Kendaraan jenis hybrid bakal tetap menjadi andalan penjualan pada tahun ini karena minta masyarakat yang tinggi. Kondisi ini diperkuat dengan infrastruktur penunjang yang sudah lebih siap daripada kendaraan listrik. 

"Indonesia ini tipikalnya mudik, sementara infrastruktur masih berkembang untuk EV. Kalau kendaraan hybrid bisa lebih memungkinkan untuk menjangkau seluruh Indonesia. Karena harapannya kendaraan yang sesuai dengan infrastruktur dan harus irit," ujar Economist PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Hosianna Evalita Situmorang, dikutip Kamis (20/2/2025).

Baca Juga: Daya Beli Diprediksi Pulih, Danamon Dukung Hulu-Hilir Industri Otomotif

Hosianna menambahkan, selera konsumen di Indonesia itu selalu sejalan dengan infrastruktur. Kendaraan hybrid masih mendominasi karena teknologinya yang lebih irit dan segmen harganya juga lebih terjangkau.

"Secondary market untuk hybrid sudah terbentuk. EV lumayan tantangannya baik dari infrastruktur, juga dari historisnya yang masih belum terlalu lama dibanding hybrid," katanya.

Global Alliance Strategy Director PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Jin Yoshida, menjelaskan, Danamon dan MUFG Group tidak hanya menawarkan kendaraan merk Jepang. Pihaknya mendukung semua produsen dan brand, termasuk untuk hybrid dan EV. Dengan demikian, masyarakat bisa memiliki preferensi sesuai dengan kebutuhan dan selera.

Jin menambahkan, untuk kendaraan dari Tiongkok, pihaknya menyadari penetrasi ke pasar otomotif Indonesia cukup signifikan. Secara global, MUFG Group memiliki cabang di Tiongkok, bersinergi dengan asosiasi perusahaan negara tersebut, dan bertukar pikiran untuk saling membantu ekonomi Indonesia dan Tiongkok.

Deputy DirectorHead of Non Auto Business PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk, Andy Sutanto, menambahkan, pihaknya terus menambah kerja sama dengan brand-brand baru. Tahun ini, total kerja sama mencapai 46 brand, meningkat dari tahun sebelumnya sejumlah 38 brand.

Sementara itu, untuk mengantisipasi daya beli masyarakat yang melandai, Adira Finance memberikan penawaran terbaik, seperti cicilan yang lebih ringan supaya masyarakat tidak perlu membeli dalam bentuk tunai.

"Kami juga ada program DP 0 yang diharapkan bisa mendongkrak pasar atau menciptakan pasar yang saat ini kurang begitu bagus, membuat konsumen lebih tertarik melakukan pembelian mungkin dengan DP 0. Namun, tentu saja harus sangat selektif karena DP 0 jika macet akan membuat loss yang besar," katanya.

Jin menegaskan, pada dasarnya bank-bank menawarkan produk yang hampir sama. Perbedaannya ada pada harga, suku bunga, dan penawaran lainnya.

"Bagaimana menjadi beda, itu salah satu kuncinya. Kalau melihat portfolio, sektor otomotif sangat besar, dan di dalam portfolio kami ini salah satu yang memiliki keunikan. Sebagai grup kami cukup kuat karena kami ini one stop shopping for finance," pungkasnya.