PT Indika Energy Tbk. (Perseroan), perusahaan investasi dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi merilis laporan keuangan konsolidasi untuk tahun 2024. Perseroan mencetak Laba Bersih US$ 10,1 juta dan merealisasikan belanja modal US$ 122,0 juta yang terutama difokuskan untuk proyek pertambangan emas dan bisnis hijau.
“Di tengah dinamika usaha yang penuh tantangan selama tahun 2024, kami memperkuat diversifikasi usaha lebih luas ke sektor non-batubara sebagai fondasi pertumbuhan jangka panjang, dengan tetap menjaga stabilitas keuangan dan operasional,” tutur M. Arsjad Rasjid P. M., Direktur Utama Indika Energy.
Di tahun 2024, Indika Energy membukukan Pendapatan sebesar US$ 2.446,7 juta, atau turun 19,2% dibandingkan US$ 3.026,8 juta pada tahun 2023 yang utamanya disebabkan penurunan Kideco dan Indika Indonesia Resources (IIR). Akan tetapi penurunan Pendapatan dari batubara ini terkompensasi sebagian oleh kenaikan Pendapatan di Tripatra.
Pada tahun 2024, kontribusi pendapatan dari sektor batubara adalah 84,7% sedangkan non-batubara sebesar 15,3%. Kideco mencatat penurunan Pendapatan yang disebabkan menurunnya harga jual batubara rata-rata Kideco di tahun 2024 menjadi sebesar US$ 59,5 per ton dibandingkan US$ 72,9 per ton pada tahun sebelumnya.
Walau demikian, volume penjualan batubara Kideco meningkat 1,8% menjadi 31,1 juta ton karena Kideco mendapat persetujuan atas volume produksi tambahan dari Pemerintah pada bulan Oktober 2024.
Dari total volume penjualan batubara Kideco, 11,1 juta ton diantaranya (36%) dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri atau melebihi ketentuan 25% Domestic Market Obligation (DMO).
Baca Juga: Indika Energy Catat Laba Bersih US$34,4 Juta per September 2024
Sebagai hasilnya, Pendapatan Kideco turun 16,9% menjadi US$ 1.848,1 juta. Sementara itu, Pendapatan IIR menurun sebesar 57,2% menjadi US$ 191,2 juta, dibandingkan US$ 446,3 juta di tahun 2023, yang terutama disebabkan karena divestasi MUTU yang selesai dilakukan pada Februari 2024 dan menurunnya kontribusi dari perdagangan batubara.
Pada tahun 2024, harga jual rata-rata dari bisnis perdagangan batubara menurun 22,1% menjadi US$ 49,4 per ton, sedangkan volume penjualan meningkat 21,2% menjadi 3,8 juta ton.
Akan tetapi, anak-anak perusahaan Indika Energy lainnya seperti Tripatra dan Interport mencatat kenaikan Pendapatan. Pendapatan Tripatra meningkat 9,6% menjadi US$ 250,6 juta dari sebelumnya US$ 228,6 juta dengan tambahan Pendapatan dari proyek-proyek baru seperti Shell, Pupuk Kaltim, dan Posco.
Pada tahun 2024, Laba Kotor Perseroan menurun 39,7% menjadi US$ 332,7 juta, dari sebelumnya US$ 552,0 juta di tahun 2023. Beban Penjualan, Umum dan Administrasi tercatat turun 27,2% menjadi US$ 174,6 juta di tahun 2024 dari sebelumnya US$ 239,8 juta di tahun 2023 – terutama dikarenakan penurunan beban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terkait Kideco, penurunan biaya pemasaran sejalan dengan penurunan pendapatan Kideco, dan divestasi MUTU.
Sementara itu, Biaya Keuangan Perseroan meningkat 6,6% menjadi US$ 91,2 juta pada tahun 2024 yang sebagian besar disebabkan oleh premi dan percepatan amortisasi atas biaya penerbitan obligasi terkait dengan pelunasan penuh atas Obligasi 2024 dan penawaran tender atas Obligasi 2025, serta rugi kurs.
Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan Laba yang Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar US$ 10,1 juta. Perseroan juga mencatat Laba Inti* sebesar US$ 20,3 juta pada tahun 2024.
“Indika Energy menjalankan strategi yang terukur untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan, termasuk menyesuaikan target kontribusi 50% pendapatan dari sektor non-batubara menjadi tahun 2028, menjaga stabilitas keuangan, serta mengembangkan kapasitas organisasi. Salah satu fokus utama investasi kami adalah Awak Mas, proyek tambang emas yang menjadi bagian penting dari ekspansi Indika Energy ke sektor mineral,” kata Arsjad.