Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memiliki ambisi besar untuk membangun mobil nasional (Mobnas). Dengan berbagai perhitungan, pemerintah menarget proyek ini sudah bisa dikebut dalam tiga tahun ke depan. Pada 2028 mendatang, Indonesia sudah bisa memproduksi mobil dalam negeri yang oleh Prabowo dijuluki 'jip' Indonesia itu.
Rencana memproduksi mobil dalam negeri bukan sebatas wacana, Prabowo sudah benar-benar mantap mengejar mimpi ini. Lahan lokasi pabrik mobil diklaim tengah dipersiapkan, pun anggaran untuk menyokong program ini juga telah dialokasikan. Demi mewujudkan mimpi itu, program mobil nasional bahkan direncanakan bakal masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Baca Juga: Perintah Prabowo: Purbaya Ikut Putar Otak Bayar Utang Whoosh
”Saya sudah alokasi dana, sudah kita siapkan lahan untuk pabrik-pabriknya. Tim kita sekarang sedang bekerja untuk menghasilkan jip buatan Indonesia. Jadi, sekarang pejabat-pejabat kita, perwira-perwira kita, bangga kita tidak pakai jip buatan negara lain,” kata Prabowo beberapa waktu lalu dilansir Olenka.id Sabtu (31/10/2025).
Ambisi besar Prabowo bukan muncul tiba-tiba dan menjadi mimpi yang membabi buta, keyakinan membuat mobil dalam negeri itu sudah lama terbesit di benaknya, kepala negara telah menyaksikan sendiri kemampuan anak bangsa membuat kendaraan roda empat itu.
Maung buatan Pindad yang kini menjadi kendaraan dinas para pejabat dan perwira merupakan mahakarya yang lahir di dalam negeri dari tangan-tangan terampil anak bangsa. Melihat talenta-talenta lokal dengan kemampuan yang tak standar, Prabowo percaya diri bisa mewujudkan mimpi proyek mobil nasional ini.
Perlu diketahui, Pindad Maung sudah dikembangkan Prabowo sejak menjabat Menteri Pertahanan 2019 - 2024 silam. Pada awal pengembangan, ia menugaskan PT Pindad, BUMN bidang pertahanan dan produsen alat militer untuk fokus membuat mobil jip militer buatan Indonesia. Sampai akhirnya lahirlah Maung.
Jangan Hanya Jadi Proyek Simbolik
Rencana Prabowo membangun mobil nasional mendapat sambutan hangat dari sejumlah pihak. Namun proyek ambisius itu diharapkan tidak menjadi ajang gagah-gagahan belaka tanpa hasil yang jelas, Prabowo diminta sungguh-sungguh merealisasikan mimpi tersebut.
“Pembangunan mobil nasional yang diusulkan Presiden Prabowo adalah langkah maju. Kami sangat mendukung dan berharap proyek ini tidak hanya bersifat simbolik, tetapi menjadi bukti nyata kiprah Indonesia di dunia otomotif,” kata Anggota Komisi VII DPR RI Kaisar Abu Hanifah.
Sama seperti Prabowo, Kaisar juga punya keyakinan yang sama, Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia memang sudah mumpuni untuk menggenjot proyek ini. Hanya saja dia meminta supaya program ini diawasi secara ketat supaya berjalan sesuai rencana awal.
“Indonesia memiliki SDM yang mumpuni, jadi saya yakin pembangunan bisa berjalan baik. Pengawasan harus diperkuat agar setiap tahap pembangunan mobil nasional sesuai target dan prinsip efisiensi,” katanya.
“Pembangunan mobil nasional akan menjadi motor penggerak industri otomotif dalam negeri. Karena itu, semua pihak perlu mendukung, termasuk dengan menggunakan produk ini ketika sudah diluncurkan,” tambahnya.
Ambisi Berisiko Tinggi
Kendati rencana ini mendapat sambutan antusias dari berbagai kalangan, namun proyek mobil nasional dinilai sangat berisko.
Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan rencana membangun mobil nasional ini jangan sampai bernasib sama dengan proyek sebelumnya seperti seperti Morina (Mobil Rakyat Indonesia), Maleo, Timor (Teknologi Industri Mobil Rakyat), dan Bimantara yang kesemuanya gagal total karena berbagai alasan.
Untuk mengantisipasi kegagalan itu, pemerintah kata dia harus menyiapkan proyek ini secara serius, persiapan mesti dilakukan secara menyeluruh. Salah satu faktor yang menurutnya sangat penting diperhatikan adalah soal regulasi yang paten.
"Apakah cukup waktu membangun industri otomotif dalam lima tahun? Presiden ganti, kebijakan ganti. Ini akan gagal lagi. Butuh konsistensi, walaupun presiden berganti, penerus harus meneruskan impian itu," kata Bebin.
Selain itu, Bebin juga melihat otomotif adalah industri padat modal, yang menguras dana. Untuk itu, perlu diambil langkah strategis dengan melibatkan pengusaha, dibandingkan memulai kembali dari nol.
"Contoh nih, kalau mau ambil shortcut. Kenapa tidak, misalnya, Kijang dijadikan mobil nasional? Sudah jadi kan? Tidak usah mulai dari awal lagi dan kualitasnya bagus dan telah diakui masyarakat," tandasnya.
Namun di sisi lain proyek ini juga dinilai membawa sederet dampak positif salah satunya adalah ekosistem baterai di Indonesia memiliki nilai US$5,9 miliar. Apabila mobil nasional berfokus pada pengembangan mobil listrik, maka hal ini menjadi keunggulan tersendiri, ke depan mobil nasional bisa ikut menjadi pemain utama di pasar global.
Selain keunggulan ekosistem batre, hal lain yang membuat rencana ini bisa terealisasi adalah iklim industri global yang disebutnya sudah semakin siap dalam membangun pabrik di dalam negeri.
Baca Juga: Perintah Prabowo: Purbaya Ikut Putar Otak Bayar Utang Whoosh
"Jadi, intinya, regulasi TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) bertahap, kemitraan strategis untuk transfer teknologi inti, transfer keahlian, dan penguatan kesiapan rantai pasok kritis (baterai, motor listrik) yang sedang disiapkan menjadi kunci Prabowo untuk menghindari kegagalan masa lalu," kata Pengamat otomotif dan desainer produk industri ITB, Yannes Martinus Pasaribu
Kegagalan Masa Lalu
Ambisi memproduksi mobil dalam negeri bukan ide baru yang tercetus di era pemerintahan Prabowo Subianto, ambisi yang sama juga pernah dikejar mati-matian pada masa pemerintahan sebelum-sebelumnya, hasilnya: semuanya gagal.
Pada era Presiden Sukarno, pemerintah sempat mendirikan PT Industri Mobil Indonesia (Imindo) dengan tujuan memproduksi mobil nasional namun proyek itu gagal karena berbagai alasan.