“Kami sudah melintasi puluhan tahun dengan episode yang berisi jutaan emosi. Banyak hal terjadi dalam hidup kami. Susah, senang, menangis, tertawa. Banyak hal yang mempererat hubungan kami dan juga mengancam kebersamaan kami. Tapi cinta kami terlalu besar. Cinta kami terlalu kokoh untuk diguncang cobaan apapun,” akunya.

Dalam usianya saat ini, satu hal yang ia syukuri adalah cinta yang masih begitu teguh di antara mereka. Mereka telah berada di dataran yang kokoh sekaligus rapuh. Kokoh karena puluhan tahun tempaan hidup telah berhasil mereka lalui, membuktikan betapa kuat cinta yang mengikat. Namun juga rapuh, sebab sewaktu-waktu apa pun bisa terjadi pada mereka.

Tentu saja, di usia berapa pun, hal yang tak terduga bisa menimpa manusia. Tetapi pada masa ini, mereka sudah sampai pada titik ketika harus bersiap, bila suatu saat salah satu dari mereka pergi lebih dulu.

Di Luar Kehendak

Semula Pak Ci mengira dirinya sudah cukup siap untuk menerima kenyataan akan dipisahkan dengan maut. Namun kenyataannya tidak. Pada Oktober 2016, sesuatu terjadi pada sang istri. Ia mengalami kesulitan bernapas dan segera dilarikan ke RSPI untuk dirawat di ruang ICU.

Kabar itu membuat seluruh keluarga sangat terpukul, terutama Pak Ci sendiri. Tangis dan doa terus ia panjatkan, begitu takut kehilangan sosok yang sangat dicintainya. Secara logika, ia menyadari risikonya, usia Dee yang sudah 86 tahun, operasi tenggorokan, kondisi tidak sadarkan diri, dan harus terbaring di ICU. 

Setiap detik di rumah sakit terasa begitu lambat baginya, yang ia inginkan hanyalah melihat sang istri kembali pulih. Doa itu akhirnya terkabul. Dee kemudian dibawa ke rumah sakit Gleneagles, Singapura, dan berangsur-angsur sembuh.

“Peristiwa itu mendidik saya untuk makin siap. Fisik kami sudah sangat menurun. Saya pun memiliki problem dengan ginjal. Saya berjuang semampu saya untuk mencapai kondisi terbaik bagi ginjal saya. Tapi siapa pun tahu, usia akan memengaruhi kualitas organ tubuh. Akhirnya, yang kami lakukan setiap hari adalah bersyukur,” tuturnya.

Baca Juga: Kisah Persahabatan Ciputra dan Hendra Gunawan: Janji, Seni, dan Pengabdian

Setiap malam, Ciputra selalu berdoa bersama Dee. Kadang, anak-anak turut bergabung, dan mereka larut dalam doa dari pukul 22.00 hingga 22.30. Kerap kali, Ciputra terbangun kembali pada pukul 02.00 untuk berdoa lagi serta memberkati Dee. Ia selalu bersyukur karena di hari itu mereka masih bisa saling berpegangan tangan, masih bersama.

Ciputra tak pernah lupa mencium sang istri sebelum tidur sambil mengucapkan “I love you”. Baginya, Dee tetap cantik. Saat memejamkan mata, wajah istrinya itu tampak sama seperti pertama kali menjadi istrinya. 

“Perempuan lembut yang ikhlas menyerahkan hidupnya untuk saya. Ia tidak mengubah dirinya. 

Masih sama seperti dulu. Halus, hemat, setia, penuh kepercayaan pada saya. Dee adalah tonggak keberhasilan saya. Tanpa dia, belum tentu saya bisa meraih apa yang saya capai sampai hari ini,” kata Pak Ci.