Asosiasi Garment dan Tekstil Indonesia (AGTI) menggelar audiensi dengan jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk membahas sejumlah isu strategis terkait penguatan ekosistem industri tekstil nasional dari hulu hingga hilir.
Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto, menyatakan Bea Cukai merespons positif masukan yang disampaikan, termasuk terkait kelancaran arus bahan baku bagi pelaku industri.
Menurut Anne, Bea Cukai memahami bahwa mayoritas perusahaan di kawasan berikat merupakan eksportir yang patuh dan membutuhkan dukungan regulasi yang memudahkan. “Bea Cukai sekarang jauh lebih progresif, transparan, open, dan digital,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/12/2025).
Baca Juga: Apresiasi Ekspansi PT Citra Terus Makmur, Menperin Yakin Tekstil Tanah Air Terus Tumbuh
Baca Juga: Ini Isi Tuntutan Aliansi Masyarakat Tekstil Indonesia (AMTI) di Hari Sumpah Pemuda...
Anne menekankan pentingnya peran Bea Cukai dan kementerian terkait dalam menjamin ketersediaan bahan baku. Ia menilai kebijakan teknis seperti rekomendasi impor dan perizinan harus mengacu pada data kapasitas produksi riil, bukan kapasitas terpasang, agar tidak terjadi kekurangan suplai di industri padat karya seperti garmen dan tekstil.
Terkait kebutuhan bahan baku, Anne menegaskan impor tetap diperlukan, terutama untuk komoditas yang tidak diproduksi di dalam negeri. “Indonesia bukan produsen kapas sehingga impor tidak bisa dihindari. Hal yang sama berlaku untuk polyester,” jelasnya.
Selain bahan baku, AGTI juga menyoroti isu thrifting yang dinilai berdampak pada industri domestik. Anne menekankan perlunya sinergi lintas kementerian agar penanganan persoalan ini tidak tumpang tindih dan tetap membuka ruang impor yang sehat.
“Kami bukan anti impor, tetapi kami ingin memberdayakan produsen dalam negeri berjalan, sambil tetap membuka ruang impor yang sesuai kebutuhan,” katanya.
AGTI berharap audiensi ini memperkuat koordinasi lintas kementerian sehingga kebijakan yang lahir lebih tepat sasaran, berbasis data faktual, serta mendukung terciptanya industri tekstil dan garmen nasional yang mandiri, kompetitif, dan berdaya saing global.