Salah satu orang terkaya di Indonesia, Dato Sri Tahir, merupakan menantu Mochtar Riady, pendiri Lippo Group yang masuk daftar Indonesia's 50 Richest (2023) dengan kekayaan 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp21 triliun. Punya mertua berharta banyak tak serta merta membuat Dato Sri Tahir menjadi kaya raya. Kekayaan yang didapat pemilik Mayapada Group itu harus diraih dengan kerja keras sehingga mampu melampaui keberhasilan mertuanya dengan catatan kekayaan 4,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp64 triliun di tahun 2023 silam.
Menikah dengan Kekuatan Cinta
Dato Sri Tahir bertemu dengan istrinya, Rosy Riady, saat menempuh pendidikan di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura. Sempat mendapat penolakan dari keluarga Riady, Tahir dan istrinya akhirnya menikah pada 23 Maret 1974. Saat itu, pria kelahiran 26 Maret 1952 tersebut belum menjadi orang yang sukses dan kaya raya seperti saat ini. Tahir muda berusia 22 tahun tersebut bahkan belum punya pekerjaan yang jelas.
Baca Juga: Tahir Foundation Bukti Kedermawanan Dato Sri Tahir, Jadikan Kekayaan Berkat Bagi Sesama
"Waktu saya nikah menjadi suami putrinya Mochtar Riady, saya dalam keadaan orang biasa. Kerjaan saya belum jelas. Saya masuk dalam keluarga yang waktu itu dia Panin Bank Presdir. We are different level," ujar Tahir dalam sebuah kesempatan, dikutip Minggu (11/8/2024).
Beruntung, Tahir merasa diterima keluarga konglomerat itu. Meski begitu, tetap ada jarak di antara keduanya. "Saya hanya mengumpamakan bahwa hubungan saya dengan keluarga Riady itu saya di-welcome, tapi di luar pagar. Jadi shake hand saja di luar pagar, tapi there is a fence. Ini menurut saya there’s nothing wrong," ujarnya.
Dilarang Kerja di Perusahaan Lippo Group
Tahir mengungkap, budaya yang dianut keluarganya dengan keluarga Riady sangat bertolak belakang. Menurutnya, filosofi Tionghoa begitu kental terasa dianut dalam keluarga Mochtar Riady, seperti mengutamakan anak laki-laki. Sementara, Tahir dibesarkan dengan ajaran Barat yang mengedepankan kesetaraan.
"Ini culture yang berbeda dan tidak mudah untuk menyesuaikan. You mau menyesuaikan culture belum tentu lawan mau terima. Jadi kita mau masuk ke keluarga Riady belum tentu dia mau terima. Culture lawan culture is the most difficult loh ya," ujar ayah dari 4 anak ini.
Bahkan, sepekan menyandang gelar sebagai menantu Riady, Tahir langsung dilarang bekerja di perusahaan keluarga Riady. Penyandang gelar Dato' Sri dari Sultan Pahang, Malaysia sejak 2010 silam ini langsung menyanggupi hal itu bahkan berkeinginan agar bisa mengalahkan mertuanya tersebut.
"You tidak boleh kerja di grup saya," tegas Mochtar.
"It's okay. One day I'll beat you," jawab Tahir.
Belajar dari Sang Mertua
Tegas Tahir, satu-satunya yang dapat diambil secara gratis dari Mochtar Riady adalah sikapnya. Melihat kerja keras sang mertua, Tahir sangat percaya bahwa kesuksesan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Bahkan, Tahir pernah mendapat teguran keras karena mencatut nama Mochtar tanpa izin di logo usahanya. Saat membuka showroom furniture, Tahir menyematkan logo perusahaan Mochtar di depan showroom agar orang tahu bahwa dia adalah bagian keluarga Mochtar Riady.
Kedatangan keluarga besar Mochtar Riady saat grand launching membuat Tahir merasa sangat bangga. Akan tetapi, tidak lama setelahnya muncul Roy Tirtaji, orang kepercayaan Mochtar yang menyampaikan keluhan.
"Maaf Pak Tahir, saya ditugaskan Pak James (anak sulung Mochtar Riady) untuk menyampaikan ini pada Anda. Tolong logo perusahaan Pak Mochtar dicabut. Mereka tak berkenan logo itu dipasang di depan tokok Ulferts (milik Tahir). Mereka tidak suka Pak Tahir memasang logo ini," kenang Tahir.
Ibarat petir di siang bolong, kata-kata tersebut membuat Tahir merasa malu, sedih, dan terhina campur aduk. Namun, bak obat yang menguatkan, kejadian tersebut membuat Tahir makin menjadi pribadi yang pekerja keras dan tidak bergantung pada orang lain meski pada orang tua sendiri. Dana yang sempat dia dapat dari Mochtar juga berupa pinjaman dan merupakan opsi terakhir yang dipilihnya dengan rasa malu dan tidak enak hati.
Bagi Tahir, peran keluarga sangat penting untuk membentuk kepribadiannya menjadi seperti sekarang ini. "Number one is my parents yang meninggalkan teladan, panutan yang baik, how to be a good man, how to build proper person, how to be leaders, how to love your family," tegasnya.