JAPFA melalui anak usahanya, PT Santosa Agrindo Lestari (Santori) mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produksi susu nasional. Hal itu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan nasional, di mana baru sekitar 21% atau 4,6 juta ton per tahun yang mampu dipenuhi oleh Produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN).

Sebagai wujud dukungan tersebut, JAPFA memfasilitasi impor 1.100 ekor sapi perah bunting persilangan Holstein dan Jersey dari Australia. Berkolaborasi dengan PT Greenfields Dairy Indonesia (Greenfields), keseluruhan sapi ini akan didistribusikan ke peternak lokal di bawah naungan program Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG) untuk meningkatkan populasi sapi perah dan memberdayakan peternak sapi perah lokal. 

Baca Juga: Pemerintah Targetkan Swasembada Susu, Impor 1 Juta Sapi Perah Dalam 5 Tahun

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Agung Suganda, menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan peningkatan populasi sapi perah hingga satu juta ekor pada tahun 2029 melalui Program Peningkatan Produksi Susu dan Daging Nasional (P2SDN). Melalui P2SDN, pemerintah ingin memperkuat ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor produk olahan susu.

"Pemerintah membuka ruang kolaborasi dengan investor ataupun pemangku kepentingan lainnya, khususnya produsen, seperti yang dilakukan JAPFA dan Greenfields. Kami juga mendorong sektor perbankan untuk mendukung melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi peternak mitra,” ujar Agung, dilansir pada Selasa, 1 Juli 2025.

Dalam kolaborasi ini, JAPFA mengambil peran penting dalam pembiayaan pra-impor sapi dan bekerja sama dengan Greenfields melakukan proses seleksi sapi sebelum dikirimkan ke Indonesia. Inisiatif ini adalah impor skala besar pertama yang mendatangkan 1.100 ekor sapi perah bunting persilangan Holstein dan Jersey ke Indonesia. 

Sebagai hasil persilangan dua jenis sapi perah dengan sifat genetik unggul, sapi perah crossbreed ini memiliki banyak keistimewaan, seperti: produktivitas dan kualitas susu yang baik, harga yang lebih terjangkau; interval kelahiran yang lebih pendek dan usia produktif yang lebih lama; ukuran tubuh sedang sehingga lebih cocok untuk dimiliki peternak lokal karena biaya pakan yang lebih ekonomis; dan adapatif dengan wilayah beriklim tropis. 

“Kami harap program ini menjadi sebuah terobosan baru yang menjanjikan untuk mendorong produksi SSDN di masa depan. Melalui inisiatif ini, JAPFA dan Greenfields terus menunjukkan komitmennya untuk menjadi bagian dari solusi jangka panjang dalam membangun kemandirian sektor daging dan susu nasional. Kami percaya bahwa kolaborasi erat antara swasta dan peternak lokal dapat menghasilkan dampak yang berkelanjutan bagi ketahanan pangan Indonesia” ujar Rachmat Indrajaya, Direktur JAPFA.

Akhil Chandra, CEO Greenfields mengungkapkan bahwa nantinya sapi bunting yang diimpor akan didistribusikan kepada 120 peternak lokal di bawah Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG) yang tersebar di Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu.

"Kami akan menyerap seluruh hasil susu dari peternak mitra serta memberikan pendampingan teknis kepada para peternak dan dukungan berkelanjutan. Diharapkan peternak mitra kami dapat meningkatkan kapasitas produksi secara berkelanjutan dan akhirnya ikut berkontribusi pada peningkatan produksi SSDN," ungkap Akhil.

Sebelum diserahkan kepada peternak, seluruh sapi akan menjalani masa karantina selama dua minggu di fasilitas karantina JAPFA di Probolinggo, guna memastikan kesehatan sapi dan adaptasi lingkungan yang optimal.

Salah satu peternak mitra Greenfields, Ida Widiyawati, Ketua Kelompok Peternak di Wagir, Kabupaten Malang, mengungkapkan apresiasinya terhadap inisiatif ini. “Saya sangat mengapresiasi upaya JAPFA dan Greenfields yang telah memfasilitasi pembelian sapi perah dari Australia. Sapi-sapi ini memiliki kualitas sangat baik dan cocok untuk iklim di daerah kami. Harapan saya, semoga program ini terus berlanjut dan makin banyak peternak lokal yang mendapatkan manfaatnya agar kami bisa lebih mandiri dan produktif.”