Pada pertengahan 2019 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa ibu kota Indonesia akan dipindahkan ke luar Jawa. Lokasi ibu kota baru merupakan wilayah yang meliputi sebagian besar wilayah administrasi Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur.

Untuk mewujudkan itu, dibuat sebuah lembaga setingkat kementerian yang menyelenggarakan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang disebut Otorita Ibu Kota Nusantara. Lembaga Otorita ini bertanggung jawab pada kegiatan persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara, serta penyelenggara Pemerintahan Daerah Khusus lbu Kota Nusantara (IKN).

Pembangunan IKN ini tentunya didorong oleh investor-investor dalam negeri dan luar negeri. Realisasi investasi di IKN terus bertambah. Hingga per Agustus 2024 total investasi yang masuk IKN telah mencapai Rp56,2 triliun, di luar anggaran dari APBN.

Tercatat, 55 proyek di IKN yang telah dilakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) dari hasil investasi tersebut. Ada 6 groundbreaking terkait fasilitas pendidikan, 3 fasilitas kesehatan, 10 terkait ritel dan logistik, 8 hotel, 2 transportasi dan energi, 14 kantor dan perbankan, 9 hunian dan area hijau, serta 3 media dan teknologi.

Sejumlah konglomerat negeri pun telah menggelontorkan investasi untuk mendukung pembangunan IKN. Beberapa malah sudah ada yang groundbreaking dan mencatat angka investasi yang fantastis.

Investasi ini dimulai oleh konsorsium yang dipimpin oleh pengusaha kakap, Sugianto Kusuma atau Aguan dari Agung Sedayu Group. Aguan tidak berinvestasi sendirian, dia membentuk Konsorsium Nusantara bersama konglomerat lainnya, termasuk Prajogo Pangestu dan Anthony Salim. Konsorsium ini dilaporkan telah mengucurkan investasi sebesar Rp40 triliun, menunjukkan komitmen besar dari sektor swasta dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Lantas, siapa saja deretan investor yang menanamkan modalnya di IKN? Berikut daftar konglomerat RI yang ikut andil dalam investasi di IKN, sebagaimana Olenka rangkum dari berbagai sumber.

Baca Juga: Akhirnya Jokowi Tidur Nyenyak di Istana Spesial IKN

1. Sugianto Kusuma alias Aguan (Agung Sedayu Group)

Sugianto Kusuma alias Aguan merupakan pendiri dari perusahaan pengembang Agung Sedayu Group. Melansir dari situs resmi perseroan, Agung Sedayu Group adalah pengembang properti yang berbasis di Jakarta dan telah berdiri sejak 1971. Perusahaan ini berspesialisasi dalam solusi one-stop living dan bisnis yang menyatukan kemudahan dan kenyamanan untuk gaya hidup modern yang ideal.

Agung Sedayu Group milik Aguan Sugianto memiliki lima segmen bisnis properti. Mulai dari city & township, high rise building, hotel & resort, mall, dan commercial.

Di IKN, proyek pertama yang digarap oleh Agung Sedayu Group adalah hotel Nusantara. Proyek utama dari Agung Sedayu Group IKN ini akan terdiri dari sembilan lantai dengan kamar berjumlah 191 unit.  Tipe kamar yang akan tersedia di Hotel Nusantara meliputi Premier Twin (61 unit), Premier King (102 unit), Junior Suite (14 unit), Executive Suite (12 unit), dan Disable Room (1 unit). Kemudian, terdapat juga tipe President Suite yang terdiri dari 1 unit. 

Tak hanya membangun hotel bintang lima saja, Agung Sedayu Group juga berencana untuk menggarap dua proyek tambahan. Adapun proyek Agung Sedayu Group IKN tersebut adalah pusat perbelanjaan mal dan kebun raya (botanical garden). 

Mal yang akan dibangun di IKN rencananya akan mengusung konsep duty free sehingga para pengusaha ritel yang ingin membuka bisnisnya di pusat perbelanjaan tersebut tidak akan dikenakan pajak. Sementara kebun raya memiliki konsep Corporate Social Responsibility (CSR). 

