Dokter sekaligus entrepreneur, Tirta Mandira Hudhi, mengatakan ada beberapa tipe karyawan di sebuah organisasi pekerjaan. Salah satu yang menjadi sorotan adalah pegawai dengan tipe lone wolf.
Menurut pria yang kerap disapa dr. Tirta ini, tipe lone wolf menggambarkan seseorang yang lebih suka bekerja sendiri, merasa paling benar, dan cenderung meremehkan kontribusi orang lain. Mereka sulit diajak bekerja sama, tidak bisa menghargai rekan sejawat, bahkan enggan menghormati struktur dan kebijakan perusahaan.
"Kalau Anda mau menganalisa orang lain, jangan analisa-lah diri Anda dulu. Ada yang namanya diagram people, fish. Kamu mau jadi shark, jadi lumba-lumba, jadi ikan kecil, atau jadi lone wolf. Yang bahaya itu kalau mau jadi lone wolf. Kamu pinter tapi gak bisa kerja sama orang. Itu dangerous," tegas dr. Tirta, dikutip Olenka, Rabu (11/6/2025).
Lebih lanjut, dr. Tirta menjelaskan bahwa orang dengan kecenderungan lone wolf kerap menganggap rekan-rekannya sebagai penghambat. Mereka merasa visi dan ambisinya tak dipahami, dan jika idenya tidak diterima, mereka tak segan untuk meninggalkan perusahaan.
“Artinya mau di perusahaan manapun kamu ditempatin, kamu akan potensi memicu keributan. Karena kamu pinter dan merasa paling benar. Jadi kamu tidak bisa menghargai top level dan tidak bisa menghargai sejawatmu,” tutur dr. Tirta.
“Sehingga kamu cenderung memberontak dan idemu kalau gak diakses kamu akan cabut. Itu namanya level lone wolf, ikan salmon, menerjang arus,” tambah dr. Tirta.
Baca Juga: Dokter Tirta Ungkap Skill Ajaib Seorang Leader: Delegasi
Kemudian, dr. Tirta mengatakan, tipe lone wolf ini mungkin bisa berkembang di lingkungan usaha kecil atau rintisan (startup) yang masih dalam skala mikro. Tapi ketika masuk ke dalam struktur perusahaan besar, lone wolf justru menjadi potensi konflik yang serius.
“Bagus kalau levelnya UMKM, skala masih Rp3,5 miliar per tahun dan pegawainya baru lima. Tapi kalau skala korporat, big korporat, kalian harus tahu yang namanya teori gajah,” jelasnya.
“Semakin gajah besar, semakin sulit dia bergerak. Kalau kamu mau jadi lone wolf, gak apa-apa. Tapi di perusahaan yang kecil,” lanjut dr. Tirta.
Dalam perusahaan besar, dr. Tirta menekankan pentingnya soft skill seperti kemampuan berpolitik sehat, membangun relasi, dan menjaga solidaritas tim.
Kata dia, ketika seseorang tidak memiliki dukungan sosial di tempat kerja, risikonya menjadi sangat besar, terutama ketika berhadapan dengan ketidakadilan atau keputusan sepihak dari manajemen atas.
“Kalau di perusahaan besar, jangan jadi lone wolf. Anda harus berpolitik di perusahaan. Anda harus punya kawan. Kenapa? Kalau kamu dizolimi sama C-level, kamu dipecat secara tidak hormat, terus kamu lone wolf. Gimana kamu menuntut? Kalau kamu tidak punya teman di antara pegawai,” tegasnya.
Baca Juga: Sudah Lulus Cumlaude tapi Masih Menganggur? Simak Wejangan Dokter Tirta