Growthmates, kamu pasti akan dengan mudah menemukan Alfamart di berbagai sudut kota, bukan? Baik di persimpangan jalan besar, maupun di tengah perumahan padat penduduk sekali pun. 

Sebagaimana jargonnya, "Belanja Puas, Harga Hemat”, Alfamart hadir di tengah-tengah masyarakat dan menyediakan pengalaman belanja yang memuaskan dengan harga yang begitu terjangkau bagi para pelanggan.

Kini kian berkembang pesat, tapi Growthmates, sudah tahukah kamu bagaimana cikal bakal Alfamart terbentuk? Usut punya usut, ada sosok bagaikan ‘Dewa Penolong’ di balik kesuksesan Alfamart Group, lho!

Djoko Susanto pernah berbagi kisahnya dalam mendirikan Alfamart, yang kini menjadi salah satu toko retail minimarket terlaris di Indonesia. Kisah ini berawal dari Djoko yang terpaksa harus berhenti sekolah pada 1966 silam, tepatnya saat usianya masih 16 tahun dan duduk di bangku kelas 1 SMA.

“Sekolah ditutup, semua Chinese School pada tahun 1966 (ditutup). Namanya seorang anak SMA kelas 1, mau masuk militer enggak bisa, mau kerja sama Pak Tutum juga nggak bisa. Cuma bisa ini, saya dagang,” cerita Djoko Susanto seperti dikutip Olenka, Jumat (14/6/2024).

Baca Juga: Menilik Kisah Sukses Perjalanan BCA, Brand Perbankan Terkuat di Dunia dengan Segudang Pencapaian Besar

Meneruskan ‘warisan’ sang ayah untuk berdagang, saat itu Djoko juga bekerja di sebuah pabrik radio transistor. Namun, saat usianya menginjak 19 tahun, Djoko mengabdi sepenuhnya untuk berdagang di warung hampir setiap hari.

“Dari sana, kita ini bertekad ya, orangtua sudah tua dan saya mau nggak mau harus rajin untuk bekerja. Timbullah kita buka warung sampai umur 34 tahun, (buka warung setiap hari) sampai hari Minggu juga buka,” tutur pria berusia 74 tahun itu. 

Diungkap Djoko, hanya ada satu hari di mana ia memutuskan untuk menutup warung dan libur berdagang. Di mana, tak lain adalah saat hari pernikahannya dengan sang istri pada 30 September 1973. Itu pun masih mendapatkan komplain dari pelanggannya.

“1 Oktober (sehari setelahnya), Saya sudah digedor sama langganan, 'lu buka (warung) dong, masa mau enaknya aja'. Nggak ada honeymoon itu, honeymoon-nya satu hari waktu pesta,” selorohnya.

Singkat cerita, Djoko akhirnya bertemu dengan sosok Putera Sampoerna pada 1980. Kerap kongkow bareng, Djoko mengaku diajak Putera untuk merintis usaha Alfa Toko Gudang Rabat pada 1989.

Baca Juga: Kisah Kakek Armand Hartono Jadi Tawanan Jepang: Temukan Titik Balik di Pengasingan

Pertemuan itu lah yang menjadi cikal bakal Alfamart dibentuk dan didirikan. Namun sebelumnya, Djoko sempat bekerja di Sampoerna sebagai direktur bisnis. Hingga pada 1999, muncul ide untuk membuka Alfamart.

“Karena kita pikir, memang Alfamart atau ritel itu lebih mendekat kepada konsumen, kita bisa mendekat kepada masyarakat dan kebutuhan untuk penjualan rokok-rokok,” ujar Djoko.

Beberapa tahun setelahnya, Djoko berkesempatan untuk mendapatkan buyback saat Sampoerna dijual ke Philip Morris pada 2005 silam. Momen tersebut dimanfaatkan Djoko, mengingat Philip Morris bukan dalam bidangnya membuka toko ritel.

“Di sinilah yang saya tekankan, tanpa ada Putera Sampoerna, saya tidak punya Alfamart. Jadi Pak Putera ini merupakan bos, dewa penolong. Setelah itu timbul bahwa kalau kita ke depan ingin lebih maju,  kita harus memiliki jaringan distribusi,” tukasnya.