Sedangkan, untuk customer kain batiknya sendiri, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa; Bupati Sidoarjo, beserta tamu-tamu besar dari pemerintahan juga sering memesan batik di sana.
“Setelah pandemi Covid-19 (pesanan batik di Jetis Kampung Batik) sangat sepi, sehingga banyak yang gulung tikar, dan yang bertahan tinggal beberapa saja,” ungkap Rimanda, yang juga merupakan pengrajin di Jetis Kampung Batik.
Lebih jauh, Rimanda menyayangkan bahwa anak muda sudah jarang memakai kain batik lagi. Namun, ia juga senang karena berkat dorongan pemerintah, semua ASN dianjurkan untuk menggunakan udek batik, sehingga proses produksi di Jetis Kampung Batik mulai ramai kembali. Ia juga berharap agar batik juga dicintai dari semua kalangan masyarakat, tidak hanya oleh pengrajin batik saja.
Sementara itu, Dewi Ratnaningtyas, selaku Marketing Manager dari BGSKIN, mengaku senang bisa menggelar program BGSKIN Support Batik Indonesia ini.
Baginya, momen ini tak hanya bisa dirayakan dengan memakai pakaian batik saja, tapi juga bisa digunakan untuk bersama-sama menghidupkan kembali semangat para pengrajin batik untuk berkarya.
“Alhamdulillah, senang rasanya bisa berkolaborasi dengan para pengrajin batik dan juga penjahit untuk bikin pouch batik BGSKIN ini. Pengrajin dan penjahit dapat pemasukan, selain itu juga para pengguna BGSKIN bisa mendapatkan hasil karya ini secara gratis,” paparnya.
Sebagai informasi, program berbagi dan berkolaborasi semacam ini tak hanya dilakukan BGSKIN di momen Hari Batik Nasional saja.
Dalam perjalanannya, brand skincare ini memiliki Komunitas BGSKIN Berbagi yang merangkul para reseller dan juga customer setianya untuk mendukung program-program lainnya seperti Rumah Makah Gratis, berbagi sembako, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Bangga Budaya Lokal, ELSHESKIN Hadirkan Produk Skincare Bertema Batik Nusantara