2. Dato Sri Tahir (Mayapada Hospital)

Pria kelahiran Surabaya pada 26 Maret 1952 ini merupakan pemilik Grup Mayapada, yang bergerak di berbagai bidang mulai dari perbankan hingga kesehatan, yakni Rumah Sakit Mayapada atau Mayapada Hospital. Saat ini, Dato Sri Tahir masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia ke-8 dan ke-626 dunia menurut Forbes tahun 2024.  

Mayapada Hospital sendiri merupakan salah satu rumah sakit swasta terbaik yang didirikan oleh Healthcare Group pada 1 Juni 2008 setelah mengakuisisi Honoris Hospital di kawasan hunian eksklusif Modern Land Tangerang. Sebagai bentuk komitmen untuk menyediakan pelayanan kesehatan berstandar internasional, Mayapada Hospital bekerja sama dengan National Health Care Group Singapore.

Pada 2024 ini, RS Mayapada akan bertambah menjadi 7 unit seiring dengan beroperasinya rumah sakit di IKN Nusantara. Dalam jangka panjang hingga tahun 2027, perseroan menargetkan akan membangun 10-12 RS Mayapada dengan kapasitas 2.200 tempat tidur.

Mayapada Hospital juga turut mendukung percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai ibu kota negara pertama di dunia yang mengusung konsep kota hijau atau forest city. Dato Sri Tahir menggelontorkan nilai investasi Rp 500 miliar untuk proyek Mayapada Hospital dan Dormitory WP 1B di IKN.

Chairman & Group CEO Mayapada Healthcare Group, Jonathan Tahir, mengatakan, Mayapada Hospital Nusantara akan dilengkapi fasilitas penunjang medis canggih serta layanan unggulan yang terintegrasi, dan akan segera beroperasi di semester dua tahun 2024, dengan kapasitas lebih dari 200 bed, dan siap melayani masyarakat dari seluruh badan penyelenggara penjaminan, baik yang dimiliki pemerintah seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, asuransi perusahaan milik negara, swasta, hingga perusahaan multinasional lainnya. Mayapada Healthcare Group juga terus menjalin kemitraan strategis internasional, yang terbaru, bersama Apollo Hospitals.

Kemitraan ini akan diarahkan untuk pengembangan kapabilitas Mayapada Hospital, khususnya untuk kesiapan Mayapada Hospital Nusantara di berbagai spesialisasi dan keahlian dalam menangani berbagai kasus yang kompleks.

Mayapada Hospital Nusantara akan menjadi rumah sakit ramah lingkungan yang berdiri di luas area 1,1 hektar, di mana 20 persen dari luasan lahan akan menjadi area dasar hijau, mendukung pasien menggunakan transportasi umum, menyediakan jalur pejalan kaki dan area parkir sepeda, serta menyediakan healing garden atau ruang hijau terbuka dengan sistem kelola taman yang baik. 

Rumah sakit ini juga mengusung konsep efisiensi dan konservasi, dengan pemakaian energi terbarukan, hemat energi serta memaksimalkan cahaya alami, menggunakan sanitary hemat air, menyiapkan sistem daur ulang air limbah yang baik, serta menyediakan kolam resapan untuk penyerapan air hujan untuk dapat dipakai kembali. 

Mayapada Hospital Nusantara juga menggunakan material bangunan non-toxic, material rendah VOC (Volatile organic compounds), serta melakukan pemilahan limbah untuk memudahkan proses recycle.

Baca Juga: 6 Pengusaha Tajir Indonesia Pemilik Klub Sepak Bola di Luar Negeri

3. Anthony Salim (Indofood dan Salim Group)

Anthony Salim merupakan putra dari pengusaha sekaligus pendiri Salim Group, Sudono Salim. Anthony Salim juga dikenal sebagai raja perusahaan mie instan di Indonesia. Bahkan, produknya dalam bendera Indofood terkenal hingga mancanegara, mulai dari Nigeria hingga Amerika Serikat.

Cuan Salim juga datang dari kelapa sawit via Indofood Agri Resources Ltd. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini bergerak di bidang agribisnis, seperti pembibitan, pembudidayaan dan penggilingan kelapa sawit, pemasaran minyak goreng dan margarin, hingga produk turunan minyak sawit lainnya.

