Di Indonesia, konglomerat tidak hanya menjadi kekuatan ekonomi yang dominan, tetapi juga simbol pengaruh yang besar dalam dunia bisnis dan politik. Keberhasilan konglomerat di Indonesia tidak lepas dari kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan berbagai industri, mulai dari energi, infrastruktur, manufaktur, hingga sektor finansial. 

Konglomerat besar seperti Sinar Mas, Salim Group, dan Ciputra Group telah menguasai banyak sektor ekonomi dan memegang peranan penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan, berinovasi, serta mempengaruhi kebijakan ekonomi negara.

Mengapa konglomerat menjadi sangat disegani di Indonesia? Salah satu alasannya yang pertama, karena mereka memiliki sumber daya yang cukup besar untuk melakukan diversifikasi bisnis ke berbagai sektor, sehingga tidak terlalu bergantung pada satu jenis usaha. 

Baca Juga: Kerajaan Bisnis CT Corp Milik Konglomerat Chairul Tanjung

Hal ini memberikan stabilitas dan daya tahan dalam menghadapi krisis ekonomi. Kedua, hubungan yang erat dengan pemerintahan dan berbagai pihak di sektor politik sering kali menjadi faktor yang memperkuat posisi mereka. Konglomerat juga memiliki kemampuan untuk mengakses modal besar dan melakukan akuisisi atau ekspansi ke pasar global.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa makna dari konglomerat. Berikut telah Olenka rangkum dari berbagai sumber mengenai apa itu konglomerat, pada Rabu (22/01/2025):

Pengertian Konglomerat

Konglomerat adalah sebuah korporasi yang terdiri dari beberapa bisnis yang berbeda, yang seringkali tidak terkait satu sama lain. Dalam struktur konglomerat, sebuah perusahaan induk memiliki saham pengendali di berbagai perusahaan yang lebih kecil, yang masing-masing beroperasi secara terpisah dan independen. 

Baca Juga: Daftar Keluarga Konglomerat Penguasa Batu Bara Hingga Kelapa Sawit Asal Kalimantan

Konglomerat biasanya bertujuan untuk mendiversifikasi risiko bisnis dengan berpartisipasi dalam berbagai pasar yang berbeda, meskipun beberapa konglomerat memilih untuk beroperasi dalam sektor tunggal.

Sejarah Konglomerat

Mengutip laman resmi Investopedia, Konglomerat sebagai model bisnis mulai berkembang pesat pada tahun 1960-an, terutama didorong oleh suku bunga yang rendah, yang memungkinkan perusahaan besar melakukan pembelian dengan leverage lebih mudah.

Perusahaan-perusahaan ini sering melakukan merger dan akuisisi untuk memperluas cakupan mereka di pasar yang lebih luas. Puncaknya terjadi pada tahun 1980, saat banyak perusahaan besar melakukan penggabungan untuk menciptakan sinergi antar industri.

Baca Juga: Daftar 10 Keluarga Konglomerat Indonesia: Raja Bisnis yang Menguasai Ekonomi Tanah Air

Namun, meskipun beberapa konglomerat berhasil mengelola portofolio mereka, banyak yang juga menghadapi kesulitan dalam mempertahankan kinerja dan mengelola perusahaan yang dibeli. Beberapa perusahaan yang diakuisisi justru tidak meningkatkan kinerja konglomerat secara keseluruhan dan menurunkan laba bersih perusahaan induk.

Membentuk Konglomerat

Ada beberapa cara utama yang digunakan untuk membentuk konglomerat:

  • Akuisisi

Perusahaan induk membeli perusahaan lain, yang kemudian menjadi anak perusahaan. Dalam beberapa kasus, jika perusahaan target cukup besar, maka kedua perusahaan akan bergabung menjadi satu entitas hukum baru. Contohnya adalah merger antara The Walt Disney Company dan American Broadcasting Company (ABC) pada tahun 1995.

Baca Juga: Deretan Artis Perempuan yang Menikah dengan Anggota Keluarga Konglomerat

  • Ekspansi

Ini adalah strategi di mana sebuah perusahaan merestrukturisasi dirinya untuk membentuk sebuah induk yang memiliki banyak anak perusahaan yang lebih kecil. Sebagai contoh, Google melakukan restrukturisasi pada tahun 2015, dan membentuk perusahaan induk baru bernama Alphabet, dengan Google menjadi anak perusahaan utama.

  • Ekstensi

Terkadang, konglomerat berkembang dengan memperluas bisnis keluarga atau bisnis yang beroperasi di sektor tertentu ke sektor industri atau area baru. Contohnya adalah Berkshire Hathaway, yang pada mulanya adalah perusahaan tekstil dan kini berkembang menjadi konglomerat besar dengan investasi di banyak sektor.

