Popularitas minyak goreng di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan minyak sawit merah. Menurut Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI), Darmono Taniwiryono, hal ini wajar karena sejarah pengembangan kedua produk tersebut berbeda jauh.
Darmono menjelaskan bahwa minyak goreng mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada akhir 1970-an, menggantikan peran minyak kelapa sebagai bahan utama untuk menggoreng makanan.
Sementara itu, produk minyak sawit merah baru dikembangkan di Indonesia pada tahun 2015, meskipun secara historis minyak sawit merah telah dikonsumsi oleh masyarakat Afrika Barat sejak sekitar 5.000 tahun yang lalu.
“Minyak goreng dari sawit itu sudah dikembangkan sejak akhir 1970-an. Sementara minyak merah baru pertama kali diperkenalkan pada 2015, baru mulai dikampanyekan dan diintroduksikan untuk promosi bahwa minyak sawit itu sehat. Jadi memang masih sangat baru,” jelas Darmono, saat ditemui Olenka, di Jakarta, baru-baru ini.
Selain faktor umur produk, kata Darmono, tantangan minyak sawit merah juga datang dari tampilannya.
"Yang menjadi masalah kan warnanya merah. Masyarakat terbiasa dengan minyak goreng yang jernih, sehingga warna merah ini dianggap aneh,” paparnya.
Baca Juga: Bersama Olenka, BPDP Lanjutkan Sawit on Town 2025 Edisi Ketiga untuk Edukasi Manfaat Sawit