Growthmates, beberapa buku tidak perlu sampul mencolok atau sinopsis menggoda untuk menarik perhatian. Kadang, cukup satu hal sederhana, yakni dari judulnya.

Judul buku yang unik terkadang bisa membuat kita berhenti sejenak, tersenyum, lalu bertanya-tanya, kisah macam apa yang tersembunyi di balik kata-kata ini?

Dikutip dari Times of India, Senin (10/11/2025), dari memoar emosional yang dibalut humor hingga kisah surealis penuh filosofi, 6 buku berikut membuktikan bahwa sebuah judul dapat menjadi pintu rasa ingin tahu yang paling kuat.

1. I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki karya Baek Sehee

Sulit menemukan judul lain yang begitu jujur dan kontras sekaligus.

Dalam memoar ini, Baek Sehee menulis tentang perjuangannya melawan depresi dan keraguan diri, sambil menemukan kenyamanan dalam hal-hal kecil seperti makanan favoritnya, tteokbokki.

Buku ini merekam sesi-sesi terapi sang penulis, memperlihatkan bagaimana hidup dapat berisi kesedihan dan harapan secara bersamaan.

Judulnya terasa rapuh, jujur, dan relatable bagi siapa pun yang pernah merasa ingin menyerah namun tetap ingin menikmati hal-hal sederhana.

2. The 100-Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeared karya Jonas Jonasson

Judulnya panjang dan terdengar konyol, tapi justru di sanalah daya tariknya.

Novel ini bercerita tentang Allan Karlsson, pria seratus tahun yang kabur dari panti jompo dan tanpa sengaja terlibat dalam petualangan penuh kekacauan, uang tunai, dan sejarah dunia.

Dengan gaya satir khas Jonasson, kisah ini memadukan humor, kebetulan absurd, dan pesan tentang kebebasan hidup. Seunik judulnya, kisah Allan Karlsson adalah petualangan yang tak terduga dan sepenuhnya menghibur.

Baca Juga: 9 Buku Esensial untuk Memahami Perilaku dan Psikologi Manusia

3. The Dream of a Ridiculous Man karya Fyodor Dostoevsky

Cerpen filosofis ini berjudul aneh, namun mengandung renungan mendalam tentang makna hidup.

Dostoevsky membawa pembacanya ke dalam pikiran seorang pria yang merasa hidupnya tak berarti hingga sebuah mimpi indah mengubah pandangannya tentang kasih sayang dan kemanusiaan.

Judulnya mungkin terdengar konyol, tapi justru mencerminkan paradoks antara keputusasaan dan kebangkitan batin. Sebuah refleksi klasik tentang bagaimana manusia bisa menemukan harapan bahkan di dalam absurditas.

4. The Man Who Mistook His Wife for a Hat karya Oliver Sacks

Sulit untuk tidak berhenti dan mengerutkan kening saat membaca judul ini.

Buku nonfiksi karya Oliver Sacks ini berisi kisah nyata dari dunia neurologi, tentang pasien-pasien dengan gangguan persepsi yang luar biasa.

Kasus utamanya adalah seorang pria yang benar-benar mengira istrinya adalah topi, akibat agnosia visual. Melalui cerita-cerita seperti ini, Sacks memanusiakan sains dan memperlihatkan betapa misteriusnya otak manusia.

Judul yang aneh ini bukan sekadar trik pemasaran; ia mewakili batas tipis antara kenyataan dan persepsi.

5. IT karya Stephen King

Hanya dua huruf, tapi efeknya luar biasa. Judul sederhana ini menimbulkan rasa penasaran sekaligus kegelisahan, apa sebenarnya IT itu?

Dalam novel horor ini, King menghadirkan sosok jahat yang bisa berubah bentuk, paling sering menjadi badut mengerikan bernama Pennywise.

Kejeniusan King terletak pada kesederhanaan judul yang justru membuatnya misterius dan menakutkan. Ia seakan mengatakan kejahatan bisa datang dari mana saja, bahkan dari sesuatu yang tak bisa kita beri nama.

6. The Idiot karya Fyodor Dostoevsky

Satu kata yang terdengar menghina, tapi di tangan Dostoevsky menjadi perenungan mendalam tentang kebaikan, moralitas, dan kemanusiaan.

Tokohnya, Pangeran Myshkin, adalah sosok yang lembut dan tulus, namun justru dianggap bodoh oleh masyarakat sekitarnya.

Judul ini menantang kita, apakah dunia telah begitu sinis hingga kebaikan dianggap kebodohan?

Melalui kisah ini, Dostoevsky menggugat batas antara kebajikan dan kebodohan, antara manusia yang polos dan dunia yang kejam.

Baca Juga: 7 Buku Pengembangan Diri yang Akan Mengubah Hidup Anda Menuju Kesuksesan dan Kedamaian Batin