3. Swedia
Meskipun memiliki minggu kerja standar sekitar 40 jam, Swedia dikenal dengan kebijakan kerja progresif yang memprioritaskan kesejahteraan karyawan.
Jam kerja fleksibel, opsi kerja jarak jauh, serta cuti orang tua yang panjang menjadi bagian dari budaya kerja di negara ini.
Banyak perusahaan di Swedia bahkan bereksperimen dengan jam kerja yang lebih singkat, dengan fokus pada hasil dan produktivitas, bukan lamanya waktu yang dihabiskan di kantor.
Pendekatan ini membantu pekerja menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi.
4. Jerman
Jerman juga dikenal memiliki keseimbangan kerja-kehidupan yang kuat. Salah satu contohnya adalah tradisi hari Minggu sebagai hari istirahat.
Pada hari tersebut, sebagian besar bisnis tutup, menegaskan pentingnya waktu rehat bagi masyarakat.
Budaya kerja di Jerman cenderung terstruktur dan menghargai batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi.
Hal ini membantu karyawan tetap fokus saat bekerja, sekaligus benar-benar beristirahat saat waktu luang.
5. Selandia Baru
Selandia Baru menonjol dengan pendekatan kerja yang mengutamakan manusia. Negara ini menawarkan pengaturan kerja yang fleksibel, termasuk jam kerja yang dapat disesuaikan dan opsi kerja jarak jauh.
Karyawan juga menikmati kebijakan cuti yang relatif murah hati serta budaya kerja yang tidak mendorong kerja berlebihan.
Lingkungan ini menciptakan keseimbangan kerja-kehidupan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi para pekerja.
Baca Juga: 7 Negara dengan Durasi Jam Kerja Terpanjang di Dunia