning service ayo kita bersihkan bareng-bareng. Ketika mereka melakukan yang bagus, ya dikasih apresiasi. Pemimpin cabang juga dituntut untuk mengayomi seluruh anggota tim, demi menciptakan atmosfer yang ramah dan mendukung,” papar Armand.

Armand Hartono juga menekankan pentingnya filosofi Jawa sebagai pedoman dalam kepemimpinan dan pengembangan budaya kerja di BCA.

Adapun, filosofi tersebut mencerminkan nilai-nilai luhur yang membentuk karakter pemimpin sejati. Seperti, Ing ngarso sung tuladha – di depan, memberi teladan; Ing madya mangun karsa – di tengah, membangun semangat; dan, Tut wuri handayani – di belakang, memberi dorongan dan dukungan.

“Ketika pemimpinnya Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, di tengah-tengah memberi support, dan Tutwuri handayani memberi support di belakang, lama-lama terjadi budaya itu. Tapi, semua itu proses, tidak terwujud setahun begitu saja,” tukas Armand.

Dengan memegang teguh nilai-nilai ini, lanjut Armand, budaya pelayanan unggul di BCA tumbuh secara alami dan konsisten. Hasilnya pun nyata, seperti peningkatan kepuasan nasabah serta berbagai penghargaan bergengsi, seperti BCA Award, menjadi bukti keberhasilan transformasi tersebut.

“Akhirnya berhasil tuh dengan ada BCA Award, kita ada namanya Smart Solution, bikin budaya-budaya, sehingga menarik antusias dan membuat pegawai jadi ramah. Dan, hal tersebut bisa terwujud jika mulai dari leadernya memberikan contoh,” pungkas Armand Hartono.

Baca Juga: Armand Hartono: Bersyukur Lebih Penting Daripada Rasa Bahagia