“Kehadiran kami, selain pengobatan, juga penyuluhan terkait seks pra-nikah. Sebab dari fenomena yang ada, kebanyakan saat hamil anak ketiga, sang ibu baru dinikahi suami. Itu pun secara siri dan sudah dinormalisasi. Terlepas dari minimnya hiburan, mereka melakukan hubungan seksual tanpa dibekali pengetahuan,’’ ujarnya seperti dikutip dari laman UNAIR.
Kondisi pelayanan kesehatan di Fakfak, Papua, memang penuh tantangan. Menurut dr. Amira, masih banyak masyarakat yang lebih percaya berobat ke dukun dibandingkan ke dokter atau fasilitas kesehatan.
Salah satu alasannya karena akses menuju rumah sakit sangat jauh dan memakan waktu berjam-jam. Selain itu, banyak warga yang belum memiliki dokumen penting seperti BPJS, akta kelahiran, atau kartu keluarga, sehingga makin sulit untuk mendapatkan layanan kesehatan. .
Dengan segala tantangan yang ada, dr. Amira tak tinggal diam. Ia pun menginisiasi Gerakan Jemput Bola yang dilakukannya bersama tim. Lewat gerakan ini, dr. Amira bersama tim berdedikasi melayani pasien hingga pedalaman yang tak terjangkau dengan puskesmas, tak peduli harus melewati perjalanan laut selama 4-6 jam dengan menggunakan perahu.
Amira juga merangkul ‘mama biang’ dan menjalin kedekatan emosional. Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan edukasi hingga alat-alat persalinan steril yang bisa digunakan oleh mama biang dalam menangani pasien ketika kondisi darurat yang tidak memungkinkan Amira dan tim bisa datang cepat.
"Walaupun kita tidak menganjurkan mereka lahir di rumah, tetapi setidaknya dalam kondisi emergency mama biang bisa menangani. Selain itu, dalam tim saya ada orang dinkes yang siap bergerak untuk membantu administrasi termasuk BPJS, jadi sambil menyelam minum air," tuturnya.
Baca Juga: Mengenal Lani Darmawan: Sarjana Kedokteran yang Jadi Pemimpin Perbankan Ternama di Indonesia
Berkat inovasi dan pelayanan yang dihadirkan, dr. Amira dan tim berhasil menekan 60 persen Angka Kematian Ibu dan Anak (AKI), dan banyak mama biang yang sudah teredukasi.
Selain menangani banyak perempuan hamil dan melahirkan, dr. Amira juga kerap memberikan edukasi dan sosialisasi ia juga memberikan penyuluhan kepada warga setempat terkait berbagai hal yang berhubungan dengan spesialisasinya, termasuk seks pra-nikah.
Kehadiran dr. Amira yang telah menyelamatkan banyak nyawa, membuat ibu melahirkan setempat terinspirasi memberikan nama anaknya dengan nama ‘Amira’.
Amira juga aktif memberikan edukasi serupa melalui akun media sosial miliknya. Bahkan, ia kerap membagikan sepenggal cerita para pasien sebagai bentuk pembelajaran yang dapat dipetik oleh pengikut setianya yang kini sudah menyentuh angka 2,2 juta untuk akun TikTok miliknya.
Berkat dedikasi dan kisahnya yang menginspirasi, dr. Amira berhasil meraih sejumlah penghargaan bergengsi. Di antaranya adalah penghargaan untuk kategori kesehatan pada Liputan6 Award tahun 2024 yang diberikan langsung oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming hingga, penghargaan sosok inspiratif dalam TikTok Awards Indonesia 2024.