Selain SweetEscape dan Garasi.id, perusahaan lain dalam ekosistem GDP Venture yang hadir dan membagikan padangannya terkait konsep bisnis crowdsourcing adalah Dekoruma. Dalam acara bincang-bincang bisnis bertajuk Power Lunch dengan tema "Maximizing Business Growth with an Effective crowdsourcing Model" tersebut, Dimas Harry Priawan selaku Co-founder & CEO Dekoruma menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan desainer-desainer interior yang mampu mengerjakan desain dengan gaya Japandi (Jepang dan Skandinavia), gaya interior khas Dekoruma.
"Sebagai marketplace furniture yang berdiri sejak 2015, kami selalu mencantumkan nama desainer interior kami di setiap karyanya karena hak cipta adalah milik mereka. Kelebihan dari kami adalah kami membangun suatu teknologi yang dinamakan Thudio by Dekoruma, di mana para desainer bisa langsung mengetahui estimasi biaya dari desain yang mereka kerjakan sehingga bisa menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki oleh konsumen," jelas Dimas.
Baca Juga: Startup Accacia Kantongi Pendanaan US$6,5 Juta
Sesuai pengalaman mereka, David Soong dan Ardyanto Alam mengatakan bahwa model bisnis crowdsourcing menguntungkan kedua belah pihak, perusahaan dan mitra. Akan tetapi, tidak semua perusahaan dapat menerapkan model crowdsourcing. Model crowdsourcing sangat cocok untuk perusahaan yang membutuhkan keahlian khusus.
Perlu diketahui bahwa model crowdsourcing tidaklah semudah yang terlihat. Meskipun menawarkan potensi pertumbuhan yang besar, perusahaan perlu melakukan pendekatan yang hati-hati dan strategis dalam mengembangkan jaringan mitra. Mengambil langkah kecil, melakukan riset yang menyeluruh, dan memahami perilaku konsumen adalah kunci untuk memastikan kesuksesan dalam mengimplementasikan model ini.