Untuk segmen perbankan ritel, kredit unit Consumer Banking Group (CBG) meningkat 24 persen dari tahun lalu. Pada tahun 2023, CBG memberikan kontribusi sebesar 18 persen terhadap total penyaluran kredit dan 47 persen terhadap total penghimpunan dana Bank DBS Indonesia. Pencapaian ini didukung oleh keberhasilan CBG dalam meningkatkan jumlah nasabah serta mengembangkan skala bisnis melalui beragam inisiatif yang fokus pada pengembangan kapasitas dan kapabilitas baru dalam mewujudkan pertumbuhan yang berkesinambungan.

Sepanjang tahun 2023, segmen CBG mencatatkan pertumbuhan kredit di hampir seluruh produk, yaitu ecosystem lending, personal loan, dan kartu kredit masing-masing sebesar 60 persen, 28 persen, dan 13 persen dibandingkan dengan tahun 2022. Pertumbuhan pada pembiayaan produk personal loan dan kartu kredit didukung melalui saluran distribusi konvensional maupun saluran digital di mana terdapat peningkatan customer base dan jumlah pemegang kartu kredit. Sementara, pada ecosystem lending pertumbuhan didukung dengan penambahan mitra dalam ekosistem.

Baca Juga: Bank DKI Sabet Penghargaan Public Relations Indonesia Awards 2024

Aplikasi digibank by DBS telah diunduh sebanyak 1M+ kali sejak diluncurkan pada 2018. Sepanjang tahun 2023, aplikasi digibank by DBS telah melayani lebih dari 7,6 juta transaksi, naik 7 persen dari tahun sebelumnya dengan total nilai transaksi lebih dari 59 triliun rupiah, meningkat 14 persen dari tahun 2022.

Selain itu, platform digital DBS IDEAL dan DBS RAPID (Real Time Application Programming Interface/API by DBS) berhasil mengelola hampir 100 juta transaksi pada 2023. Platform digital ini dapat melayani berbagai kebutuhan transaksi di mana pun dan kapan pun untuk berbagai nasabah, baik korporasi, Usaha Kecil Menengah (UKM), maupun fintech. Nilai transaksi oleh fitur ini mencapai lebih dari 600 triliun rupiah dengan volume tumbuh sebesar 96 persen.

Atas kinerja positif ini, Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami peningkatan menjadi 25,16 persen dari tahun lalu sebesar 23,58 persen. Hal ini jauh di atas ketentuan minimum sesuai profil risiko Bank, yaitu sebesar 10 persen di samping buffer yang wajib disediakan sebesar 2,5 persen.

"Hal ini mencerminkan permodalan Bank DBS Indonesia yang kuat guna mendukung bisnis dan pertumbuhan aset serta memberikan ketahanan dalam lingkungan pasar yang dinamis," pungkas Lim Chu Chong.