Di era digital yang serba cepat seperti sekarang, keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi bukan lagi sekadar kemewahan, melainkan kebutuhan.

Jam kerja yang panjang, tuntutan untuk selalu terhubung secara online, serta tingkat stres yang kian meningkat membuat banyak profesional kesulitan memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi.

Padahal, keseimbangan kerja-kehidupan yang sehat terbukti mampu meningkatkan kesehatan mental, produktivitas, hingga kualitas hubungan sosial.

Menyadari pentingnya hal tersebut, sejumlah negara telah menerapkan kebijakan dan budaya kerja yang mendukung kesejahteraan karyawan.

Dan, berdasarkan berbagai laporan internasional, berikut 5 negara yang dikenal memiliki keseimbangan kerja-kehidupan terbaik.

1. Belanda

Belanda secara konsisten masuk dalam daftar negara dengan keseimbangan kerja-kehidupan terbaik di dunia. Salah satu faktor utamanya adalah budaya kerja yang fleksibel.

Pekerjaan paruh waktu diterima dan dihormati secara luas, bahkan untuk posisi senior.

Di Belanda, efisiensi kerja lebih dihargai dibandingkan jam kerja yang panjang. Karyawan didorong untuk pulang tepat waktu dan memiliki cukup ruang untuk kehidupan pribadi dan keluarga.

Ditambah dengan hukum ketenagakerjaan yang kuat, cuti berbayar yang memadai, serta perhatian besar terhadap kesejahteraan individu, lingkungan kerja di Belanda terasa santai namun tetap produktif.

2. Denmark

Denmark kerap disebut sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia, dan keseimbangan kerja-kehidupan memainkan peran besar dalam hal tersebut.

Rata-rata jam kerja di Denmark sekitar 37 jam per minggu, lebih singkat dibandingkan banyak negara lain.

Selain itu, karyawan menikmati cuti orang tua yang sangat murah hati, liburan berbayar, serta sistem kesejahteraan sosial yang kuat.

Budaya hygge atau konsep menikmati kenyamanan dan kebahagiaan dalam momen sehari-hari juga meresap ke dalam dunia kerja, mengingatkan bahwa hidup tidak hanya soal pekerjaan.

Baca Juga: 10 Negara dengan Upah Minimum Tertinggi di Dunia 2025

3. Swedia

Meskipun memiliki minggu kerja standar sekitar 40 jam, Swedia dikenal dengan kebijakan kerja progresif yang memprioritaskan kesejahteraan karyawan.

Jam kerja fleksibel, opsi kerja jarak jauh, serta cuti orang tua yang panjang menjadi bagian dari budaya kerja di negara ini.

Banyak perusahaan di Swedia bahkan bereksperimen dengan jam kerja yang lebih singkat, dengan fokus pada hasil dan produktivitas, bukan lamanya waktu yang dihabiskan di kantor.

Pendekatan ini membantu pekerja menjaga keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi.

4. Jerman

Jerman juga dikenal memiliki keseimbangan kerja-kehidupan yang kuat. Salah satu contohnya adalah tradisi hari Minggu sebagai hari istirahat.

Pada hari tersebut, sebagian besar bisnis tutup, menegaskan pentingnya waktu rehat bagi masyarakat.

Budaya kerja di Jerman cenderung terstruktur dan menghargai batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi.

Hal ini membantu karyawan tetap fokus saat bekerja, sekaligus benar-benar beristirahat saat waktu luang.

5. Selandia Baru

Selandia Baru menonjol dengan pendekatan kerja yang mengutamakan manusia. Negara ini menawarkan pengaturan kerja yang fleksibel, termasuk jam kerja yang dapat disesuaikan dan opsi kerja jarak jauh.

Karyawan juga menikmati kebijakan cuti yang relatif murah hati serta budaya kerja yang tidak mendorong kerja berlebihan.

Lingkungan ini menciptakan keseimbangan kerja-kehidupan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi para pekerja.

Baca Juga: 7 Negara dengan Durasi Jam Kerja Terpanjang di Dunia