Per akhir Juli 2024, Bloomberg pun mendaulat Anthoni Salim sebagai orang terkaya kelima di Indonesia. Dia diketahui memiliki kekayaan bersih USD13 miliar atau sekitar Rp211 triliun. Kini, sebagian bisnisnya sudah diwariskan ke putranya Axton Salim yang merupakan generasi ketiga pewaris Grup Salim.

Selain turut membangun hotel Nusantara, kelompok usaha Salim melalui PT Moya Indonesia pun diketahui ikut terlibat dalam proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sepaku di IKN. Proyek SPAM Sepaku sendiri tengah dikebut untuk mengejar distribusi air di kawasan IKN.

4. Franky Wijaya (Sinar Mas)

Franky Widjaja merupakan putra dari konglomerat pendiri Grup Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja, yang meninggal pada Januari 2019 di usia 95 tahun. Franky meneruskan bisnis keluarganya, terlebih karena sang ayah meninggal pada 2019 lalu.

Berdasarkan situs Sinar Mas, Franky merupakan CEO Golden Agri-Resources Ltd, yang merupakan anak usaha grup tersebut. Ia bersama dua saudaranya, Indra dan Muktar Widjaja saling mengisi posisi tertinggi di Sinar Mas Group. Sementara, putranya, Oei Hong Leong mengelola investasinya sendiri dari Singapura.

Franky yang juga menjalankan Grup Sinar Mas yang memiliki fokus tujuh pilar, yaitu industri kertas (pulp and paper), agribisnis kelapa sawit, bank dan asuransi, properti, energi dan pertambangan, telekomunikasi, dan sektor kesehatan melalui Eka Hospital.

Adapun, Sinar Mas memberikan dukungan terhadap percepatan pembangunan IKN melalui pembangunan hotel Nusantara dan Nusantara Botanical Garden atau Kebun Raya IKN.

Kehadiran kebun raya di IKN sendiri adalah bagian dari upaya bersama menerjemahkan konsep smart nature preservation, di mana sebuah kota pintar dibangun dengan tetap menjaga kelestarian ekosistem, atau menyatu dengan alam.

Sebelumnya, Sinar Mas bersama Konsorsium Nusantara turut pula berpartisipasi dalam pembangunan Hotel Nusantara di IKN yang peletakan batu pertamanya juga dilakukan oleh Presiden Joko Widodo tahun lalu.

5. Hartono Bersaudara (Djarum)

Pemilik Grup Djarum dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yakni Robert Budi Hartono diketahui bakal turut andil menyuntik pembangunan IKN.  Robert Hartono merupakan anak dari pendiri perusahaan rokok kretek Djarum, Oei Wie Gwan yang merupakan pendiri perusahaan rokok kretek Djarum. Di mana, Robert mengelola perusahaan tembakau tersebut bersama sang adik yakni Michael Hartono.

Hartono bersaudara dikenal sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Mengutip Indonesia 50's Richest versi Forbes, kekayaan keduanya masih menempati nomor satu di Tanah Air. 

Dalam Forbes Real Time Billionaires per Rabu (31/1/2024), Robert Budi Hartono tercatat di urutan ketiga orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$25,6 miliar atau setara dengan Rp403,84 triliun (Rp15.775/US$1). Dan di urutan keempat diisi oleh Michael Bambang Hartono dengan total kekayaan US$24,5 miliar atau setara dengan Rp386,48 triliun.

Group Djarum milk Hartono bersaudara pun diketahui berinvestasi di IKN. Djarum sejak awal memang tidak masuk konsorsium pembangunan fisik seperti Hotel Nusantara. Namun, Djarum terlibat di IKN dengan mengembangkan dan membangun Botanical Garden bersama Wings Group.

Pembangunan botanical garden IKN merupakan salah satu proyek tanggung jawab perusahaan/corporate social responsibility (CSR). Sebagai informasi, luas kawasan istana presiden di IKN Nusantara mencapai 50 hektare. Jika ditambah dengan botanical garden, maka total luasnya yaitu 100 hektare. Botanical garden IKN ini nantinya bakal menambah jumlah kebun raya yang sudah ada di Indonesia sebelumnya. 

Selain itu, Robert Budi Hartono juga telah melakukan groundbreaking pada 12 Agustus 2024 dengan nilai investasi Rp500 miliar untuk kantor BCA dan Banking Hall di IKN.

Baca Juga: Tak Mau 10 Tahun, Prabowo Mau Pembangunan IKN Selesai 4 Tahun!

