Mendiang Ir. Ciputra menyimpan cinta mendalam untuk sang istri tercinta, Dian Sumeler Ciputra, yang akrab dipanggil Dee. Hingga akhir hayatnya, kasih sayang pendiri Ciputra Group itu tetap terjaga, ditujukan kepada sosok wanita yang telah setia mendampinginya melewati berbagai ujian hidup, hingga bersama meraih puncak kesuksesan sebagai seorang pengusaha.

Dalam buku Ciputra The Entrepreneur, pria yang karib disapa Pak Ci ini menceritakan bagaimana ia menikmati waktu luangnya, terutama bersama sang istri. Saat tidak ada kegiatan, ia kerap mengisi waktu dengan melakukan senam Tai Chi dan menonton tiga televisi sekaligus di ruang makan yang juga menjadi ruang kerjanya. Ia pun mengaku menyukai acara talk show inspiratif dari berbagai saluran televisi.

“Saya menyukai hal-hal yang menggugah dan membangkitkan semangat orang. Tetapi, ada hal yang paling saya suka, yaitu menonton acara di Youtube karena saya bisa memilih acaranya terutama yang berhubungan dengan pengetahuan, misalnya arsitektur dan masterplan kota-kota terkenal di dunia,” ujarnya seperti Olenka kutip, Sabtu (16/8/2025).

Ketika siang hari, Pak Ci biasanya masuk ke kamar untuk menemani sang istri, Dee, yang juga hendak beristirahat. Mereka duduk di kursi santai, kadang berbincang, kadang hanya terdiam bersama. Tanpa perlu banyak kata, keduanya sudah saling memahami perasaan masing-masing. Hidup mereka telah sampai pada titik di mana tak ada lagi hal yang harus dipertanyakan ataupun diperdebatkan.

Baca Juga: Cara Ciputra Mengarungi Masa Senja

“Kami saling menatap. Berpegangan tangan. Tersenyum. Dan menikmati keheningan,” tuturnya manis.

Ketika malam tiba, Pak Ci akan menutup hari itu dengan berdoa bersama sang istri di kamar. Dalam doanya, ia selalu mengucap syukur lantaran dirinya dan sang istri masih bisa bersama dalam keadaan tak kurang suatu apa pun.

 

“Kami sudah melintasi puluhan tahun dengan episode yang berisi jutaan emosi. Banyak hal terjadi dalam hidup kami. Susah, senang, menangis, tertawa. Banyak hal yang mempererat hubungan kami dan juga mengancam kebersamaan kami. Tapi cinta kami terlalu besar. Cinta kami terlalu kokoh untuk diguncang cobaan apapun,” akunya.

Dalam usianya saat ini, satu hal yang ia syukuri adalah cinta yang masih begitu teguh di antara mereka. Mereka telah berada di dataran yang kokoh sekaligus rapuh. Kokoh karena puluhan tahun tempaan hidup telah berhasil mereka lalui, membuktikan betapa kuat cinta yang mengikat. Namun juga rapuh, sebab sewaktu-waktu apa pun bisa terjadi pada mereka.

Tentu saja, di usia berapa pun, hal yang tak terduga bisa menimpa manusia. Tetapi pada masa ini, mereka sudah sampai pada titik ketika harus bersiap, bila suatu saat salah satu dari mereka pergi lebih dulu.

Di Luar Kehendak

Semula Pak Ci mengira dirinya sudah cukup siap untuk menerima kenyataan akan dipisahkan dengan maut. Namun kenyataannya tidak. Pada Oktober 2016, sesuatu terjadi pada sang istri. Ia mengalami kesulitan bernapas dan segera dilarikan ke RSPI untuk dirawat di ruang ICU.

Kabar itu membuat seluruh keluarga sangat terpukul, terutama Pak Ci sendiri. Tangis dan doa terus ia panjatkan, begitu takut kehilangan sosok yang sangat dicintainya. Secara logika, ia menyadari risikonya, usia Dee yang sudah 86 tahun, operasi tenggorokan, kondisi tidak sadarkan diri, dan harus terbaring di ICU. 

Setiap detik di rumah sakit terasa begitu lambat baginya, yang ia inginkan hanyalah melihat sang istri kembali pulih. Doa itu akhirnya terkabul. Dee kemudian dibawa ke rumah sakit Gleneagles, Singapura, dan berangsur-angsur sembuh.

