Keunggulan sawit ini, menurutnya, terletak pada produktivitas yang jauh lebih tinggi dibanding minyak nabati lain.
“Produktivitas minyak sawit itu sepuluh kali lipat dibanding minyak nabati lain, sehingga tidak mungkin bisa dikalahkan dalam price competition. Sawit adalah minyak nabati termurah di pasar karena paling efisien,” tambahnya.
Karena sulit ditandingi dari sisi harga, pesaing sawit menggunakan strategi lain, yakni non-price competition. Caranya, kata Tungkot, adalah dengan membangun persepsi negatif terhadap sawit.
“Yang paling mudah adalah mengubah persepsi orang. Maka dibuatlah narasi-narasi yang menyudutkan sawit, seperti sawit itu jahat, sawit itu merusak, bahkan ada yang bilang sawit mengandung kolesterol. Padahal, tanaman tidak punya kolesterol. Hanya hewan dan manusia yang punya kolesterol,” tegas Tungkot.
Tungkot lantas menegaskan, alasan utama sawit banyak diserang adalah karena daya saingnya yang sangat kuat.
“Kenapa sawit dimusuhi? Ya karena dia sangat kompetitif. Karena tidak bisa dilawan dengan harga, maka digunakanlah strategi non-price competition,” pungkasnya.
Baca Juga: BPDP Pamerkan Beragam Produk Turunan Sawit dalam PIISU 2025