6. Prajogo Pangestu (Barito Pacific)

Prajogo Pangestu adalah orang terkaya di Indonesia saat ini versi Forbes. Prajogo Pangestu kembali menempati posisi teratas dalam daftar orang terkaya di Indonesia per Agustus 2024 ini.

Pengusaha yang dikenal sebagai raja petrokimia ini memiliki kekayaan fantastis sebesar $60,4 miliar, setara dengan Rp979,66 triliun jika dihitung dengan kurs Rp16.219 per dolar AS per 1 Agustus 2024. Kekayaannya sebagian besar berasal dari Grup Barito Pacific, konglomerasi yang bergerak di bidang petrokimia, energi, dan perkebunan.

Prajogo juga memiliki beberapa saham yang terdaftar yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), serta anak usaha yang mau listing yakni PT Barito Renewables Energy (BREN).

Sebagai informasi, Barito Pacific Tbk selama ini bergerak di bidang petrokimia, hutan tanaman industri (HTI), pertambangan, perkebunan kelapa sawit hingga produksi minyak dan gas bumi kini mulai merambah ke sektor properti. Melalui anak perusahaannya yakni PT. Griya Idola, sejumlah proyek properti berhasil dikerjakan. Bahkan yang terbaru nanti ada di IKN Nusantara. Barito Pacific merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam pembangunan Hotel Nusantara di IKN.

Proses ground breaking hotel bintang 5 ini bahkan telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Pembangunan hotel ini akan dikerjakan secara keroyokan oleh konsorsium pengembang Grup Agung Sedayu termasuk di dalamnya Sinar Mas dan Agung Sedayu Group. 

7. Soetjipto Nagaria (PT Summarecon Agung Tbk)

Soetjipto Nagaria adalah seorang pengusaha properti yang mendirikan dan mengembangkan Group Summarecon Agung. Jebolan ITB itu, saat ini menjabat sebagai chairman di Summarecon Agung Group. 

Bisnis Summarecon Agung menggurita di kawasan Kelapa Gading, Gading Serpong/Summarecon Serpong - Tangerang, Summarecon Bekasi, Summarecon Bandung, dan Bali. Terbaru, PT Summarecon Agung Tbk pun telah sepakat untuk menyalurkan membenamkan modal di proyek IKN.

Di tahun 2012, Summarecon mulai berekspansi ke daerah Bekasi dan mendirikan Summarecon Bekasi, di luar pulau dan juga Summarecon Bandung di tahun 2015.  Menurut laporan dari Forbes, Soetjipto Nagaria adalah orang Indonesia pertama yang masuk dalam daftar crazy rich. Total kekayaannya diperkirakan mencapai$400 juta.

Soetjipto Nagaria melakukan groundbreaking pada 4 Juni 2024 dengan nilai investasi Rp200 miliar untuk proyek Sekolah Al-Azhar Summarecon dan Komplek Hunian di IKN. Sekolah Islam Al Azhar Summarecon IKN nantinya akan dibangun di atas lahan seluas 2,9 hektare dan saat ini sedang dalam proses penerbitan SK Lahan oleh pihak Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN). 

8. Alexander Tedja (Pakuwon Group)

Alexander Tedja adalah seorang pengusaha yang berasal dari Indonesia. Ia dikenal sebagai raja properti dan mal dari Surabaya dengan grup perusahaan di bawah bendera Pakuwon Group.

Alexander Tedja juga masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2022 versi Forbes, menempati peringkat ke-47 dengan total kekayaan $ 955 juta atau sekitar Rp14,8 triliun.

Pakuwon Group akan menggarap superblok di IKN. Adapun proyek yang akan dikerjakan oleh anak perusahaan Pakuwon Group, yakni PT Pakuwon Nusantara Abadi adalah pusat perbelanjaan yang terintegrasi dengan apartemen dan hotel yang berlokasi di KIPP (Kawasan Inti Pusat Pemerintahan) IKN.

Alexander Tedja menggelontorkan investasi sebesar Rp5 triliun untuk proyek Superblok Pakuwon Nusantara. Proyek Superblock Pakuwon Nusantara akan memiliki lahan seluas 7,2 hektar. Untuk luas Pakuwon Mall Nusantara sendiri akan memiliki luas area sewa 55.733 meter persegi.