“Peristiwa itu mendidik saya untuk makin siap. Fisik kami sudah sangat menurun. Saya pun memiliki problem dengan ginjal. Saya berjuang semampu saya untuk mencapai kondisi terbaik bagi ginjal saya. Tapi siapa pun tahu, usia akan memengaruhi kualitas organ tubuh. Akhirnya, yang kami lakukan setiap hari adalah bersyukur,” tuturnya.

Baca Juga: Kisah Persahabatan Ciputra dan Hendra Gunawan: Janji, Seni, dan Pengabdian

Setiap malam, Ciputra selalu berdoa bersama Dee. Kadang, anak-anak turut bergabung, dan mereka larut dalam doa dari pukul 22.00 hingga 22.30. Kerap kali, Ciputra terbangun kembali pada pukul 02.00 untuk berdoa lagi serta memberkati Dee. Ia selalu bersyukur karena di hari itu mereka masih bisa saling berpegangan tangan, masih bersama.

Ciputra tak pernah lupa mencium sang istri sebelum tidur sambil mengucapkan “I love you”. Baginya, Dee tetap cantik. Saat memejamkan mata, wajah istrinya itu tampak sama seperti pertama kali menjadi istrinya. 

“Perempuan lembut yang ikhlas menyerahkan hidupnya untuk saya. Ia tidak mengubah dirinya. 

Masih sama seperti dulu. Halus, hemat, setia, penuh kepercayaan pada saya. Dee adalah tonggak keberhasilan saya. Tanpa dia, belum tentu saya bisa meraih apa yang saya capai sampai hari ini,” kata Pak Ci.

Rumah yang Nyaman untuk Istri dan Anak-anak

Rumah keluarga Ciputra dibangun pada awal 1980-an dan mulai mereka tempati pada tahun 1983. Sebelum itu, keluarga ini sempat mencicipi berbagai hunian sederhana, mulai dari rumah kontrakan kecil di Bandung, losmen kumuh di Jalan Matraman Raya, rumah kayu di Cempaka Putih, hingga rumah mungil di Jalan Talang. 

Mereka juga pernah tinggal di rumah yang cukup indah di kawasan Slipi, sebelum akhirnya takdir membawa mereka ke sebuah hunian di Pondok Indah, rumah yang berada di lokasi terbaik, menghadap langsung ke lapangan golf dan disinari cahaya matahari sejak pagi hingga sore.

Rumah tersebut dirancang sendiri oleh Ciputra, sesuai dengan gambaran idealnya tentang hunian. Konsepnya serba kayu, dengan dinding-dinding jendela yang menggantikan tembok. Ia ingin menghadirkan suasana yang tidak terpisah dari alam. 

Kerinduannya pada kampung masa kecil, Bumbulan dan Parigi, ia bawa ke dalam rumah itu. Karena itulah, pepohonan rimbun mengelilingi hampir seluruh bangunan. Ia ingin rumahnya memancarkan nuansa hutan, aroma dedaunan segar, keteduhan alami, dan kicau burung yang mengisi atmosfer rumah.

Baca Juga: Jejak Cinta Ciputra pada Seni: Dari Pantai Masa Kecil di Gorontalo hingga Bersahabat dengan Hendra Gunawan

“Anak-anak saya tinggal mengelilingi saya. Rumah Rina berada persis di depan rumah saya. Rumah Junita persis di sebelah rumah saya. Candra mempunyai rumah di seberang jalan, tetapi didiami oleh mertua dan keluarganya, sedangkan ia sendiri tinggal bersama saya,” ceritanya.

“Ada bangunan tambahan yang kami buat menempel di sisi kiri rumah saya dan ia beserta keluarganya masih memiliki privasi di sana. Hanya Cakra yang tidak tinggal di Pondok Indah. Ia mencintai apartemennya yang berada tak jauh dari kantor Ciputra Group,” imbuhnya. 

Cinta Pak Ci dan Dee Dian adalah cinta yang tak lekang oleh waktu, tetap menyala meski maut akhirnya memisahkan. Pak Ci berpulang lebih dulu, menghadap Sang Pencipta di Singapura pada 27 November 2019 pukul 01.05 waktu setempat. 

Tiga tahun kemudian, seakan menyusul jejak sang belahan jiwa, Dee Dian pun dipanggil pulang. Dian Sumeler Ciputra tutup usia pada Rabu, 22 Desember 2021 pukul 17.00 WIB, di usia 89 tahun.