Pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam dunia kerja di Indonesia tercatat cukup tinggi. Dalam laporan global Work Trend Index 2024 oleh Microsoft dan LinkedIn, persentase knowledge workers di Indonesia yang menggunakan generative AI dan persentase pemimpin di Indonesia yang percaya perusahaannya perlu mengadopsi AI untuk tetap kompetitif, lebih tinggi dibandingkan data Asia Pasifik dan global.

Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, mengatakan bahwa kecepatan Indonesia dalam beradaptasi dan bertumbuh di era ini merupakan langkah yang tepat untuk merealisasikan peluang ekonomi digital Indonesia dan menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat luas.

Baca Juga: Memanfaatkan AI untuk Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Perusahaan

"Kuncinya sekarang ada pada bagaimana kita mampu menyalurkan antusiasme tersebut menjadi transformasi AI bisnis yang nyata dengan melakukan tiga hal: pertama, identifikasi masalah bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya; kedua, ambil pendekatan top-down dan bottom-up; ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu," jelas Dharma, dikutip Rabu (12/6/2024).

Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead, LinkedIn, mengutarakan bahwa dengan cepatnya ekosistem tenaga kerja berkembang, para pemimpin yang memprioritaskan fleksibilitas dan berinvestasi dalam mengembangkan keterampilan tenaga kerja yang siap dengan AI akan mendapatkan keunggulan kompetitif. Sebanyak 69% pemimpin perusahaan di Indonesia, ujarnya, menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.

"Hal ini menekankan urgensi dan pentingnya para profesional untuk fokus dalam meningkatkan kemampuan AI melalui pelatihan. Sementara itu, data kami menunjukkan peningkatan 65% dalam jam belajar untuk 100 kursus AI/generative AI teratas dari tahun 2022 hingga 2023 di LinkedIn Learning. Rekor jumlah peserta yang mengikuti kursus AI teratas di LinkedIn sejak Januari 2023 di Asia Tenggara, Australia, dan India," jelasnya.

Berdasarkan laporan Work Trend Index 2024, terdapat tiga poin utama yang perlu diketahui oleh setiap pemimpin dan profesional di Indonesia mengenai dampak AI terhadap pekerjaan dan pasar tenaga kerja di tahun mendatang:

1. Karyawan tertarik untuk mengadopsi AI di tempat kerja; mereka tidak akan menunggu perusahaan menyediakannya.

Diketahui, sebanyak 92% knowledge workers di Indonesia sudah menggunakan generative AI di tempat kerja. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka global (75%) dan Asia Pasifik (83%).

Sementara itu, sekitar 92% pemimpin di Indonesia percaya akan pentingnya adopsi AI untuk menjaga keunggulan kompetitif perusahaan; lebih tinggi dibandingkan angka global (79%) dan Asia Pasifik (84%). Meski demikian, 48% merasa khawatir kepemimpinan di organisasinya masih belum memiliki visi dan rencana untuk menerapkan AI dalam perusahaan; lebih rendah dibandingkan angka global (60%) dan Asia Pasifik (61%).

Oleh karena itu, 76% karyawan di Indonesia berinisiatif untuk membawa perangkat atau solusi AI mereka sendiri ke tempat kerja (Bring Your Own AI/BYOAI). Namun, tren ini berpotensi mengurangi manfaat yang bisa diraih ketika AI digunakan secara strategis dalam skala besar, serta membawa risiko tertentu terhadap data perusahaan. Alhasil, tugas pemimpin perusahaan dalam waktu dekat adalah mempertimbangkan bagaimana menerapkan AI dalam skala besar di perusahaan, sembari menghasilkan return on investment (ROI) yang maksimal.

2. Bagi karyawan, AI meningkatkan standar dan membuka peluang karier.

Sebanyak 69% pemimpin di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI. Sebanyak 76% bahkan cenderung merekrut kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit, tetapi andal menggunakan AI, dibandingkan kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI.

Belajar dari data global, tidak sedikit tenaga profesional yang berinisiatif meningkatkan keterampilan mereka sendiri. Terdapat peningkatan sebesar 142x dalam keanggotaan LinkedIn yang menambahkan keterampilan AI seperti Copilot dan ChatGPT ke profil mereka, dan peningkatan 160% dalam tenaga profesional non-teknis yang menggunakan kursus LinkedIn Learning untuk membangun kecakapan AI mereka.

Baca Juga: Tren Human by Design, Peningkatan Kualitas SDM Seiring Perkembangan Teknologi

Penyebutan AI dalam unggahan peluang kerja di LinkedIn mendorong peningkatan lamaran kerja sebanyak 17%. Belajar dari sini, dampak AI sudah tidak dapat dimungkiri: perusahaan yang memberdayakan karyawan dengan alat dan pelatihan AI akan menarik talenta terbaik. Sementara, profesional yang meningkatkan keterampilan mereka akan lebih unggul dibanding mereka yang masih belum melakukannya.

3. Munculnya fenomena AI Power Users—dan apa yang mereka ungkapkan tentang masa depan dunia kerja:

Penelitian ini memetakan empat tipe pengguna AI—dari pengguna skeptis yang jarang menggunakan AI, pengguna novice dan explorer yang sedikit lebih familiar dengan dan sering menggunakan AI, hingga power user yang menggunakannya secara ekstensif.

AI sudah menjadi bagian integral dari rutinitas kerja power users: 93% power users di Indonesia menggunakannya untuk memulai hari kerja mereka dan 94% menggunakannya untuk mempersiapkan esok hari (lebih tinggi dibandingkan global yang masing-masing di angka 85% dan Asia Pasifik di 88%).

Sementara itu, sebanyak 73% power users di Indonesia juga cenderung lebih tertarik untuk bereksperimen dengan AI, lebih tinggi dibandingkan global (68%) dan Asia Pasifik (51%).