Mall ini mengusung desain yang ramah lingkungan atau green sesuai dengan konsep IKN yang akan dijadikan kota smart forest city. Nantinya mall tersebut memiliki konsep teras langit dari alam terbuka yang hijau dengan pemandangan langsung ke lembah dan sungai yang berada tepat di samping gedung pusat perbelanjaan, sehingga sangat mendukung suasana hang-out, sejuk, modern dengan alam yang asri.

Selain bangunan berkonsep green atau ramah lingkungan, nantinya barang-barang yang akan digunakan untuk mengisi Superblock Pakuwon Nusantara dipastikan menggunakan barang dalam negeri.

9. Eddy Wiliam Katuari (Wings Group)

Eddy William Katuari adalah pengusaha sekaligus bos dari Wings Group. Dia mengambil alih Wings yang didirikan oleh ayahnya, Johannes Ferdinand Katuari, pada tahun 2004 setelah sang ayah meninggal dunia.

Saat ini, Wings telah menjadi perusahaan besar yang mengekspor produk-produknya ke seluruh dunia sejak berdiri 60 tahun yang lalu di Jawa Timur. Menurut riset dari majalah Forbes, Eddy Kusnadi Sariaatmadja berada di urutan 1063 sebagai orang terkaya di dunia dengan harta senilai $3,1 miliar pada 2021.

Di IKN sendiri, Wings Group bakal menggarap proyek hotel Nusantara dan botanical garden sebagai bentuk bagian dari realisasi dari corporate social responsibility (CSR). Dalam proyek ini, Wings Group akan terlibat dengan Djarum dalam membangun botanical garden.

10. Djoko Susanto (Alfamart Group)

Djoko Susanto adalah salah satu orang terkaya di Indonesia yang ikut membangun IKN. Bos Alfamart Group itu dikabarkan memiliki harta hingga USD4,3 miliar.

Per Agustus 2024 ini, Djoko Susanto menempati urutan ke-10 sebagai orang terkaya di Indonesia. Kekayaannya sendiri mencapai $4,0 miliar (Rp64,88 triliun). Kini, Alfamart Group dijalankan oleh kedua anak Djoko, yakni Presiden Komisaris Feny Djoko Susanto dan Komisaris Budiyanto Djoko Susanto.

Alfamart pun akan membuka toko ritelnya di kawasan IKN. Di dalam Kesepakatan Kerja Sama, setidaknya ada 3 bentuk investasi dan kemitraan usaha ritel di IKN yang Alfamart lakukan.

Pertama, yakni pembangunan, pengoperasian dan komersialisasi gudang pusat distribusi barang ke gerai-gerai. Kedua, yaitu kemitraan usaha ritel dengan prinsip keterlibatan dengan masyarakat sekitar IKN dengan menggunakan brand lokal yang disebut Kerjasama Operasi Ekonomi Berbagi (KASOEBI). Ketiga, pemberdayaan UMKM lokal melalui penyediaan produk-produk di gerai dan kesempatan usaha mandiri melalui program tenant.

Baca Juga: Polemik Istana Garuda IKN: Warna Gelap, Aura Mistis, dan Ruangan Melayang di Antara Tebing 30 Meter

11. Garibaldi alias Boy Thohir (Adaro)

Garibaldi alias Boy Thohir adalah kakak dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Boy dikenal sebagai raja batu bara hingga tuan tanah. Ia merupakan Direktur Utama Adaro Group, yakni salah satu eksportir batu bara top di dunia. Boy juga pemilik tanah untuk kawasan industri hijau di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Dari situlah pundi-pundi uang masuk ke kantong Boy.

Boy Thohir juga memiliki saham di beberapa perusahaan seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Trimegah Karya Pratama Tbk (TRIM), PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) dan terbaru membeli saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) lewat TRIM.

12. Trihatma Kusuma Haliman (PT Agung Podomoro Land Tbk)

Nama Trihatma Kusuma Haliman populer di dunia properti. Ia adalah pendiri PT Agung Podomoro Land, Tbk. Agung Podomoro Group. Ini adalah grup perusahaan yang membawahi Senayan City, Thamrin City, dan Central Park. Saat ini Agung Podomoro Group diketahui sebagai developer properti terbesar di Indonesia.

