Data sebagai Keunggulan Kompetitif Baru
Keberadaan data kontekstual yang bersih dan konsisten makin krusial seiring dengan meningkatnya integrasi agen AI dan kecerdasan artifisial berbasis percakapan ke dalam perjalanan pelanggan. Agar dapat menonjol di tengah persaingan bisnis digital yang dipenuhi dengan berbagai bot, brand harus memanfaatkan data pelanggan secara optimal guna menciptakan pengalaman yang mulus tanpa hambatan.
Di tahun 2025, praktik yang lebih cerdas seputar pengumpulan dan pengelolaan data akan menjadi pusat perhatian. Makin banyak brand akan berinvestasi untuk platform data pelanggan (CDP) dan kerangka kerja validasi data yang dapat ditingkatkan skalanya guna memastikan keandalan dan kredibilitas data dalam skala besar.
Baca Juga: Seberapa Efektif Penggunan Influencer Marketing dalam Mempromosikan Pariwisata Indonesia?
Liz Adeniji, Area Vice President, Asia Pasifik & Jepang di Twilio Segment, menekankan pentingnya data dalam menghadirkan pengalaman yang dipersonalisasi. "Ketika model bahasa besar dan AI bukan lagi hal yang istimewa, data akan menjadi faktor penentu. Dengan memanfaatkan data secara efektif, brand dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan menciptakan pengalaman pelanggan yang unggul," terang Liz.
Liz juga menegaskan pentingnya memastikan kualitas dan konsistensi data untuk keberhasilan suatu inisiatif AI, "Ada kecenderungan ke arah kedaluwarsa data karena brand mulai menyadari risiko menyimpan terlalu banyak data, sedangkan pelanggan makin protektif terhadap informasi pribadi mereka. Ke depannya, brand akan fokus untuk mengumpulkan hanya data yang penting–seperti alamat email, nomor telepon, dan nama–dan membiarkan data sementara atau data yang tidak perlu kedaluwarsa."
Meruntuhkan Sekat dan Memupuk Kolaborasi Tim
Di tahun 2025, organisasi bisnis akan beralih dari solusi yang hanya berlaku untuk satu masalah tertentu ke arah pendekatan yang lebih holistik untuk mencapai imbal hasil investasi (ROI). Langkah ini dapat terjadi ketika mereka mencoba menyelesaikan masalah inefisiensi seperti penargetan pelanggan secara berulang. Sejalan dengan pergeseran ini, brand dapat mulai mengalokasikan sumber daya secara lebih baik ke inisiatif yang berfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan.
"Di banyak organisasi, tim pemasaran, penjualan, dan layanan pelanggan beroperasi sendiri-sendiri, masing-masing berfokus pada data dan tujuan mereka. Fragmentasi ini mempersulit atribusi dan peninjauan kinerja karena ketiadaan gambaran yang terpadu tentang pelanggan. Dengan meruntuhkan sekat-sekat di antara berbagai tim tersebut dan menyelaraskan data di seluruh unit bisnis, brand akan dapat membangun strategi pemasaran yang lebih cerdas, lebih personal, dan benar-benar sesuai dengan masing-masing pelanggan," kata Liz Adeniji.
Ke depan, teknologi seperti CDP dan data warehouse akan terus diminati dan menjadi kekuatan pemersatu seluruh divisi dan tim dalam sebuah organisasi bisnis. Teknologi ini akan berfungsi sebagai landasan untuk kolaborasi, menyatukan beragam tim dan unit bisnis di bawah satu bahasa yang sama, yakni data. Di saat yang sama, pimpinan dalam organisasi, termasuk CTO, CMO, CPO, CCO, CDO, dan CRO akan mengembangkan peran yang lebih besar dalam membentuk strategi data dan visi organisasi serta membangun satu pandangan yang komprehensif dan terpadu tentang perusahaan dan praktik bisnis.