Keputusan pemerintah yang menghentikan pengenaan Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) untuk produk benang filamen asal China mendapat penolakan dari Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) yang bersikukuh meminta BMAD harus tetap dilakukan. Akan tetapi keputusan pemerintah tersebut mendapat dukungan dari 101 perusahaan tekstil.

Baca Juga: Pemerintah Diminta Perkuat Sinergi Lindungi Industri Tekstil Nasional

Baca Juga: Gelombang PHK Hantui Industri Tekstil, Pemerintah Diminta Tak Egois

Baca Juga: Pohon Keluarga Djoenaedi Joesoef di Bisnis Konimex Group

Hal tersebut dikatakan salah satu Pelaku industri benang asal Bandung, Amril Firdaus, yang memberikan apresiasi atas aksi pemerintah yang tegas tidak melanjutkan atau menolak BMAD benang POY dan DTY.

“Sekali lagi Kami 101 perusahaan mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada Presiden RI, Bapak Prabowo dan jajaran kementeriannya terutama Menteri Perdagangan bapak Budi Santoso yang telah berani dan tegas membela perusahaan padat karya,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (22/6/2025).

Menyikapi pernyataan dari APSyFI yang menyatakan bahwa akan ada PHK masal yang akan terjadi jika pemerintah menolak BMAD, Amril dengan tegas menyatakan, itu tidak benar.

"Yes Definitely! Mereka bukanlah perusahaan padat karya. Mereka selalu memaksakan BMAD POY DTY diberlakukan karena mereka tidak mau mengganti mesin-mesinnya kemudian menuduh Dumping, padahal alasan yang sebenarnya adalah seluruh anggota APSyFI mesinnya tua-tua. Koreksi diri dong, jangan memaksa pemerintah untuk melindungi Anda, sedangkan Anda sendiri tidak fokus pada bisnisnya. Keuntungan yang didapat dari tekstil ganti mesin dong jangan malah malah invest di tempat lain gitu loh," tuturnya.

Dirinya menyampaikan kepada APSyFI, atau siapapun itu yang memaksakan melakukan BMAD POY DTY ini untuk sadar dan bertaubat karena jika BMAD itu dilakukan maka itu adalah kehancuran industri tekstil sebenarnya akan terjadi. "Jangan Anda (APSyFI) makan mengambil piring kami, pecahin piring kita juga gitu loh. Kita sama-sama mencari makan. Piring kita kecil sekali, jangan dipecahkan juga gitu loh," ujarnya.

Dirinya melanjutkan, instrumen industri tekstil ini sebenenarnya sudah di diskusikan bersama sama untuk mencapai kesepakatan solusi Non tarif sehingga terjaga Utilitas di Industri Textile. Seluruh produksi lokal diambil oleh industri hilir dan kekurangannya import dengan sarat  dan ketentuan yang telah disepakati

"Sebenarnya jika mau bersama sama seluruh industri tekstil bersatu ayo kita fokuskan kepada BMAD pakaian jadi, garmen jadi itu wajib kita berjuang bersama sama.Kita malu loh mosok Indonesia yang Produsen Textile Menjadi Tujuan Export Baju Bekas mau dikemanakan harga diri bangsa kita" tegasnya.