Di bawah kepemimpinan Trihatma, hingga 2012 Agung Podomoro Group telah menyelesaikan 16 apartemen, 15 kawasan hunian dan 16 kawasan komersial mixed-use. Beberapa proyek Agung Podomoro Group antara lain yaitu Bukit Mediterania Samarinda, Permata Mediterania, Gading Grande Residences, Bukit Golf Mediterania, Villa Serpong, Permata Hijau Residences, The Pakubuwono Residences, Jakarta Residences, Thamrin Residences, Mediterania Marina Residences, The Peak at Sudirman, Sudirman Park, Central Park, Kelapa Gading Square, Mangga Dua Square, Thamrin City, dan sejumlah proyek lainnya.

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) pun telah menandatangani kesepakatan Kerja Sama tentang Rencana Pembangunan Hunian Pada Kawasan IKN. Di tahap awal, Agung Podomoro akan melakukan pembangunan hunian yang diperuntukkan bagi aparatur sipil negara (ASN). Ke depan, APLN diharapkan turut membangun kawasan hunian komersial di IKN. 

Pada 2014, Forbes menempatkan Trihatma di urutan 50 dalam daftar orang terkaya di Indonesia dengan aset mencapai $500 juta.

Agung Podomoro Land sendiri memiliki dua proyek di kawasan penyangga IKN, yakni Borneo Bay Residence di Balikpapan dan Bukit Mediterania di Samarinda, yang memiliki tambahan untuk kelas premium bernama The Premiere Hills seluas 14 hektare.

Baca Juga: Tajir Melintir, Ini 9 Pengusaha Pemilik Bisnis Properti Terbesar di Indonesia

13. Soeryadjaya (Astra)

Soeryadjaya identik dengan Astra. PT Astra International didirikan oleh taipan bernama William Soeryadjaya alias Oom Willem pada 1957 lalu. Namun, keluarga Soeryadjaya sudah bukan lagi pemilik saham pengendali Astra. Ini terjadi imbas kasus anak Oom Willem, yakni Edward Soeryadjaya yang terlilit utang pada krisis moneter lalu.

Anak sulung William itu punya usaha bernama Bank Summa yang menumpuk utang hingga menimbulkan kredit macet Rp1,2 triliun dan utang Rp500 miliar pada 1992. Akhirnya, Bank Summa dilikuidasi pemerintah pada akhir 1992.

Meski masalah terjadi di anak usaha putranya, William turun tangan dan menjual 100 juta saham Astra miliknya demi menolong Edward. Sejak saat itulah nama Soeryadjaya tak lagi bertengger di Astra International, William pun meninggal dunia pada 2010 lalu.

Diketahui, Astra berkomitmen untuk mendukung IKN menjadi Ibu Kota yang inklusif, hijau dan berkelanjutan dengan Astra membangun Astra Biz Center-IKN.

Dibangun di atas lahan seluas 3,4 hektare, Astra Biz Center-IKN yang dibangun oleh Astra merupakan komplek terpadu, terintegrasi, dan berkonsep one stop service sebagai pusat layanan dari 11 merek dari perusahaan Grup Astra, yang meliputi Astra Motor, Auto2000, Astra Daihatsu, FIFGROUP, Asuransi Astra, ACC, TAF, United Tractors, ASTRA Infra, SERA, dan Astra Property.

Selain itu, dalam mendukung pembangunan IKN di bidang pendidikan, Astra melalui Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim juga tengah merevitalisasi Sekolah Dasar Negeri 020 Sepaku, di Kabupaten Penajam Paser Utara, sebagai rangkaian pembangunan sarana dan prasarana publik, area komersial, dan Infrastruktur IKN. Astra juga membina 11 sekolah dasar dan 2 sekolah tingkat SMK di kawasan IKN dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan murid berkualitas.

14. Eka Tjandranegara (Mulia Group)

Eka Tjandranegara merupakan Direktur Utama Mulia Group. Mulia Group didirikan pada 1970 lalu oleh Eka bersama sang ayah Tjandra Kusuma, adiknya Gunawan Tjandra, dan sang kakak Djoko S Tjandra.

