Dewasa ini, kata ‘toxic’, ‘red-flag’, dan sejenis lainnya menjadi istilah yang ringan untuk diucap, kala menghakimi orang lain. Padahal, di saat begitu mudahnya menghakimi orang lain, itu bisa menjadi bumerang terhadap diri sendiri. Atau bahkan, kebiasaan mudah menghakimi ini justru mencerminkan sikap-sikap negatif dalam diri kita yang perlu di-introspeksi.
Sebagaimana yang diungkap oleh praktisi kesehatan mental sekaligus penulis, Adjie Santosoputro. Adjie tak menutup mata akan adanya orang-orang dengan sifat toxic di lingkup kehidupan yang kerap membuat orang disekitarnya merasa tak nyaman. Namun, menurut Adjie, mereka yang terlalu mudah menghakimi atau memberikan label negatif pada orang lain justru perlu berhati-hati.
Baca Juga: 5 Cara Efektif Memprioritaskan Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja yang Toxic
“Hanya saja kalau dikit-dikit ngejudge toxic orang lain, itu juga nggak sehat. Dikit-dikit ngecap red flag, dikit-dikit ngecap toxic, itu ya sama nggak sehatnya,” ujar Adjie Santosoputro seperti dikutip Olenka, Kamis (7/11/2024).
Lantas, bagaimana mengatasi kebiasaan tersebut? Kata Adjie, satu hal penting yang perlu dilakukan untuk tidak mudah menghakimi orang lain adalah dengan membekali diri dengan imunitas batin.
Imunitas batin menjadi hal penting dimiliki agar tidak terlalu mudah dipengaruhi oleh perilaku atau karakter orang lain yang mungkin terasa negatif. Dengan imunitas batin yang kuat, kita dapat merespons situasi secara bijak dan lebih terkendali tanpa langsung memberi label buruk.
“Imunitas batin dan menyadari adanya ketidaknyamanan di luar, itu perlu berjalan seimbang. Di dunia kerja kan juga seperti itu, kalau dikit-dikit resign gara-gara ini toxic, toxic office resign Ah toxic, pindah-pindah terus resign, resign lima kali. Ada teman saya yang seperti itu, lalu terakhir dia ngomong ke saya 'ternyata yang toxic diriku Ji, bukan office-nya',” tutur Adjie.
Baca Juga: Kenali 7 Tanda Lingkungan Kerja Toxic, Berdampak Buruk pada Fisik dan Bikin Gak Produktif!
Di samping itu, juga perlu menyadari bahwa diri ini tak sepenuhnya suci, tak sepenuhnya benar, dan bahkan mungkin menjadi toxic bagi orang lain. Intinya, introspeksi diri adalah cara terbaik untuk memupuk kesadaran dalam diri.
“Bukankah setiap kita ini sebenarnya juga toxic buat orang lain? Sadarkah kita akan hal itu? Atau dirimu merasa dirimu adalah manusia yang suci dan tidak pernah jadi toxic buat orang lain? Itulah masalahnya kalau merasa diri suci, itu masalahnya. Sehingga kita juga perlu sadar bahwa diri kita pun juga bisa jadi toxic buat orang lain,” imbuhnya.