Growthmates, di dalam tubuh manusia, lapisan usus hanya setebal satu sel. Namun, ini bukanlah tanda kelemahan. Justru, ketipisan ini memungkinkan usus menyerap nutrisi dengan sangat presisi.
Lapisan tunggal sel epitel inilah tempat terjadinya interaksi intens antara sel imun, mikroba, enzim, dan partikel makanan setiap detik. Tak berlebihan jika dikatakan bahwa ini adalah salah satu permukaan paling aktif secara biologis di dalam tubuh.
Namun, desain yang begitu efisien ini juga membuat usus sangat sensitif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecil saja dapat merusak keseimbangan yang rapuh tersebut.
Ketika lapisan usus terganggu, partikel yang seharusnya tidak masuk ke dalam tubuh bisa menembus penghalang ini dan memicu reaksi imun, peradangan, hingga gangguan homeostasis usus.
Tanpa disadari, beberapa kebiasaan sehari-hari ternyata dapat merusak lapisan usus. Dan, berikut empat di antaranya.
1. Mengonsumsi Pengemulsi Setiap Hari
Pengemulsi adalah zat aditif yang berfungsi menjaga makanan tetap lembut, creamy, dan seragam. Zat ini banyak ditemukan dalam es krim, saus, roti kemasan, protein bar, serta berbagai makanan ultra-olahan lainnya.
Meski berperan memperbaiki tekstur dan daya simpan, konsumsi pengemulsi secara rutin mulai dipertanyakan dampaknya bagi kesehatan usus.
Sebuah studi tahun 2022 yang diterbitkan di ScienceDirect menemukan bahwa konsumsi pengemulsi sintetis karboksimetilselulosa (CMC) pada orang dewasa sehat menyebabkan perubahan yang terukur dan berpotensi mengkhawatirkan pada mikrobiota serta metabolit usus.
Kelompok yang mengonsumsi CMC juga melaporkan lebih banyak ketidaknyamanan perut setelah makan.
Jika dikonsumsi sesekali, pengemulsi umumnya tidak menimbulkan dampak signifikan pada orang sehat. Namun, paparan harian jangka panjang dapat berkontribusi pada penipisan lapisan mukosa, perubahan komposisi mikrobioma, serta peningkatan permeabilitas usus.
Baca Juga: 5 Makanan yang Didukung Penelitian untuk Menurunkan Risiko Kanker Usus Besar
2. Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) Secara Rutin
Obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen, diklofenak, dan naproksen termasuk obat yang paling banyak digunakan di dunia untuk mengatasi nyeri, demam, dan peradangan. Namun, berbagai penelitian selama dua dekade terakhir menunjukkan bahwa penggunaan OAINS secara teratur dapat membuat lapisan saluran cerna menjadi lebih rentan.
Tinjauan ilmiah tahun 2018 dalam jurnal Gastroenterology menemukan bahwa penggunaan OAINS menimbulkan efek nyata yang berpotensi membahayakan penghalang usus, terutama di usus halus.
Bahkan, permeabilitas usus dapat meningkat hanya dalam 12–24 jam setelah konsumsi. Artinya, dinding usus menjadi lebih bocor.
Tidak hanya penggunaan jangka panjang, pemakaian harian selama 1–2 minggu saja sudah terbukti dapat menimbulkan robekan mukosa baru pada usus halus yang diamati secara langsung dalam studi klinis.
3. Kadar Zinc yang Rendah
Seng atau zinc adalah mineral esensial yang berperan penting dalam menjaga integritas penghalang epitel usus. Berbagai penelitian laboratorium dan hewan menunjukkan bahwa kekurangan seng dapat melemahkan tight junction, yakni struktur protein pengikat antar sel di lapisan usus. Akibatnya, permeabilitas usus meningkat.
Menurut National Institutes of Health (NIH), pada kondisi defisiensi seng, epitel usus menjadi lebih rentan terhadap infiltrasi sel inflamasi.
Kemampuan usus untuk mencegah masuknya toksin, bakteri, dan molekul berbahaya pun menurun. Sebaliknya, kadar seng yang memadai terbukti memperkuat sambungan ketat, mendukung perbaikan sel epitel, serta mengurangi kebocoran usus.
4. Tubuh yang Terus-Menerus dalam Mode 'Lawan atau Lari'
Stres kronis membuat tubuh berada dalam kondisi 'lawan atau lari' secara berkepanjangan akibat meningkatnya hormon kortisol dan aktivitas sistem saraf simpatik. Padahal, stres yang hanya berlangsung singkat sebenarnya masih tergolong normal. Masalah muncul ketika stres berlangsung terus-menerus.
Dalam sejumlah model penelitian pada manusia, stres akut terbukti secara signifikan meningkatkan permeabilitas usus melalui aktivasi sel mast.
Aktivasi ini menyebabkan sambungan ketat terbuka sehingga molekul besar lebih mudah menembus penghalang usus. Jika terjadi berulang, kondisi ini dapat melemahkan lapisan usus secara kronis.
Baca Juga: Awas! Ini 5 Jenis Makanan yang Bisa Merusak Usus, Apa Penggantinya?