Bisnis Grup Mulia awalnya bergerak di industri perkapalan. Namun, perlahan beralih dan fokus di industri keramik lewat PT Mulia Glass yang berdiri pada 1986. Dalam laman resminya, perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Mulia Industrindo Tbk yang bergerak di produksi kaca lembaran, glass block, dan kaca pengaman otomotif. 

Tak hanya itu, sepanjang periode 1990-an, Eka juga berbisnis properti. Dan dari sinilah namanya melambung.

Mengutip situs Tatler Asia, Eka melalui Grup Mulia adalah 'otak' di balik kehadiran properti megah dan terkenal di Indonesia, dari mulai pusat perbelanjaan, hotel mewah dan gedung pencakar langit.

Mulia group diketahui memiliki sejumlah gedung pencakar langit dan bangunan mewah di Indonesia, seperti Wisma Mulia berlantai 57, Mal Taman Anggrek, hingga Mulia Resort di Bali.

15. Kuncoro Wibowo (Kawan Lama Group)

Kawan Lama Group merupakan perusahaan induk dari beberapa brand terkenal seperti ACE Hardware, Rupa-Rupa, Informa, Living World, hingga Chatime. Kawan Lama Group bermula dari toko perkakas berukuran 3x3 meter milik ayah Kuncoro Wibowo, Wong Jin, pada 1955 lalu.

Ia pun meneruskan bisnis sang ayah, bahkan mengembangkannya hingga semakmur sekarang. Kuncoro bahkan sukses membuka anak usaha bernama PT Ace Hardware Indonesia, di mana merupakan ritel tunggal Ace Hardware AS.

Ace Hardware sendiri sudah menjadi perusahaan ritel sukses di indonesia dengan penjualan pada Semester I 2023 sebesar Rp3,6 triliun. Laba bersihnya sebesar Rp304 miliar pada periode yang sama. Gerai ACES sudah mencapai 228 toko pada kuartal I-2023. Kawan Lama Group masuk ke dalam daftar anggota konsorsium IKN.

Baca Juga: Dari IKN, Jokowi Sebut Istana Jakarta dan Bogor Nuansa Kolonial

16. Christopher Sumasto Tjia (PT Wulandari Bangun Laksana Tbk)

Christopher Sumasto bukanlah nama baru di bisnis properti dan real estat. Dia adalah anak konglomerat Adi Sumasto Tjia, pendiri jaringan hotel Jatra yang beroperasi di Bali, Pekanbaru, dan Balikpapan.

Diketahui, emiten properti milik konglomerat Christopher Sumasto Tjia, yakni PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK) menginvestasikan Rp3 triliun untuk membangun Nusantara Superblok di kawasan IKN.

Christopher Tjia menggelontorkan investasi sebesar Rp3 triliun untuk proyek Balikpapan Superblock. Pembangunan Nusantara Superblock sendiri ditargetkan rampung pada 2025. Ada dua tahapan pembangunan yaitu lahan seluas 3,8 hektar yang terdiri dari pusat perbelanjaan Pentacity, serta satu hotel bintang lima Grand Jatra Hotel Nusantara dan satu hotel bintang empat Pentacity Hotel Nusantara untuk tahap pertama.

Baca Juga: 5 Pengusaha Tajir Indonesia yang Berbisnis Makanan Ringan

17. Pui Sudarto (Pulauintan)

Pui Sudarto merupakan pendiri PT Pulauintan Bajaperkasa Konstruksi atau Pulauintan yang dibentuk pada 30 Juli 1990.  Mengutip berbagai sumber, Pui juga merupakan seorang pengusaha sukses di bidang tekstil, manajemen properti, kesehatan, serta jasa kebersihan, dan pengamanan.

Di IKN sendiri, pulauintan berkolaborasi dengan perusahaan taipan lainnya dalam pembangunan hotel Nusantara. Selain Hotel Nusantara yang mencakup 200 kamar, akan dibangun juga pusat perbelanjaan, ruang komersial, hingga perkantoran, dalam konsep mixed use development.

18. Hendro Santoso Gondokusumo (Intiland)

Hendro Santoso Gondokusumo adalah pendiri dan Direktur Utama PT Intiland Development Tbk (DILD), yakni salah satu perusahaan properti terkemuka di Indonesia. Hendro adalah orang yang sangat berperan dalam menjadikan Intiland sebagai pengembang sukses dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hendro Santoso Gondokusumo pun turret serta jade salah sat investor di IKN. Di proyer IKN ini, Hendro Santoso Gondokusumo menggelontorkan investasi Rp2,6 triliun untuk 3 proyek.

