Bagi Antea Turk sendiri, keterlibatannya dalam proyek bersama McDonald’s Indonesia memiliki makna yang sangat personal.

“Saya sangat bersyukur diberi kesempatan untuk terlibat di proyek Irama Pahlawan ini,” ungkap Antea.

Antea pun mengaku setiap tahap penciptaan hingga perekaman lagu ini penuh makna.

“Yang paling berkesan itu bagian verse dua, karena di situ menggambarkan semangat pahlawan yang tetap hidup dalam aktivitas kita sehari-hari,” ungkapnya.

Suasana rekaman pun, kata dia, terasa hangat dan penuh kebersamaan.

“Awalnya kami belum saling kenal, tapi setelah rekaman dan syuting, kami jadi seperti teman lama. Suasananya sangat menyenangkan dan penuh semangat,” kenangnya.

Sebagai cicit W.R. Supratman, Antea merasa terhormat dapat meneruskan semangat leluhurnya melalui lagu ini.

“Saya ingin teman-teman di luar sana tahu bahwa menjadi pahlawan tidak harus berperang. Kita bisa jadi pahlawan dengan cara berkarya, membantu sesama, dan memberikan yang terbaik untuk bangsa,” tandasnya.

Apresiasi juga datang dari Asep Kambali, Pendiri Komunitas Historia Indonesia, yang menilai langkah McDonald’s sebagai bentuk nyata merawat sejarah bangsa.

“Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh McDonald’s Indonesia. Ini kolaborasi yang sudah terjalin sejak 2021, dan setiap tahun selalu menghadirkan cara baru untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan,” ungkap Asep.

Menurut Asep, sejarah harus dirawat agar tidak lenyap dari ingatan bangsa.

“Sejarah itu harus diingat dalam kepala kita, karena bangsa yang tidak belajar sejarah tidak akan punya Indonesia di dalam pikirannya,” tegasnya.

Ia pun menilai, inisiatif McDonald’s Indonesia seperti menghadirkan figur pahlawan, board game, hingga lagu Irama Pahlawan adalah contoh konkret bagaimana sejarah bisa menjadi bagian dari gaya hidup modern.

“Dulu bicara sejarah itu identik dengan museum atau buku pelajaran. Sekarang, berkat inisiatif seperti ini, kisah pahlawan bisa hadir di meja makan, di permainan anak-anak, bahkan di lagu yang mereka dengar setiap hari,” tutur Asep.

Lebih jauh, Asep menegaskan bahwa menjaga sejarah berarti menjaga jati diri bangsa.

“Negara ini tidak akan pernah ada tanpa perjuangan para pendahulu. Masa depan hanya bisa ada karena perjuangan hari ini. Kita semua, komunitas, pemerintah, maupun dunia usaha, harus jadi satu keping solusi, bukan satu keping masalah,” pungkas Asep.

Baca Juga: Semarak HUT ke-80 RI, McDonald’s Indonesia Luncurkan Menu Ayam Rendang dan Es Kopi Gula Aren