Tak ingin menunggu lama, Pak Ci pun bergegas mengerahkan para manajer, Antonius Tanan dan Artadinata Djangkar, untuk melakukan riset dan mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner. 

Dari hasil survei yang dilakukan, tanggapan yang diterima pun tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Banyak yang menganggap bahwa kebutuhan akan mal di kawasan Grogol masih rendah. 

Saat itu, masyarakat merasa Slipi Jaya Plaza yang berukuran sedang sudah cukup memenuhi kebutuhan belanja. Padahal, mal yang akan dibangun Pak Ci direncanakan empat kali lebih besar dari Slipi Jaya. Sayangnya, hasil kuesioner justru menunjukkan keraguan besar. Banyak orang pesimis dan tidak yakin proyek mal tersebut akan berhasil.

“Tim kami sempat tak percaya diri. Saya tertawa. Saya suntikkan energi keberanian lagi pada mereka. Setengah berkelakar saya katakan, "Hei anak-anak muda, kalian tahu, feasibility study itu hanya diperlukan untuk minta kredit ke bank, dan untuk orang-orang yang tak percaya diri,” cerita Pak Ci.

“Kalian tahu, Ancol dulu hancur lebur kalau ditinjau dari feasibility dari sudut mana pun. Siapa percaya Ancol hutan rawa dulu bisa jadi Ancol sekarang? Dulu ada perusahaan terkenal dari Amerika pernah mengatakan proyek Ancol tidak feasible. Tapi saya jalan terus. Ternyata berhasil. Kalian harus memercayai sesuatu yang lebih penting daripada feasibility study berdasarkan data survei. Apa itu? Visi kalian ke depan. Keyakinan. Tekad. Saya yakin sejuta persen, Grogol akan lebih bright dengan adanya mal, dan masyarakat akan berbondong-bondong ke mal kita. Percayalah,” tambahnya.

Baca Juga: Citraland Surabaya: Kawasan Kaum The Haves, Lahir dari Keyakinan Ciputra yang Dirawat di Atas Lahan Kering Kerontang

Motivasi yang diberikan Pak Ci saat itu berhasil membuat tim kembali bersemangat. Meski diiringi dengan keraguan dan cemoohan, pembangunan Mal Citraland di Grogol pun mulai berjalan. Saat itu, banyak orang mengatakan, pusat perbelanjaan tersebut akan sepi bagai kuburan karena tak ada tenant yang mau menyewa toko di sana.

Namun, Pak Ci dan tim seolah tutup kuping dan tetap optimis dengan hasil terbaik yang akan diperoleh. Benar saja, setelah pembangunan selesai dan mal mulai beroperasi, Mal Citraland justru penuh disewa tenant dari brand-brand besar dan menarik banyak pengunjung berdatangan setiap harinya. 

“Keraguan itu tumbang. Dan benar dugaan saya. Kawasan Grogol berangsur bright karena pengaruh ramainya masyarakat yang berdatangan ke mal. Kemudian setelah kawasan di sekitar Grogol diwarnai permukiman yang baru dibangun, tambah ramailah Mal Citraland. Segalanya memang akan terjawab oleh waktu. Yang penting visi ke depan harus tajam dan mantap,” imbuhnya.