Adapun, proyek pertama yakni pengembangan kawasan mixed-use Grand Whiz Nusantara yang mengintegrasikan hotel, serviced apartment, area ritel, pusat olahraga, dan fasilitas makanan dan minuman. 

Proyek kedua adalah Nusantara Quarter, sebuah pengembangan kawasan Transit-Oriented Development (TOD) yang mengintegrasikan hunian, perkantoran, dan area komersil dengan akses transportasi publik. Dan, ketiga yakni kawasan perumahan dengan fasilitas lapangan golf bernama Royale Nusantara Golf Resort & Residence.

Baca Juga: 6 Pengusaha Pemilik Jaringan Supermarket di Indonesia

19. Sukanto Tanoto (Royal Golden Eagle Group)

Nama Sukanto Tanoto mencuat belakangan ini, sebagai salah satu investor konglomerat yang investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) tahun ini. Meskipun tidak tergabung dalam Konsorsium Nusantara, kelompok usaha milik Sukanto, investasinya di ibu kota negara baru tersebut.

Ya, Royal Golden Eagle (RGE) Group, perusahaan milik Sukanto Tanoto turut serta membangun Nusantara International Convention Center and Hotel di IKN. Sukanto Tanoto pun menggelontorkan  investasi sebesar Rp2 triliun untuk proyek International Convention Centre dan Hotel Bintang Lima di IKN.

Sukanto Tanoto merupakan konglomerat pemimpin kelompok bisnis Royal Golden Eagle International (RGEI) yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura. Sukanto saat ini berada peringkat ke-13 orang terkaya Indonesia versi Forbes. Kekayaannya saat ini tercatat sebesar US$ 3,2 miliar atau Rp51,34 triliun.

Asetnya tercatat tersebar hingga ke China. Pada awal tahun ini, perusahaan properti milik konglomerat Sukanto Tanoto, Pacific Eagle Real Estate telah membeli sebuah hotel mewah di Shanghai, China dari pengembang Dalian Wanda Group.

Melansir Forbes, situs real estat Mingtiandi melaporkan bahwa Pacific Eagle bisa membayar sebanyak 1,7 miliar yuan atau sekitar Rp3,7 triliun untuk Wanda Reign on the Bund, sebuah hotel mewah dengan 193 kamar di distrik tepi laut Bund yang bersejarah di Shanghai.

20. Anindya Bakrie (Bakrie Group)

Bakrie Group dan Pertamina bersepakat untuk mengembangkan infrastruktur shared hub di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang merupakan bagian dari Nusantara Knowledge Hub di IKN. CEO Bakrie & Brothers, Anindya Bakrie mengatakan, pembangunan shared hub untuk International Institute of Sustainability Indonesia (IISI) merupakan komitmen bersama untuk memajukan pendidikan dan mendorong pembangunan ekonomi hijau di Indonesia.

Anindya Novyan Bakrie sendiri tokoh bisnis Indonesia, investor global dan filantropis terkemuka. Dia adalah CEO PT Bakrie Global Ventura, sebuah rumah investasi terkemuka di Indonesia dengan pengalaman luas dalam investasi strategis dan revitalisasi perusahaan.

Dia juga menjabat sebagai CEO Bakrie & Brothers (BNBR), konglomerat yang terdaftar di Indonesia dengan kepentingan di bidang infrastruktur, kendaraan listrik, pertambangan, minyak dan gas, listrik (termasuk energi terbarukan dan surya), properti, dan perkebunan.

Anindya Bakrie adalah penerus grup Bakrie berusia 80 tahun, salah satu kelompok bisnis terbesar Indonesia, dengan 10 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kapitalisasi pasar gabungan lebih dari US $ 15 miliar. Pada 2007, majalah Forbes menempatkan keluarga Bakrie sebagai konglomerat terkaya dengan kekayaan mencapai USD 4 miliar atau setara dengan Rp 77 triliun. Demikian itu catatan profil dan kekayaan Anindya Bakrie.

Baca Juga: 6 Pengusaha Kaya Pemilik Jaringan Restoran di Indonesia