Keuntungan Konglomerat

Konglomerat dapat mengurangi risiko bisnis dengan memiliki beberapa anak perusahaan yang beroperasi di sektor yang berbeda. Jika satu sektor mengalami penurunan, sektor lain mungkin tetap stabil atau menguntungkan. Perusahaan induk juga mampu mengurangi biaya operasional dengan berbagi sumber daya, infrastruktur, dan teknologi antara anak perusahaan.

Baca Juga: Daftar 3 Konglomerat yang Kembali Masuk dan yang Terdepak dari Jajaran 50 Orang Terkaya di Indonesia 2024 Versi Forbes

Selanjutnya, konglomerat cenderung memiliki akses yang lebih besar ke pasar modal, memungkinkan mereka untuk memperluas bisnis dengan lebih mudah. Dengan ukuran yang besar dan beragam, konglomerat sering kali lebih sulit untuk diambil alih oleh pesaing.

Kerugian Konglomerat

Salah satu kritik terhadap konglomerat adalah bahwa mereka sering kali diperdagangkan dengan diskon di pasar saham. Nilai pasar konglomerat dapat lebih rendah daripada jumlah nilai total anak-anak perusahaan yang dimiliki. 

Hal ini dapat dirasakan bagi konglomerat ketika mengelola banyak perusahaan yang beroperasi di sektor yang berbeda-beda dapat sangat rumit dan mempengaruhi efisiensi manajerial.

Baca Juga: 8 Daftar Konglomerat FMCG di Indonesia

Lalu, kekurangan lainnya adalah keterbatas fokus pada apa yang ingin dikembangkan. Dengan banyaknya lini bisnis yang dikelola, perusahaan induk dapat kehilangan fokus pada sektor utama mereka, yang menghambat pengembangan lebih lanjut.

Konglomerat di Indonesia

Di Indonesia, konglomerat memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian, dengan banyaknya konglomerat besar yang menguasai berbagai sektor vital. Beberapa konglomerat terbesar di Indonesia meliputi:

- Keluarga Hartono (Djarum Group). Dengan menguasai Bank Central Asia (BCA) dan Djarum, keluarga Hartono dikenal sebagai konglomerat dengan kekayaan terbesar di Indonesia, dengan total kekayaan mencapai $50,3 Billion yang setara dengan Rp807 Triliun pada tahun 2024.

- Prajogo Pangestu (Barito Pacific), menjadi konglomerat kedua di Indonesia yang mengelola Barito Pacific, sebuah perusahaan yang memiliki berbagai anak perusahaan di sektor energi, kehutanan, dan kimia. Kekayaan Prajogo Pangestu diperkirakan mencapai $32.5 Billion, setara dengan Rp520 Triliun. pada tahun 2024.

- Low Tuck Kwong ia adalah pemilik Bayan Resources, salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Kekayaannya diperkirakan mencapai $27 Billion atau sekitar Rp440 Triliun.

Selain itu, banyak konglomerat lainnya yang memiliki pengaruh besar di sektor perbankan, manufaktur, media, dan energi. Konglomerat Indonesia juga memiliki kekuatan untuk berinvestasi di luar negeri dan memperluas jangkauan bisnis mereka secara global.

Baca Juga: Daftar Konglomerat Pemilik Mal Mewah di Jakarta, Siapa Saja?

Konglomerat dan Pengaruhnya dalam Perekonomian

Konglomerat di Indonesia memainkan peran krusial dalam menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi, serta menarik investasi domestik dan asing. Mereka membantu menggerakkan sektor-sektor besar, termasuk energi, telekomunikasi, manufaktur, dan keuangan. Dalam banyak kasus, konglomerat ini juga berperan sebagai penggerak utama dalam infrastruktur dan pengembangan ekonomi.

Namun, keberadaan konglomerat yang sangat besar juga memunculkan beberapa tantangan. Dengan konsentrasi kekayaan yang sangat besar, ada kekhawatiran terkait ketimpangan ekonomi dan dominasi pasar yang bisa menghambat persaingan.

Oleh karena itu, regulasi yang ketat dan pengawasan yang transparan sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dalam pasar yang sangat dipengaruhi oleh konglomerat.

Konglomerat adalah salah satu bentuk bisnis yang menggabungkan berbagai perusahaan yang bergerak di sektor-sektor yang berbeda untuk memperluas jangkauan pasar. Meskipun memiliki banyak keuntungan, seperti diversifikasi risiko dan penghematan skala, konglomerat menjadi salah satu peran penting bagi negara dalam menjalankan perekonomian bangsa.